Provinsi Sulawesi Selatan memiliki posisi yang cukup strategis karena selain sebagai
pintu gerbang di kawasan timur Indonesia juga memiliki fasilitas transportasi yang
menghubungkan antara kota Makassar sebagai ibu kota provinsi dengan berbagai daerah
kabupaten yang tersebar di Sulawesi Selatan yang lancar. Memadainya fasilitas perhubungan
tersebut sangat mendukung kegiatan usaha budidaya perikanan salah satunya kegiatan
budidaya rumput laut, baik untuk kepentingan fasilitas budidaya maupun pemasaran hasil
produknya (Abdul, 2008).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di
Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dari total rumput laut
yang dihasilkan Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 11.269.342,00 ton dari angka
tersebut sebanyak 3.409.048,20 ton atau 30% diantaranya berasal dari Sulawesi Selatan
(Humas BSN, 2017). Areal budidaya rumput laut di daerah ini seluas 193.700 hektar untuk
budidaya yang dilakukan di laut dan 32.000 hektar budidaya yang dilakukan di tambak.
Potensi produksinya bisa mencapai angka 785.306 ton, yang terdiri diantaranya
Eucheuma cotonii 465.306 ton dan Gracillaria varrucosa 320.000 ton (Erizal, 2013).
Status budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan telah dinobatkan oleh pemerintah
sebagai salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan. Terpilihnya komoditas rumput laut
sebagai komoditas unggulan dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yaitu budidaya rumput laut
yang mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja,
permintaan yang tinggi, dan harga yang sangat menguntungkan. Mengingat potensi lahan
budidaya perikanan dan jumlah sumberdaya manusia yang cukup mendukung maka peluang dan
prospek pengembangan budidaya perikanan termasuk rumput laut di Sulawesi Selatan cukup
besar(Abdul, 2008).
Untuk memaksimalkan potensi komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan maka
penting adanya sistem logistik yang baik agar rantai pasok rumput laut tidak terganggu
sehingga dapat menjaga ketersediaan rumput laut bagi para pelaku industri yang berkenaan
dengan rumput laut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para
pelaku usaha rumput laut di Sulawesi Selatan.
POKOK MASALAH
Sekarang pemerintah sedang berupaya menggenjot produksi rumput laut. Produksi
rumput laut akan terus meningkat apabila harga yang didapatkan pembudidaya baik artinya
target meningkatkan jumlah produksi rumput laut dicapai apabila harga cocok sehingga
petani pasti memproduksi. Berdasarkan data KKP, luas pemanfaatan budidaya rumput laut
saat ini masih sebesar 2,25% atau sekitar 267.814 hektare (ha) dari potensi indikatif kawasan
budidaya laut yang seluas 12,12 juta ha. Padahal, terdapat kawasan seluas 2,64 juta ha yang
memiliki potensi indikatif budidaya rumput laut dan 1,58 juta ha yang berpotensi efektif
untuk budidaya rumput laut (Kontan.co.id, 2018).
Pengembangan budidaya rumput laut tersebut terkendala lantaran logistik yang
kurang memadai. Hal tersebut dikarenakan produksi rumput laut banyak di Indonesia bagian
timur khususnya di Sulawesi Selatan. Sedangkan pemasaran rumput laut dilakukan baik di
dalam negeri maupun luar negeri, rumput laut tersebut harus dikirim ke wilayah lain. Di
Sulawesi Selatan sendiri hasil rumput laut dominan dikirim ke Provinsi DKI Jakarta dan
Provinsi Jawa Timur (KKP, 2017). Kegiatan ekspor ke luar negeri hasil rumput laut dominan
di ekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat (DPMPTSP SULSEL, 2019).
