Anda di halaman 1dari 7

ADSORPSI ISOTERM LARUTAN

Nanda riza pratama

Universitas PGRI Madiun,Teknik Kimia,Indonesia

Email : nandorzp@gmail.com

Abstrak

Adsorpsi merupakan suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada padatan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan tersebut. Partikel
sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi, fenomena tersebut merupakan adsorpsi. Jadi, terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi
partikel pendispersi pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida terserap
oleh fluida lainnya dengan membran suatu larutan. . Pada prosedur percobaan dilakukan
dengan membuat larutan Asam Asetat 1 M dan di encerkan menjadi 0,6 M; 0,4 M; dan 0,2
M. Dari hasil penelitian didapatkan Asam Asetat 1 M didapatkan volume 5,71 mL dalam 100
mL. Dihasilkan volume rata-rata Asam Aseat 0,6 M 15,1 mL, volume rata-rata Asam Asetat
0,4 M yaitu 10 mL, volume rata-rata Asam Asetat 0,2 M 6,3 mL. Konsentrasi akhir diperoleh
pada 0,6 M sebanyak 0,85 M pada akhir konsentasi menjadi 1,33 M, pada 0,4 M sebanyak
0,56 M menjadi 0,69 M, pada 0,2 M sebanyak 0,35 M menjadi 0,29 M pada konsentrasi
setelah adsorpsi.

Kata kunci : adsorpsi,fluida,gas,partikel,zat cair

1. Pendahuluan
Adsorpsi banyak dijumpai dalam keidupan sehari-hari. Adapun contoh dan peristiwa
adsorpsi seperti pada penjernihan air, pemulihan gula, kromatografi, dan dalam bentuk
kosmetik, seperti ammonium klorida yang digunakan untuk bahan deodorant yang berfungsi
mengadsorpsi protein dalam keringat sehingga menghambat produk dari kelenjar keringat.
Adsorben adalah zat padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam suatu proses
adsorpsi Adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahan-bahan yang berpori. Pemilihan
jenis adsorben dalam proses adsorpsi harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang
akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Robert 1981.
Proses adsorpsi terjadi akibat adanya gaya atraktif dari molekul-molekul zat dengan
permukaan padatan. Apabila ditinjau dari sebuah atom atau molekul dalam padatan, maka
atom atau molekul tersebut menerima gaya tarik antar atom atau molekul pada permukaan
padatan. Gaya tarik yang dialami tidak sama ke segala arah, sehingga atom-atom atau
molekul-molekul tersebut bersifat adsoptif terhadap adsorbat. Underwood, 1986. Berkat
selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan
konsentrasi kecil dari campuran yang mengandung bahan lain yang berkosentrasi tinggi.
Bahan yang dipisahkan tentu saja harus dapat diadsorpsi. Sebaliknya untuk memisahkan
bahan yang kosentrasinya lebih sedikit, lebih baik menggunakan cara lain, karena biaya
regenerasi adsorben sangat mahal.
Adsorpsi adalah terserapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Mekanisme adsorpsi digambarkan sebagai proses dimana molekul yang semula ada pada
larutan, menempel pada permukaan zat adsorben secara fisika. Suatu molekul dapat
teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat dengan molekul adsorben lebih besar
dibanding dengan gaya kohesi pada masing-masing molekul ini. Proses adsorpsi biasanya
dilakukan untuk mengurangi senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair, sehingga
limbah cai dapat dimurnikan. Proses adsorpsi terjadi karena adanya luas permukaan, makin
luas permukaan adsorben yang disediakan maka makin banyak molekul yang diserap Bassett,
1994

2. Langkah kerja
2.1 Langkah kerja

Asam Asetat 1 M dibuat dan diencerkan menjadi 0,6 M; 0,4 M; 0,2 M dengan
volume 50 ml. Mengambil masing-masing 10 ml dan masukkan ke dalam elenmayer .
Ditambahkan Indikator PP dan Titrasi dengan Larutan NaOH 0,5 M. Mencatat
volume NaOH yang diperlukan dan Lakukan secara duplo 5. Ambil masing masing
larutan asam asetat 25 ml dan masukkan ke dalam elenmeyer. Ditambahkan 1 gram
karbon aktif dan tutup Erlenmeyer. Dikocok selama 15 menit menggunakan shaker
dan diamkan 15 menit. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan filtratnya.
Titrasi filtrat dengan Larutan NaOH 0,5 M seperti pada langkah 2-4.

2.2 Prosedur standarisasi

Pada tahap pendahuluan dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan kemudian membuat larutan Asam Asetat 1 M dan di encerkan menjadi 0,6
M; 0,4 M; dan 0,2 M.
Untuk proses selanjutnya, diambil 10 mL dimasukkan ke dalam elenmeyer di
tambahkan indikator PP sebanyak 2-3 tetes dan lakukan titrasi secara duplo. Diambil
Asam Asetat 50 mL ditambahkan karbon aktif lalu disaring dengan kertas saring.
Catat setiap perhitungan, diperoleh hasil penelitian.
2.3 Analisis data

Metode analisis dilakukan dengan titrasi, Analisis dilakukan untuk mengetahui


konsentrasi asam asetat sesudah dan sebelum adsorbsi dengan karbon menggunakan
asam asetat 0,6 M; 0,4 M;0,2M.
3. Hasil dan pembahasan
3.1 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan volume Asam Oksalat sebagai
berikut :

Tabel 1. Data Volume Asam Oksalat

Asam Oksalat Volume (mL)


1 8
2 10
3 8,6
Rata-rata 8,87
Data Volume Asam Oksalat diperoleh dari pembuatan 100 mL dengan NaOH
100 mL. Rata-rata di peroleh 8,87 mL kemudian di bagi dengan jumlah erlenmeyer
yang digunakan yaitu sebanyak 3, diperoleh hasil 8,87 mL.

