Anda di halaman 1dari 6

REKOMENDASI IIBF KOTA PEKALONGAN

UNTUK
PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Latar Belakang Pemikiran

Usaha Kecil dan Menengah atau yang biasa disebut UKM merupakan kelompok
usaha yang dilakukan sebagian besar masyarakat. Biasanya sebuah usaha
dimasukkan kategori UKM jika omsetnya maksimal 4,8 Milyar rupiah, setidaknya
pengertian ini adalah menurut batas omset UKM kena pajak tetap yang diputuskan
oleh Dirjen Pajak.

UKM terbukti kuat dalam menghadapi krisis moneter yang melanda Indonesia pada
1997. Ketika itu banyak Bank dan perusahaan yang bertumbangan. UKM mampu
menjadi bumper dari keterpurukan ekonomi. UKM menjadi harapan bagi
penyerapan tenaga kerja, terutama bagi tenaga kerja terampil yang tidak mendapat
tempat di dunia industri.

Meskipun peran sentral UKM dalam perekonomian Negara sangat penting, tapi
banyak pihak yang masih memandang sebelah mata. Sering UKM menjadi ‘korban’
kebijakan. Bahkan masyarakat kita sendiri sering belum memandang UKM sebagai
bagian penting perekonomian Negara. Banyak contoh dari fenomena ini. Yang
paling kasat mata yang terjadi dalam kurun 5 tahun ini adalah ‘invasi’ minimarket
modern berjaringan yang masuk ke hampir seluruh pelosok kota. Minimarket ini
telah berhasil merebut pasar dari toko kelontong dan warung-warung di kampung-
kampung. Bahkan mengancam eksistensi pasar tradisional. Fenomena ini terjadi di
banyak kota, termasuk Pekalongan.

Nah, dari banyak fenomena yang ada dimana UKM seperti dipandang sebelah
mata, maka IIBF selalu mengajak masyarakat, pemerintah, ormas dan lain
sebagainya untuk melakukan pembelaan yang jelas terhadap UKM. Apa itu
pembelaan yang jelas? Bagi masyarakat pembelaan itu diwujudkan dengan
membeli produk dari tetangga, saudara dan juga anak bangsa lainnya. Produk dari
sesama anak bangsa diutamakan dalam setiap belanja keluarga. Baik yang
diproduksi anak bangsa atau minimal yg dijual oleh sesama UKM anak bangsa,
bukan beli produk yang ada di minimarket modern berjejaring yang ternyata
sebagian besar dimiliki oleh asing. Bagi pemerintah, pembelaan itu diwujudkan
dalam kebijakan yang melindungi pasar dari UKM. Dengan jumlah penduduk yang
besar, pemerintah harus memastikan market share terbesar harus diberikan kepada
UKM atau minimal perusahaan dalam negeri. Bahkan berarti pemerintah anti asing,
anti investasi dan sebagainya. Namun pembelaan itu adalah hal yang wajar
dilakukan pemerintah manapun.

Setelah UKM kita bela, maka secara bersamaan kita lakukan pembinaan secara
terencana dan komprehensif. Pembinaan harus memiliki arah yang jelas dan
dimulai dari hal-hal yang fundamental. Seringkali, baik pemerintah maupun
komunitas melakukan pembinaan UKM hanya berputar pada skill teknis. Bahkan
terkesan potong kompas. Pembinaan UKM yang paling mudah dan sering dilakukan
adalah dengan mengajak pengusaha untuk pameran. Padahal pameran ibarat
pertandingan bagi seorang atlet yang telah dilatih dan dibina dalam waktu yang
panjang. Kesuksesan pembinaan seringkali hanya diukur dengan omset penjualan
atau jumlah ekspor yang dilakukan UKM.

Melihat fenomena itu maka kami merekomendasikan pembinaan UKM sebagai


berikut :

1. Pembinaan Karakter
Pembinaan ini sejatinya hal yang paling fundamental bagi seseorang,
apapun profesinya. Harus diakui karakter pengusaha kita banyak yang
bermasalah. Maka tak heran jika ada masalah pada hutang yang
menggunung, penipuan bisnis, rentenir merajalela, upah buruh yang tak
terbayar, lifestyle pengusaha yang mewah dan kerusakan lingkungan yang
parah. Padahal pengusaha itu banyak yang dari kalangan terdidik (well-
educated) tapi bermasalah pada mentalitasnya. Pembinaan karakter ini bisa
melibatkan sekolah, pesantren dan peran para pemuka agama dalam
membina karakter pengusaha. Dari pantauan IIBF, sangat jarang pemuka
agama membina secara spesifik tentang karakter kepada pengusaha.
Disamping, melalui pemuka agama, pembinaan karakter bisa melalui
workshop-workshop yang diadakan pemerintah dan komunitas.