Dibutuhkan ongkos logistik yang mahal untuk mengirimkan rumput laut ke pulau
lain. Karena rumput laut diproduksi oleh masyarakat, jika logistik mahal, maka harga rumput
laut akan ditekan. Harga rumput laut anjlok menyebabkan petani rumput laut merugi karena
dengan harga di pasaran yang murah tidak sebanding dengan besarnya upah dan harga bibit
yang harus dikeluarkan. Sebab jika petani rumput laut di Sulawesi Selatan terus merugi maka
para petani rumput laut enggan untuk terus melanjutkan kegiatannya sebagai petani rumput
laut. Hal tersebut sangat mempengaruhi rantai pasok rumput laut di Sulawesi Selatan bahkan
wilayah tujuan pengiriman rumput laut dari Sulawesi Selatan yang menggantungkan rumput
laut sebagai komoditas utama.
PEMBAHASAN
Kunci keberhasilan proses logistik dapat dilihat dari tingginya dukungan infrastruktur
transportasi, infrastruktur komunikasi, SDM yang baik, koordinasi yang baik antar
stakeholder serta peran Pemerintah dalam membuat regulasi. Sistem logistik yang baik
sekalipun tetap mebutuhkan kinerja transportasi. Manajemen logistik yang baik dengan
dukungan transportasi yang baik, dapat menghasilkan logistik dengan biaya rendah, dengan
mengatur penggunaan moda transportasi yang sesuai. Penggunaan moda kendaraan sesuai
dengan karakter dapat menjadi salah satu faktor penentu keefektifan dan keefisienan proses
logistik. Penggunaan jalur darat yang selama ini tertinggi digunakan sebagai prasarana
transportasi, bisa dialihkan ke transportasi laut dan sungai. Tentu saja disesuaikan dengan
beban dan karakter barang yang dibawa.
Salah satu kebijakan yang mampu mewujudkan pengembangan hilirisasi produk-
produk agroindustri adalah dengan melakukan kebijakan strategi logistik untuk
memperlancar arus produk, uang, dan informasi pada hilirisasi sehingga proses hilirisasi
dapat berjalan optimal mulai dari produk antara hingga produk jadi yang diekspor maupun
dipasarkan di dalam negeri. Desain strategi logistik diperlukan untuk menentukan kesiapan
infrastruktur dan pengambilan keputusan yang tepat dalam mendorong tumbuhnya hilirisasi
rumput laut di Indonesia. Model strategi logistik pada hilirisasi komoditas rumput laut sangat
diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan logistik oleh pemerintah untuk
menjamin keberlanjutan sektor bisnis ini.
Pengaruh Tingginya Biaya Logistik Dalam Rantai Pasok Rumput Laut di Sulawesi
Selatan
Indonesia merupakan suatu negara besar yang wilayahnya sangat luas yang berbentuk
kepulauan. Dengan negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17.000 pulau maka perlu
ditingkatkannya sistem transportasi yang berkesinambungan, dimana dalam satu perjalanan
dari satu titik ke titik yang lain bisa menggunakan beberapa moda transportasi. Sistem
transportasi di Indonesia memiliki kekhususan. Sebagai negara maritim dengan daerah yang
terpisah oleh perairan, maka transportasi menggunakan seluruh moda yang ada yaitu darat,
laut, udara, dan perairan. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kebutuhan infrastruktur
antarwilayah seharusnya tidak digeneralisasi berdasarkan wilayah. Ada daerah yang
membutuhkan jalan sebagai prioritas pendistribusian barang, tetapi ada daerah-daerah
kepulauan yang lebih membutuhkan dermaga dan kapal-kapal penyeberangan sebagai
prioritas. Dengan akses yang lebih baik maka produktivitas akan meningkat, sehingga biaya
input menjadi menurun. Berkurangnya biaya input menyebabkan harga suatu produk semakin
terjangkau. Kemampuan beli konsumen meningkat menjadikan permintaan meningkat,
sehingga arus permintaan tinggi. Permintaan yang meningkat tentu akan menghasilkan
keuntungan untuk produsen (Achmad, 2012).