Tabel 2. Data Volume Asam Asetat 0,6 M dengan 3 tetes Indikator PP

Asam Asetat Volume (mL)


1 17
2 15,2
3 13,1
Rata-rata 15,1
Data Volume Asam Asetat 0,6 M dengan 3 tetes Indikator PP. Rata-rata di
peroleh 45,3 mL kemudian di bagi dengan jumlah erlenmeyer yang digunakan yaitu
sebanyak 3, diperoleh hasil 15,1 mL.kemudian berubah warna menjadi ungu muda

Tabel 3. Data Volume Asam Asetat 0,4 M dengan 2 tetes Indikator PP

Asam Asetat Volume (mL)


1 17
2 15,2
3 13,1
Rata-rata 10
Data Volume Asam Asetat 0,4 M dengan 2 tetes Indikator PP. Rata-rata di
peroleh 30 mL kemudian di bagi dengan jumlah erlenmeyer yang digunakan yaitu
sebanyak 3, diperoleh hasil 10 mL.

Tabel 4. Data Volume Asam Asetat 0,2 M dengan 2 tetes Indikator PP

Asam Asetat Volume (mL)


1 5
2 9
3 5
Rata-rata 15,1
Data Volume Asam Asetat 0,6 M dengan 3 tetes Indikator PP. Rata-rata di
peroleh 19 mL kemudian di bagi dengan jumlah erlenmeyer yang digunakan yaitu
sebanyak 3, diperoleh hasil 6,3 mL.
Pada praktikum ini menggunakan bahan asam asetat dengan konsentrasi 0,6M,
0,4M, dan 0,2M, kemudian dilakukan titrasi sebanyak tiga kali. Titrasi pertama
dengan 0,6M menghasilkan 5,9 ml, menggunakan 0,4M hasilnya 3,4
ml,menggunakan 0,2M hasilnya 2,3 ml. kemudian titrasi kedua menggunakan
konsentrasi 0,6M hasilnya 6,1 ml, dengan menggunakan 0,4M hasilnya 3,6 ml, dan
0,2M hasilnya 2,3 ml. kemudian titrasi ketiga menggunakan 0,6M yaitu 13,1 ml,
kemudian 0,4M hasilnya 10 ml, dan menggunakan 0,2M hasilnya 5 ml. kemudian
rata-rata dari konsentrasi 0,6M yaitu 6 ml, 0,4M yaitu 3,5 ml dan 0,2M yaitu 2,3 ml.
kemudian konsentrasi akhir dari 0,6M yaitu 0,169M, konsentrasi 0,4M menjadi
0,035M, dan konsentrasi 0,2M yaitu 0,0407M.

Tabel 5. Hasil pengamatan

Konsentrasi Titrasi I Titrasi II Titrasi III Rata-rata Konsentrasi


Asam Asetat (ml) (ml) (ml) akhir
0,6M 5,9 ml 6,1 ml 13,1 ml 6 ml 0,169M
0,4M 3,4 ml 3,6 ml 10 ml 3,5 ml 0,035M
0,2M 2,3 ml 2,3 ml 5 ml 2,3 ml 0,0407M

4. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu mahasiswa mampu melakukan
titrasi,mahasiswa mampu membuat larutan,mahasiswa mampu mengencerkan, selain itu
mampu menghitung hasil dari titrasi tersebut yang menggunakan asam asetat dengan
konsentrasi 0,6M , 0,4M , 0,2M yang dilakukan titrasi sebanyak tiga kali dengan larutan
NaOH. Pembuatan Asam Asetat 1 M didapatkan volume 5,71 mL dalam 100 mL.
Dihasilkan volume rata-rata Asam Aseat 0,6 M 3 tetes Indikator PP yaitu 15,1 mL
konsentrasi setelah adsorpsi sebanyak 1,33 M, volume rata-rata Asam Asetat 0,4 M 2
tetes Indikator PP yaitu 10 mL konsentrasi setelah adsorpsi sebanyak 0,69 M , volume
rata-rata Asam Asetat 0,2 M 2 tetes Indikator PP yaitu 6,3 mL konsentrasi setelah
adsorpsi sebanyak 0,29 M.

5. Daftar rujukan
Robert. (1981). Adsorpsi pada larutan. Physical Chemistry, Academic Press, USA
Underwood, 1986, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
Alberty, R.A., 1987, Physical Chemistry, 7th, John wiilley and Sons
Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisik II, edisi keempat, Erlangga, Jakarta
Daintith, J., 1994, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta
Lampiran Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai