Anda di halaman 1dari 13

TARI KRETEK KUDUS

Sejarah Tari Kretek

Kabupaten Kudus yang berada di Jawa Tengah semlua tampak biasa. Tak
begitu banyak orang yang tahu pamor kota yang terkenal dengan gelar Kota
Kretek yang tersandar padanya. Terbagi atas 9 kecamatan, 123 desa dan 9
kelurahan, menghantarkan Kota Kretek yang kaya akan beraneka ragam hal yang
bisa menjadikannya populer, sedikit terabaikan dibanding kota – kota lain di
Provinsi Jawa Tengah.

Kehidupan masyarakat Kudus, Jawa Tengah, sepertinya tidak bisa


dipisahkan dengan industri keretek. Hingga proses pembuatan keretek yang
menjadi penggerak perekonomian Kudus itu diejawantahkan dalam bentuk
kesenian, yakni tari. Agak aneh memang, mulai dari memilih tembakau, hingga
bagaimana cara memasarkannya, semuanya diceritakan dalam satu tarian, tari
Kretek.

Dulu sebuah museum kretek diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah yang
bernama Bapak Sutarjo Rustam, beliau meminta pengurus kebudayaan
kabupaten Kudus, Bapak Dwijisumono (Kaasie Kebudayaan) agar beliau dibuatkan
tari khas Kudus, “kalau besok saya meresmikan museum kretek ini, saya minta
dibuatkan tarian khas Kudus untuk meramaikan acara peresmian nanti “.
Kemudian Bapak Dwijisumono memberikan tugas itu kepada sanggar tari Puring
Sari yang berada di Desa Glantengan oleh ibu Endang selaku pemilik sanggar tari
tersebut untuk menciptakan tari khas kudus (sekarang disebut dengan tari
kretek).

Awal mula pembuatan tari ini , Bu Endang bekerja sama dengan pihak
Djarum dan melakukan penelitian selama 2 minggu. Beliau tidak hanya bekerja
sama dengan Djarum Foundation tetapi bu Endang juga terjun langsung ke pabrik
untuk melihat proses pembuatan rokok dan beliau ikut membuat rokok tersebut
bersama para buruh Djarum .kenapa bu Endang memilih membuat tari khas
Kudus dengan menceritakan proses pembuatan rokok ,dikarenakan masyarakat
Kudus sebagian besar berprofesi sebagai buruh di industri rokok . setelah Bu
Endang mengetahui proses pembuatan rokok di Djarum dari awal sampai akhir ,
kemudian beliau membuat gerakan –gerakan tari kretek .

Tari Kretek pun telah selesai digarap. Lalu, tari ini pertama kali dipentaskan
pada waktu peresmian Museum Kretek yang ditarikan oleh 500 orang penari
sekaligus. Dan sekarang Tari Kretek pun sudah mendunia.

Gambar I: Tari Kretek ( Dok. Giyono, 2009)

Latar Belakang Penciptaan

Kebudayaan di Indonesia memang beragam dan sangat banyak sekali .


Beribu –ribu kebudayaan mulai dari tarian, upacara Adat dan lain sebagainya .
Apalagi kebudayaan di masing –masing daerah, salah satunya adalah kebudayaan
di Kabupaten Kudus. Di Kudus sendiri, ada banyak kebudayaan dan seni
tradisional. Sebagai contohnya adalah Tari Kretek. Tari ini di ciptakan oleh pemilik
sanggar seni Puring Sari yaitu Ibu Endang. Asal mula diciptakannya Tari Kretek ini
adalah karena permintaan dari Gubernur Jawa Tengah pada saat itu untuk
meramaikan acara peresmian Museum Kretek.
Pengertian

Tari kretek merupakan sebuah tari asli Kudus yang menceritakan para
buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau
hingga rokok siap dipasarkan.Tarian dibawakan beberapa penari perempuan
sebagai representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari
seorang mandor.

Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau


merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang
mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi
rokok garapan buruh. Awalnya tari Kretek bernama tari Mbatil. Namun, karena
nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari Kretek.

Tari ini mulai populer sejak 1985, yang konon diciptakan seniman Endang
Tonny. Dalam tari Kretek, gerakannya terlihat rancak. Dibawakan beberapa penari
perempuan yang cantik jelita serta satu penari lelaki. Para penari perempuan
menggunakan pakaian khas Kudus, namun bukan pakaian adat. Tak hanya itu,
penari perempuan juga memakai caping serta memegang tampah. Adapun yang
lelaki hanya memakai blangkon. Kerancakan serta kelincahan penari Kretek
tampaknya tidak lepas dari iringan musik gamelan yang mengalun. Lirik lagu
menceritakan macam – macam rokok yang ada di Kudus.