Pentingnya fungsi transportasi memberikan manfaat untuk sektor lain. Antara lain
tersedianya jasa transportasi yang cukup memberikan manfaat ekonomi, misalnya akan
memperluas pasar, dapat menstabilkan harga barang, membuat upaya daerah-daerah untuk
melakukan spesialisasi produk sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya. Jaringan
Transportasi dalam Sistem Transportasi Nasional meliputi sub-sub sektor transportasi jalan,
kereta api, sungai, danau, penyeberangan laut, udara, dan pipa. Dalam pelaksanaan sistem
transportasi yang baik diharapkan akan terwujud suatu sistem transportasi yang efektif dan
efisien (Achmad, 2012).
Infrastruktur telah didefinisikan dalam kondisi dari fasilitas fisik (jalan, bandara,
pelabuhan, terminal, rel kereta api, dan alat-alat transportasi), serta jasa (sistem transportasi)
yang mengalir dari fasilitas-fasilitas itu. Oleh karena itu, dampak dari investasi infrastruktur
pada pengurangan biaya logistik dapat ditelusuri dari bagaimana ketersediaan infrastruktur
yang dapat membantu kelancaran logistik dan mendapat kesempatan secara langsung atau
tidak langsung dalam mengurangi biaya. Tingginya biaya logistik merupakan menjadi salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi daya saing perekonomian di Indonesia sehingga bisa
menyebabkan turunnya iklim investasi. Biaya logistic di Indonesia yang masih berkisar 17
persen dari biaya produksi. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi,sehingga dapat
menurunkan daya beli pada suatu produk. (Achmad, 2012).
Prospek produksi rumput laut di Sulawesi Selatan yang sangat besar harus diikuti
dengan sistem logistik yang baik baik pula karena mengingat hasil rumput laut di Sulawesi
Selatan yang dikirim ke dalam negeri maupun luar negeri. Pola konsumsi masyarakat
Indonesia terhadap rumput laut hanya sebatas dimakan mentah atau dibuat agar-agar, tidak
diolah menjadi ekstrak makanan. Hasil olahan di dalam negeri juga sedikit ada pasarnya,
sehingga sebagian besar diekspor. Ekspor dalam bentuk raw material dengan tujuan utama
industri pengolahan di China menunjukkan bahwa industri pengolahan rumput laut dalam
negeri belum berkembang dengan optimal karena belum mampu menyerap bahan baku
rumput laut kering.
Wilayah yang memiliki keterbatasan logistik dan transportasi dapat mengakibatkan
peningkatan biaya dan ketidakefisienan produksi dan pemasaran (Freshty, 2021). Biaya
logistik akan sangat berpengaruh kepada harga rumput laut. Semakin tinggi biaya logistik
maka memaksa petani rumput laut untuk menekan harga rumput laut. Persoalan tersebut
sangat berdampak besar kepada pada petani rumput laut karena dapat menurunkan
kesejahteraan para petani rumput laut di kemudian hari. Padahal jika dimanfaatkan dan
didukung oleh logistik yang baik hal tersebut dapat dihindari.
Rantai pasok rumput laut juga ikut terganggu apabila biaya logistik mahal. Sebab jika
petani rumput laut terus merugi karena biaya logistik lebih mahal daripada biaya produksi itu
sendiri menyebabkan petani terus merugi. Kerugian menyebabkan petani rumput laut tidak
sejahtera. Hal tersebut pula tidak menutup kemungkinan apabila para petani rumput laut
enggan untuk menjadikan rumput laut sebagai mata pencariannya. Dengan berkurangnya
jumlah petani rumput laut hal tersebut pula dapat mengakibatkan menurunnya produksi
rumput laut. Menurunnya produksi rumput laut dapat mengakibatkan rantai pasok rumput
laut ke hilir akan terganggu. Mengingat banyak jenis industri sekarang mengandalkan rumput
laut sebagai komoditas utamanya seperti makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di
Indonesia. Status budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan telah dinobatkan oleh pemerintah
sebagai salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan. Terpilihnya komoditas rumput laut
sebagai komoditas unggulan dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yaitu budidaya rumput laut
yang mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja,
permintaan yang tinggi, dan harga yang sangat menguntungkan.
