Anda di halaman 1dari 5

MODEL IBADAH SEKOLAH MINGGU KELAS ANAK BESAR (USIA 9 - 11 TAHUN)

PADA GEREJA TORAJA


Marlianti Datu
Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Jalan Poros Makale Makassar KM 11,5 Buntu Tangti, Mengkendek
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan 91871
Email : mmarlianti64@gmail.com

ABSTRAK - Ibadah Sekolah Minggu adalah ibadah yang dikhususkan untuk anggota jemaat
yang notabenenya adalah anak-anak. Setiap gereja melayani dan memfasilitasi ibadah
sekolah minggu tak terkecuali Gereja Toraja. Dalam Gereja Toraja dibagi 4 kelas yang
berisikan kategori usia, salah satunya kelas anak besar yang berusia mulai dari 9 sampai 11
tahun. Setiap usia memiliki karakteristik tersendiri, misalnya usia 9-11 tahun yang berada
pada dunia anak yang sering dipahami sebagai dunia bermain. Dengan ini para pengajar atau
guru sekolah minggu harus mengetahui karakteristik orang yang akan di ajarkannya dan
dapat juga menentukan cara apa yang digunakan dalam mengajar.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting bagi setiap orang tak terkecuali anak-anak, dari usia itu
kita dapat belajar mengenai hal apapun yang baru. Pendidikan religius juga itu sangatlah
penting, anak-anak biasa mendapatkan pendidikan itu sekolah dan terlebih khusus di Gereja
lewat ibadah sekolah minggu. Oleh karna itu orang tua juga harus bertanggujawab
membawa anak kepada Tuhan dengan mengajarkan mereka untuk pergi ke gereja terlebih
khudud mengikuti ibadah sekolah minggu.
Namun sekarang di beberapa jemaat, ibadah sekolah minggu terlihat monoton tidak
ada pembaharuan yang terlihat, dari cara guru sekolah minggu mengajar dan penataan kelas
yang kurang kreatif. Maka di sini kita akan membahas cara atau model apa saja yang kira-
kira cocok untuk ibadah sekolah minggu gereja toraja kelas anak besar yang berusia 9-11
tahun.
B. Tujuan
tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja model yang dapat atau yang
tepat untuk ibadah sekolah minggu di gereja toraja.
C. Manfaat
Manfaat dari tulisan ini untuk membantu para guru atau pemimbing sekolah minggu
dalam mengajar anak-anak yang aktif saat ibadah dengan menggunakan model yang
dipaparkan oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IBADAH SEKOLAH MINGGU
Mendengar sekolah minggu, biasa yang kita ketahui adalah ibadah yang diikuti oleh
anak-anak yang ada di setiap Jemaat atau Gereja. Mengajar sekolah minggu tidak sama
seperti mengajar orang dewasa pada umumnya tetapi hal utama adalah mereka harus lebih
mendapatkan perhatian yang perlu diyakinkan bahwa gereja memang secara khusus
mengasihi dan menantikan kedatangan mereka setiap hari Minggu. Oleh sebab itu, gereja
perlu menyediakan ruang khusus untuk mereka yang secara rutin dipakai sebagai ruang
sekolah minggu. Bilamana ruangan sekolah minggu telah tersedia, maka ruangan tersebut
perlu dipersiapkan dan diatur sedemikian rupa sebelum anank-anak hadir. Tentunya bagi
gereja yang memiliki ruangan khusus, hal seperti ini tidak lagi menjadi masalah. Pelayan
sekolah minggu dapat datang lebih awal untuk membersihkan dan menata kelas sesuai
dengan macam kegiatan yang telah direncanakannya hari itu. Hal yang penting bagi anak-
anak ketika masuk kelas, ia telah melihat tanda-tanda bahwa dirinya dinantikan, dan ada
kegiatan khusus yang akan diberikan. 1 Sama halnya dalam Sekolah Minggu di dalam Gereja
Toraja atau Sekolah Minggu Gereja Toraja yang biasanya disebut SMGT. Ini juga
menggunakan cara-cara diatas dalam pembelajarannya, tetapi setiap Gereja biasanya
memiliki cara ibadah dan liturgi yang berbeda dan ini juga yang berlaku dalam Sekolah
Minggu Gereja Toraja, namun Gereja Toraja memiliki Pedoman untuk Sekolah Minggu yang
sama untuk setipa Jemaat dalam lingkup Gereja Toraja, pedoman inilah yang akan
menuntun guru atau pembimbing sekolah minggu dalam bercerita maupun dalam liturginya,
sehingga disetiap Sekolah Minggu di Gereja Toraja memiliki pokok cerita yang sama. Sekolah
Minggu Gereja Toraja dibagi biasanya menjadi 4 kelas, seperi kelas Anak Balita, Anak Kecil,