Tari Kretek diilhami akar kesejahteraan yang sampai kini dirasakan di


Kabupaten Kudus. Beberapa penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris
hitam dengan topi lebar sedang membawa tampah tempat tembakau. Tarian
menggambarkan kegiatan membuat rokok
Makna tari Kretek

Melenggak-lenggok dengan senyuman centil, penari perempuan mencoba


menggoda sang mandor, begitupun sebaliknya, kadang penari lelaki keganjenan
menggoda buruh mbatil. Konon memang seperti itu sebenarnya yang terjadi di
tempat pembuatan rokok keretek.

Dalam tarian Kretek, diceritakan awal mula pembuatan rokok kretek. Yakni
mulai dari cara memilih tembakau yang baik untuk dipakai membuat rokok.
Setelah menjadi rokok, tugas buruh mbatil selanjutnya ialah memotong bagian
ujung rokok untuk merapikannya. Setelah itu, buruh mbatil membawa rokok tadi
ke mandor untuk diperiksa. Ketika memeriksa rokok, sang mandor kadang
memasang muka seram atau malah mesem-mesem kepada mereka. Kalau
mandor sudah senyum, bisa dipastikan rokok tak akan tersortir.Gemulai tangan
sang penari perempuan menggambarkan lincahnya seorang buruh rokok dalam
melinting serta membatil.

Ada sebuah istilah guyon dalam tari Kretek, yakni pembatil menggoda
mandor agar rokok tidak banyak yang disortir. Atau mandor yang menggoda,
dengan harapan pembatil tertarik dan jatuh hati kepadanya. Dalam tari Kretek,
sang mandor selalu mondar-mandir mengelilingi penari-penari perempuan untuk
memeriksa dan terkadang bertolak pinggang melihat beberapa penari,
menunjukkan kekuasaannya.
TARI KECAK

1.      Pengertian Tari Kecak

   Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari "Cak" atau tari api (Fire Dance)
merupakan tari pertunjukan masal atau hiburan dan cendrung sebagai sendratari
yaitu seni drama dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari
"Lakon Pewayangan" seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam
ritual agama hindu seperti pemujaan, odalan dan upacara lainnya.

    Bentuk - bentuk "Sakral" dalam tari kecak ini biasanya ditunjukan dalam hal
kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh
api.

     Keunikannya, tidak seperti tari bali lainnya menggunakan gamelan sebagai


musik pengiring tetapi dalam pementasan tari kecak ini hanya  memadukan seni
dari suara - suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak ke cak cak ke"
sehingga tari ini disebut tari kecak.

      Tari kecak dimainkan penari antara 50-150 orang yang rata-rata adalah pria,
para penari kecak duduk berbaris dan melingkar dengan kedua tangannya diatas
sambil menggerakkan jari-jari sambil menyuarakan suara cak…cak…dengan irama
yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suara yang bersahutan
dan enak didengar. Di tengah kerumunan para penari terdapat beberapa orang
yang memerankan lakon ramayana seperti rama, shinta, rahwana dan tokoh-
tokoh dalam pewayangan lainnya seperti punokawan yang akan mengocok perut
kita.
       Tari kecak di ciptakan sekitar tahun 1930 oleh Wayan Limbak dan pelukis
dari Jerman Walter Spies. Sejarah Tari Kecak ini sebenarnya berasal dari ritual
Sanghyang  pada saat menari , mereka  yang dalam kondisi tidak sadar  ternyata
dapat  berkomunikasi dengan Tuhan atau roh leluhur untuk  menyampaikan
keinginan-keinginan  mereka agar di beri kebaikan dan kedamaian.
2.      Latar Belakang Penciptaan

Asal

Tari kecak pertama dipentaskan di  Desa Bona , Gianjar. Kini tarian tersebut
sudah mengalami perkembangan yang tidak hanya ditemui di satu tempat seperti
Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali dan mulai
mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group
kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar.

Pencipta

Tari kecak diciptakan pada tahun 1930 oleh wayan limbak yang bekerja sama
dengan pelukis Jerman Walter Spies berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-
bagian kisah Ramayana. Wayan limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling
dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Sejarah

Sejarah Tari Kecak ini sebenarnya berasal dari ritual Sanghyang  pada saat
menari , mereka  yang dalam kondisi tidak sadar  ternyata dapat  berkomunikasi
dengan Tuhan atau roh leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-
harapannya kepada masyarakat.
Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang
duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan
mengangkat kedua lengan,menggambarkan kisah Ramayana saat barisan
kera membantu Rama melawan Rahwana.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak
seperti papan caturmelingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula
para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta,
Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
TARI PIRING
Pengertian
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari
Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari
kotaSolok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan
menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian
diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari
genggaman tangan.