Pengembangan budidaya rumput laut tersebut terkendala lantaran logistik yang
kurang memadai. Hal tersebut dikarenakan produksi rumput laut banyak di Indonesia bagian
timur khususnya di Sulawesi Selatan. Sedangkan pemasaran rumput laut dilakukan baik di
dalam negeri maupun luar negeri, rumput laut tersebut harus dikirim ke wilayah lain.
Pengembangan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan memiliki prospek yang
sangat besar potensinya, karena rumput laut baik berjenis Gracilaria sp. atau Eucheuma sp.
adalah komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yan tinggi dengan tingkat pemanfaatannya
sangat luas, mulai dari bahan makanan (minuman alginat, manisan kering, dodol, permen,
agar kertas, agar tepung, dan minuman rumput laut), bahan obat-obatan, bahan pakan
organisme di laut, pupuk tanaman dan penyubur tanah, serta sebagai pengemas transportasi
yang sangat baik. Produk turunannya digunakan untuk industri tekstil, kertas, kosmetika, cat,
bahan laboratorium, pasta gigi, es krim, dan lain-lain. Mengingat luasnya manfaat
penggunaan rumput laut ini, maka upaya agar meningkatkan produksinya melalui usaha
budidaya prospeknya sangat besar untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan
Mahalnya biaya logistik ke Indonesia bagian timur disebabkan
ketidakseimbangan perdagangan, dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:
Prospek produksi rumput laut di Sulawesi Selatan yang sangat besar harus diikuti
dengan sistem logistik yang baik baik pula karena mengingat hasil rumput laut di Sulawesi
Selatan yang dikirim ke dalam negeri maupun luar negeri. Pola konsumsi masyarakat
Indonesia terhadap rumput laut hanya sebatas dimakan mentah atau dibuat agar-agar, tidak
diolah menjadi ekstrak makanan. Hasil olahan di dalam negeri juga sedikit ada pasarnya,
sehingga sebagian besar diekspor. Ekspor dalam bentuk raw material dengan tujuan utama
industri pengolahan di China menunjukkan bahwa industri pengolahan rumput laut dalam
negeri belum berkembang dengan optimal karena belum mampu menyerap bahan baku
rumput laut kering.
Rantai pasok rumput laut juga ikut terganggu apabila biaya logistik mahal. Sebab jika
petani rumput laut terus merugi karena biaya logistik lebih mahal daripada biaya produksi itu
sendiri menyebabkan petani terus merugi. Kerugian menyebabkan petani rumput laut tidak
sejahtera. Hal tersebut pula tidak menutup kemungkinan apabila para petani rumput laut
enggan untuk menjadikan rumput laut sebagai mata pencariannya. Dengan berkurangnya
jumlah petani rumput laut hal tersebut pula dapat mengakibatkan menurunnya produksi
rumput laut. Menurunnya produksi rumput laut dapat mengakibatkan rantai pasok rumput
laut ke hilir akan terganggu. Mengingat banyak jenis industri sekarang mengandalkan rumput
laut sebagai komoditas utamanya.
SARAN
Susanto, A.B. 2006. Teknologi Terapan Rumput Laut, Diseminasi Teknologi dan Temu
Binis Rumput Laut. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Makassar 11 Septemper
2006. 15 pp.
https://dpmptsp.sulselprov.go.id/publik-read?id=ekspor-perikanan-sulsel-meningkat,-didominasi-
rumput-laut
https://kkp.go.id/bkipm/artikel/8104-peta-lalulintas-rumput-laut-nasional-2018
https://industri.kontan.co.id/news/arli-masalah-pengembangan-budidaya-rumput-laut-ada-di-
logistik