1
Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah ke Jalan yang Benar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005) hlm 136
Anak Besar dan Anak Remaja. Namun di sini kita akan membahas Sekolah Minggu Kelas anak
besar yang berusia antara 9 - 11 tahun.
Dalam Gereja Toraja memaknai dalam bahwa Ibadah adalah persekutuan orang
dipanggil untuk beriman kepada Allah di dalam Yesus Kristus oleh kuasa dan pimpinan Roh
Kudus, melalui pemberitaan Firman Allah sebagaimana disaksikan dalam Alkitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, dari ibadaha sekolah minggu ini anak-anak dierkenalkan kepada
Yesus, dengan menggunakan metode berkhotbah atau bercerita. 2 Gereja Toraja juga
memaknai ibadah sebagai Perjumpaan dengan Allah. Dalam hal ini juga dalam SMGT juga
memberlakukan ini tetapi dengan tata cara yang berbeda sesuai dengan usianya, karena
dalam Sekolah Minggu Gereja Toraja dibagi biasanya menjadi 4 kelas, seperti kelas Anak
Balita, Anak Kecil, Anak Besar dan Anak Remaja

B. ANAK USIA 9 - 11
Untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak, maka kita harus mengetahui apa
karakteristik mereka terlebih dahulu. Di dalam sekolah minggu kelas anak besar yang berusia
9 sampai 11 tahun. Masa ini adalah termasuk umur 9 - 11. Ini adalah masa tenang atau masa
latent, di mana apa yang terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan
berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. Secara mental pada usia ini biasanya
terjadi anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali
dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Jika dilihat dari segi emosinya,
nampak pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan berbagai
cara atau tindakan yang dapat diterima lingkungannya. Memang masih sering terjadi bahwa
di rumah anak-anak usia ini kurang besar motivasinya untuk mengendalikan emosinya bila
dibandingkan dengan kontrol emosi yang dilakukannya di luar rumah. Secara spritualitas,
pada tahap ini anak secara sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya,
dan secara khusus menemukan koherensi serta makna pada bentuk-bentuk naratif. Belajar
bergaul dan bekerja dalam kelompok Membina hidup sehat. 3 Dalam ibadah sekolah minggu,
sangatlah penting membangun realasi antara guru dan anak-anak sekolah minggu agar
mereka dapat merasa nyaman dengan guru atau pemimbing yang mengajar dan itu juga
salah satu faktor supaya ibadah sekolah minggu dapat berjalan dengan baik.