Sejarah 
Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat
setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah
ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang
kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang
dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi
digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari
tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang
ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Makna dari Prosesi Tari Piring


Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian
indah, serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban
ketika membawa piring berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada
dewa-dewa sebagai sajian. Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan
dalam masa yang sama menunjukan kecakapan mereka membawa piring yang
berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam telah membawa perubahan kepada
kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak lagi dipersembahkan kepada
dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang dihadiri bersama oleh raja-
raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan
persembahannya dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang
melibatkan persandingan. Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu
pasangan pengantin masih dianggap sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak
dipersembahkan Tari Piring di hadapannya ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat
perkawinan masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah
Tari Piring di majlis-majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata.
Namun persembahan tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu.
Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah majlis perkawinnan boleh dirasai
peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan pengantin kepada tuan
rumah kepada orang ramai kepada penari sendiri.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib
bagi sebuah tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu
dan bersamping saja. Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri
untuk menentukannya. Namun, warna-warna terang seperti merah dan kuning
sering menjadi pilihan kepada penari Tari Piring kerana ia lebih mudah di lihat
oleh penonton.
TARI BARONG

Sejarah tari Barong

Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan
Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan
kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari
dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan
oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di
mulutnya.

Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di
antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung.
Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan
wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian
cukup lengkap.

Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa,


harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-
potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan.
Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari
mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong,
sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor
Barong.

Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa
dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam
pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang
dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi
Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Pengertian

Barong bali dipercaya sebagai metamorfosis dari barong ponorogo atau


Reog, oleh raja Airlangga saat mengungsi ke pulau Bali untuk menyelamatkan diri.
selain barong ponorogo yang dibawa ke bali, melainkan juga seperti seni sastra,
aksara jawa, serta keagamaan.

Dalam perkembangannya barong ponorogo di rubah bentuk dan cerita


sesuai kondisi masyarakat di bali yang diperuntukan untuk kegiatan spiritual
keagamaan.

Pengaruh yang di dapat pada barong Bali bisa di lihat pada bentuk barong
ponorogo saat tampil tanpa mahkota merak (Kucingan) dan pada Topeng Rangda
yang mendapat pengaruh dari topeng bujang ganong. Serta kelompok orang
orang yang mendalami ilmu kesaktian pada orang tua yang mendapat pengaruh
pada perilaku kegiatan nyata warokmuda dan warok tua yang sakti mandraguna
yang saat ini masih terjaga di Ponorogo, meskipun kegiatan tersebut saat ini
tertutup untuk kalangan tertentu.

Dengan begitu, muncul jenis barong bali dengan berbagai kepala hewan
seperti Babi, Gajah, Anjing dan Burung yang menjadi kebanggaan tiap-tiap kota di
bali.

Mitos

Masyarakat Bali percaya bahwa mahluk-mahluk halus tersebut adalah kaki


tangan Ratu Gede Mecaling, penguasa alam gaib di Lautan Selatan Bali yang
berstana di Pura Dalem Ped, Nusa Penida. Saat itu, seorang pendeta sakti
menyarankan masyarakat untuk membuat patung yang mirip Ratu Gede
Mecaling, yang sosoknya tinggi besar, hitam dan bertaring, lalu mengaraknya
keliling desa. Rupanya, tipuan ini manjur. Para mahluk halus ketakutan melihat
bentuk tiruan bos mereka, lalu menyingkir. Hingga kini, di banyak desa, secara
berkala masyarakat mengarak Barong Landung untuk menangkal bencana.
Perkembangan Tari Barong

Pada awalnya, tarian Barongan murni merupakan ritual karakter. Di Bali, topeng
Barongan dan Rangda secara tradisional disimpan di Candi Hindu, penggunaan
mereka didahului oleh berbagai ritus mistik. Namun, seiring waktu, sebagian
besar telah menjadi acara hiburan dan sekarang secara sistematis disertakan
dalam program berbagai festival budaya dan secara aktif dipopulerkan sebagai
objek wisata, meski persiapannya biasanya masih disertai dengan ritual tertentu.
Selain itu, topeng dan berbagai gambar dari Barongan misalnya T-shirt umumnya
dikenal di Bali sebagai suvenir untuk para wisatawan. Barongan juga menjadi
objek dalam permainan Digimon, yang mempunyai karakter bernama Baromon
(atau Baronmon) yang dinamakan menurut Barongan Bali. Persona 3 dapat
memanggil Persona Barong. Persona 4 dan 5 juga dapat melakukan hal serupa

