Anda di halaman 1dari 7

Tari sebagai media upacara ritual

Tari Pendet

Penari pendet memegang bokor tempat bunga yang akan ditaburkan.

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis

Tari sebagai media pendidikan


Tari Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa [1] Tengah. Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang. Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa. Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas. Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga.Perang antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang. Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.

Tari sebagai media pergaulan Tari Jaipong

Jaipongan adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang cukup populer di Indonesia. Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu,Kliningan, serta Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan,pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi untuk mengembangkan kesenian jaipongan.

Tari sebagai media hiburan


Tari Pajoge

Pajoge adalah sejenis tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan, baik Bugis maupun Makassar. Tari Pajoge biasanya ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan ningrat oleh gadis yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton, biasanya dari kalangan ningrat, duduk dalam lingkaran. Para penari menari melingkar. Setiap penari menari seorang diri sambil menyanyi dan mencari pasangannya di antara penonton. Lalu dia akan memberi daun sirih kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan menari dengan sang gadis

Tari sebagai media terapi


Tari Tango untuk Terapi Penyakit

Perawatan untuk orang sakit tidak melulu melalui terapi di rumah sakit dan obat-obatan saja, tapi juga bisa melalui tarian tango yang dilakukan oleh dokter, suster, musisi dan pasien itu sendiri. Terapi ini cukup efektif untuk mengurangi penderitaan pasien. Seperti yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Buenos Aires Argentina, pasien berdansa tango dengan dokter dan susternya. Pada awalnya, masih banyak yang malu-malu untuk berdansa dan berbicara satu sama lain. Tapi saat ini satu sama lain sudah seperti keluarga. "Perawatan ini bisa memberikan waktu bagi pasien untuk lebih menikmati diri mereka sendiri," ujar Trinidad Cocha, seorang psikolog yang juga mengajarkan terapi dansa tango di Borda Hospital, Buenos Aires, seperti dikutip dari Reuters. Terapi seperti ini bisa mendekatkan satu sama lain, tidak ada dokter, tidak ada suster dan tidak ada pasien, semuanya adalah penari tango. Serta bisa membuat pasien menjadi rileks dan melupakan sejenak penyakit yang dideritanya. Peneliti dari University of Washington School of Medicine menemukan bahwa pasien Parkinson yang mengikuti kelas terapi dansa tango memiliki kemajuan dalam hal keseimbangan badan. Sedangkan pasien yang menderita Alzheimer's bisa meningkatkan memori otaknya serta bisa menjadi ajang untuk konseling bagi pasangan yang sedang bermasalah.

Tari sebagai media katarsis

Tari Badut Sinampurna adalah prosesi ruwatan tari tolak balak pada masyarakat Tegalombo, Pacitan, Jawa Timur. Dalam bentuk penyajiannya meliputi gerak, desain lantai, iringan, tata rias, tata busana, tempat dan waktu pertunjukan, dan properti. Bentuk Penyajian Tari Badut Sinampurna dalam prosesi ruwatan tolak balak pada masyarakat Tegalombo, Pacitan, Jawa Timur, meliputi 1) Gerak: gerak yang digunakan lucu, improvisasi dan tidak mempunyai makna, 2) Desain Lantai: Menggunakan desain lurus, 3) Iringan: menggunakan seperangkat gamelan Jawa, 4) Tata Rias: tata rias menggunakan rias badut, 5) Tata Busana: tata busana dalam tari ini menggunakan gombal sebagai busana di kepala rompi dan celana panjang berwarna hitam sebagai kostum bajunya, 6) Tempat dan waktu pertunjukan: Tempat pertunjukan di halaman terbuka yaitu di depan rumah peneliti dan waktu pertunjukan pada 15 Januari 2011 pukul 10.00 WIB, 7) Perlengkapan Tari atau Properti

Tari sebagai media pertunjukan Tari Gandut

Tari Gandut ini pada mulanya hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan, baru pada kurang lebih tahun 1860-an tari ini berkembang ke pelosok kerajaan dan menjadi jenis kesenian yang disukai oleh golongan rakyat biasa. Tari ini dimainkan setiap ada keramaian, misalnya acara malam perkawinan, hajad, pengumpulan dana kampung dan sebagainya. Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari, seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu hitam. Dahulu banyak Gandut yang diperistri oleh para bangsawan dan pejabat pemerintahan, disamping paras cantik mereka juga diyakini memiliki ilmu pemikat hati penonton yang dikehendakinya. Nyai Ratu Komalasari, permaisuri Sultan Adam adalah bekas seorang penari Gandut yang terkenal. Pada masa kejayaannya, arena tari Gandut sering pula menjadi arena persaingan adu gengsi para lelaki yang ikut menari. Persaingan ini bisa dilihat melalui cara para lelaki tersebut mempertontonkan keahlian menari dan besarnya jumlah uang yang diserahkan kepada para Gandut. Tari Gandut sebagai hiburan terus berkembang di wilayah pertanian di seluruh Kerajaan Banjar, dengan pusatnya di daerah Pandahan, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin. Tari Gandut sejak tahun 1960-an sudah tidak berkembang lagi. Faktor agama Islam merupakan penyebab utama hilangnya jenis kesenian ini ditambah lagi dengan gempuran jenis kesenian modern lainnya. Sekarang Gandut masih bisa dimainkan tetapi tidak lagi sebagai tarian aslinya hanya sebagai pengingat dalam pelestarian kesenian tradisional Banjar.

Anda mungkin juga menyukai