C. MODEL PENGAJARAN

2
Kezia Yemima and Sarah Stefani, “Khotbah Eksposisi Narasi Yang Kreatif Dan Kontekstual Bagi Anak-Anak
Genersai Z Usia 5 - 6 Tahun,” Gamaliel : Teologi dan Praktika 1, no. 2 (2019): 72-73
3
Singgih D. Gunawan and Yulia Singgih D. Gunawan, “Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja”, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008) hlm13-14
Zaman sekarang dengan kemajuan teknologi dimana-mana untuk melakukan segalanya
secara praktis di dunia pendidikan, para ilmuan dan para peneliti pun berlomba-lomba
mencari cara, model dan metode untuk mendidik para peserta didik dengan cara-cara
tersendiri. Sebelum kita membelajarkan anak alangkah lebih baiknya kita mengenal terlebih
dahulu karakterisktik usia yang kita ajarkan agar para pendidik dapat mengetahui apa yang
dibutuhkan pada anak usia tersebut. Di atas telah dijelaskan beberapa karakteristik dari anak
usia 9 - 11 tahun, rata anak-anak usia ini biasa masih aktif dalam bermain. Biasanya dalam
ibadah sekolah minggu banyak sekali masalah yang dapat ditemukan terutama pada anak-
anak yang sangat aktif. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang metode sekolah
minggu Mebig Jepang dan Superbook. Apa itu Mebig Jepang?, ini adalah pelayanan sekolah
minggu secara kreatif yang ada di Jepang, ini memaknai bahwa anak-anak akan menjadi
geerasi oenerus, menjadi kekuatan untuk orang dewasa, yang harus mereka didik dengan
baik. Mebig ini sendiri berpusat pada konsep memori, bible dan game. Dalam metode ini
lebih berfokus dengan cara bermain atau game, ini sangatlah cocok diterapkan pada ibadah
sekolah minggu kelas anak besar yang notabenenya masih suka bermain, melompat-lompat,
menari dan hal-hal lain yang memungkinkan mereka dapat bergerak. Tentu hal di atas ini
dapat membuat anak-anak menjadi senang dan bersemangat mengikuti kegiatan ibadah
sekolah minggu setiap minggunya dan melatih mereka menjadi anak yang kuat. 4
Selain metode yang ada di atas, ada juga metode Quantum Teaching yang tidak kalah
menyenangkan untuk ibadah sekolah minggu. Memang sudah banyak sekali metode atau
model-model dalam mendidik. Menurut penulis metode ini sangat cocok untuk dijadikan
model ibadah sekolah minggu yang biasanya hanya monoton saja, karena di dalam Quantum
Teaching ini banyak sekali tertulis strategi-strategi yang tepat untuk mengajarkan sekolah
minggu terutama untuk membawa suasana ibadah menjadi lebih menyenangkan. Quantum
teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Asas Utama dari
Quantum teaching adalah bersandar pada konsep ini: Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita,
dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah Asas Utama dan Alasan dasar di balik
segala strategi, model, dan keyakinan Quantum teaching.
Inilah strategi-strategi yang dapat diterapkan dalam mengajar, yaitu: Pertama, kita bisa
melihat dalam Lingkungan Sekeliling, disini guru menyuruh murid untuk memandang sekitar
karena pandangan sekeliling membantu daya ingat anak. Contoh, seperti melihat warna,
gambar dan lain sebagainya. Kedua, Alat Bantu, ini benda yang dapat mewakili suatu
4
Daniel Fajar Panuntun, Rinaldus Tanduklangi, Mery Adeng, Christian Eleyazar Randalele, “Model Ibadah Sekolah
Minggu Kreatif-Interaktif bagi Generasi Alfa di Gereja Toraja,” Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual
2, no. 2 (2019): 200-201
gagasan atau bisa menjadi contoh. Ketiga, Pengaturan Bangku, hal ini sangat membantu
guru dan murid untuk membangun rasa tidak bosan di dalam kelas karena posisi bangku
yang itu-itu saja, di sini pengaturan bangku haruslah sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
di dalam kelas. Keempat, Tumbuhan, Aroma, Hewan Peliharaan, Dan Unsur Organik Linnya.
Kelima, Musik, musik sangat berpengaruh pada guru dan pelajar, ini karena dapat membuat
suasana kelas terlihat lebih tenang dan santai. Keenam, Komunikasi Nonverbal, disini yabg
dimaksudkan adalah komunikasi lewat kontak mata, ekpresi wajah, nada suara, gerak tubuh,
sosok (postur), dan menata suasana hati.5

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada banyak kendala yang didapati pada ibadah
sekolah minggu, entah itu dari guru sekolah minggu maupun anak-anak sekolah minggunya.
Kebanyakan masalah itu terdapat dari guru sekolah minggu yang monoton dalam mengajar
sehingga anak-anak tidak mendengar atau tidak fokus pada ibadah. Maka di sini guru harus
memperhatikan cara ia mengajar dengan metode-metode yang cocok untuk anak sekolah
minggu kelas besar, contoh sperti yang telah dibahas dengan menggunakan Medig Jepang
dan Quantum Teaching, ini sangat membantu guru untuk membangun suasana kelas
menjadi hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel Fajar Panuntun, Rinaldus Tanduklangi, Mery Adeng, Christian Eleyazer Randalele.
“Model Ibadah Sekolah Minggu Kreatif-Interaktif bagi Generasi Alfa di Gereja Toraja”.
Deporter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010
kezia Yemima and Sarah Stefani. “Khotbah Eksposisi Narasi Yang Kreatif Dan Kontekstual
Bagi Anak-Anak Generai Z Usia 5-6 Tahun”.
Kadarmanto, Ruth S. Tuntunlah ke Jalan yang Benar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
Gunawan, Singgih D and Gunawan, Yulia Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008

5
Bobbi Deporter, Quantum Teaching, (Bandung: PT mizan pustaka, 2010) hlm 33-40

Anda mungkin juga menyukai