2. Workshop
Workshop yang kami rekomendasikan adalah workshop yang menyangkut
fundamental untuk mengembangkan skill bisnis, bukan sekedar skill teknis.
Workshop tersebut adalah ‘Business Mastery’, Financial Literacy, dan ‘Ilmu
Hutang’.

Business Mastery merupakan workshop yang mengajarkan pengusaha UKM


untuk bermain layaknya pengusaha kelas atas. Skill bisnis diasah disini.
Pengusaha diajarkan untuk bisa mengembangkan value produk dan
bisnisnya. Melihat peluang bisnis secara ilmiah, melakukan negosiasi,
mengembangkan potensi diri dan perusahaan serta mengeksekusi sebuah
keputusan.

Financial Literacy. Ini adalah workshop yang tak kalah pentingnya. Workshop
ini mengajarkan pengusaha untuk melakukan pembukuan layaknya
perusahaan kelas nasional. Baik buruk dan potensi perusahaan dapat dilihat
dari laporan tahunan perusahaan. Beberapa UKM yang berhasil melakukan
IPO, salah satunya adalah karena mampu menyusun laporan keuangan
dengan baik. Kejujuran dalam penyusunan laporan sangat penting. Kami
tidak merekomendasikan financial engineering.

Ilmu Hutang. Workshop ini di komunitas IIBF kami kemas dengan tajuk ‘How
to be Debt Free’. Workshop ini bukan anti hutang. Tapi yang jelas anti Riba.
Workshop ini mengajarkan kapan pengusaha diperbolehkan berhutang dan
kapan ‘diharamkan’ berhutang. Bangaimana mengelola hutang dan juga
bagaimana menghindari hutang yang menjerat. Workshop ini sangat penting
karena banyak pengusaha terjerat hutang karena tidak paham esensi hutang
dan kapan waktu berhutang. Setelah terjerat hutang pun, seringkali
pengusaha tidak paham bagaimana harus menyelesaikannya. Dalam
workshop ini, dapat juga dimasukkan silabus tentang fiqh muamalah. Fiqih
Muamalah disini difokuskan dalam kajian tentang hal-hal jual-beli, akad
dalam transaksi bisnis, utang-piutang dan sebagainya. Dalam pantauan kami
kesalahan akad-akad bisnis terjadi secara massif terlebih dalam era digital
marketing saat ini.

Nah, ketiga workshop tersebut harus dikemas dengan pembangunan


karakter dan mentalitas yang kuat. Tanpa pembangunan karakter, ketiga
workshop tersebut tidak akan maksimal hasilnya.

3. Mentoring
Setelah dilakukan berbagai workshop diatas, maka perlu adanya mentoring.
Para mentor ditunjuk dari kalangan pengusaha yang telah sukses dengan
kriteria tertentu. Jika diperlukan pemerintah bisa mengadakan workshop
khusus untuk para mentor. Mentor inilah yang akan membantu memecahkan
permasalahan yang ada pada pengusaha. Kami melihat apapun bidang dan
berapapun skala bisnisnya, secara garis besar permasalahan berkutat pada
hal yang sama.

4. Pameran
Setiap pemerintah daerah pasti punya anggaran pameran. Pameran ini yang
akan diikuti oleh para pengusaha yang telah mengikuti paket workshop
diatas. Sehingga secara karakter dan pengetahuan mereka lebih siap.

Dalam melakukan pembinaan tersebut ada baiknya pemerintah menggandeng


komunitas-komunitas. Dengan menggandeng komunitas, pemerintah akan terbantu
dalam banyak hal. Komunitas mampu menjiwai pergerakan UKM. Bisa dikatakan
ruh nya UKM ada di komunitas. Dalam pantauan kami, banyak komunitas yang
sudah melakukan workshop-workshop yang sifatnya teknis dan aplikatif. Sehingga
pemerintah tak perlu masuk pada workshop yang seperti itu, cukup disupport.
Dengan begitu pemerintah banyak menghemat tenaga dan fokus melakukan
pembinaan yang bersifat fundamental seperti yang telah diuraikan diatas.

Dari paparan diatas, kami membuka ruang diskusi yang lebar dengan pihak
manapun. Tentunya kami menerima dengan lapang dada apabila ada kritik maupun
saran. Demikian rekomendasi ini kami sampaikan, semoga bermanfaat.

Pekalongan, 31 Oktober 2019


Indonesian Islamic Business Forum Kota Pekalongan
Ketua

MBN Hidayat

Anda mungkin juga menyukai