Filosofi Tari Barong

Tari Barong menggambarkan pertarungan antara kebajikan (Barong) melawan


kebatilan (Rangda). Menurut umat Hindu Bali, barong adalah binatang purbakala
yang menjadi simbol kebajikan. Sedangkan Rangda adalah binatang purbakala
mahadahsyat yang menggambarkan kebatilan. Tari Barong yang dipentaskan oleh
Sekehe Barong Sila Budaya,, bukanlah rangkaian tari, tetapi pertunjukan drama
dengan bumbu tari dan komedi dengan iringan musik gamelan Bali. Pementasan
ini menyerupai wayang orang di Jawa.
TARI SUANGGI

Tari Suanggi salah satu tarian dari Papua tepatnya di Papua Barat, sejarah
singkatnya tarian ini menceritakan tentang suami yang ditinggal mati oleh
istrinya. Konon tarian tradisional yang satu ini sangat bernuansa magis karena
seperti ritual.

Terlihat dari namanya ‘Suanggi’ yang mengandung arti roh jahat, konon roh
tersebut memiliki janji yang belum ditebus semasa ia hidup, dan ketika mati ia
akan menjadi roh penasaran. Roh tersebut akan memasuki jiwa perempuan yang
masih hidup dan mencelakakan orang lain. Tidak banyak orang yang mengetahui
asal usul tarian tersebut, hal ini terlihat dari info yang sangat sedikit didapat
mengenai tarian ini. Bila kamu melihat gerakan tariannya, seperti seorang dukun
yang akan menyembuhkan penyakit pasiennya.

Kesenian daerah Tari Suanggi merupakan tari tradisional khas provinsi


Papua Barat, tarian ini mengisahkan seorang suami yang menduda karena di
tinggal mati istrinya karena korban dari ritual angi-angi (jejadian).

Pada umumnya tarian khas papua selalu di awali dengan ritual, serta
beberapa upacara keagamaan, Tari Suanggi juga di awali dengan ritual ,hal
tersebut juga serupa dengan tari perang, atau tari dukun yang menggunakan
ritual-ritual penyembuhan penyakit.

Menurut kepercayaan masyarakat Papua Barat, Suanggi memiliki arti roh


jahat (kapes) roh tersebut masih gentayangan atau belum ditebus serta belum
mendapatkan rasa nyaman dialami baka. Sehingga roh-roh tersebut terkadang
mau merasuk pada tubuh seorang wanita wanita. Menurut mistisnya para Wanita
yang mati ketika sedang melahirkan dikhawatirkan akan menjelma menjadi sosok
kapes fane.

Menurut kepercayaan orang-orang Aifat yang yang domisilinya lebih ke


utara, biasanya mereka menyebut dengan istilah kapes mapo. Dimana roh-roh
tersebut sering masuk ke tubuh perempuan yang masih hidup, dan secara magis
yang di rasuki tadi dapat mencelakakan orang lain, selain di sebut dengan nama
kapes mapo para wanita yang kerasukan ini disebut juga dengan perempuan
suanggi.

Menurut kisahnya para roh jahat yang masuk ke tubuh para wanita itu
dapat di perintah untuk mencelakakan siapa saja yang tidak disenangi, dan
kadang-kadang mereka juga merasa iri jika mendapati orang yang sedang makan
sendiri di dalam hutan. apabila ada seseorang makan di dekat tempat tinggalnya
serta dengan sengaja atau tidak membuang sisa-sisa makanan secara
sembarangan, maka dari sisa-sisa makanan itu roh-roh tersebut akan merasuki
tubuh orang yang membuang sisa makanan dengan sembarangan tersebut, dan
hal tersebut dapat mengakibatkan orang yang dirasuki menjadi jatuh sakit
semakin kurus dan pada akhirnya ia meninggal dunia.

Apabila di daerah tersebut didapati jatuh korban semacam ini, maka para
tetua adat segera melakukan mawi guna mencari tahu siapakah perempuan yang
menjadi Kapes Mapo Tersebut. Dan jika sudah diketahui pelakunya maka
perempuan itu akan segera dibunuh agar tidak jatuh korban yang berikutnya,
membunuhnya dengan cara dipukuli terkadang dengan cara memaksa wanita
tersebut untuk minum akar tuba. Dan kemudian perut pelaku itu di bedah guna
melihat segala keanehan yang terdapat pada isi perutnya. Dan jika pelaku
tersebut benar Kapes Mapo maka di dalam tubuhnya terdapat dua buah empedu.

Hingga kini kepercayaan terhadap Suanggi ini masih tetap ada, dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa di daerah tersebut masih terdapat
kepercayaan yang kental terhadap hal-hal yang berbau magis.

Anda mungkin juga menyukai