Anda di halaman 1dari 3

Masjid Ibnu Sina UGM, 16 desember 2021 jam 11:51

Seorang bapak memasukkan uang ke dalam kotak infak

Infaq artinya adalah berbagi dengan membelanjakan harta pribadi untuk untuk hal-hal yang berhubungan dengan
agama dan punya tujuan kebaikan. Dalam khotbah sering mengangkat tema berbagi harta. Karena beribadah dalam
bentuk harta menjadi salah satu pokok ajaran Islam.
Orang yang menginfaqkan harta-nya di jalan Allah, maka pahalanya jauh lebih besar dari pada amal perbuatan yang ia
lakukan. Berbuat baik tidak hanya dilakukan kepada orang yang masih hidup, tetapi juga bisa dilakukan kepada orang yang
sudah meninggal. Misalnya dengan mengurus jenazah. Hukum mengurus jenazah adalah fardhu kifayah. Ada empat
kewajiban seorang muslim terhadap orang Islam yang meninggal dunia yaitu memandikan, mengafani, mensholatkan dan
menguburkannya.

Salah satu isu keagamaan mengemuka saat Pandemi Covid-19 adalah terkait pengurusan jenazah muslim. Covid-19
adalah jenis penyakit berbahaya dan dapat menular kepada yang melakukan kontak dengan orang yang terpapar Covid-19
atau cara penularan lainnya. Dikhawatirkan jika dalam proses pengurusan jenazah pasien Covid-19 meninggal dunia,
virusnya masih ada di dalam tubuhnya yang dapat berbahaya dan menular kepada orang yang melakukan kontak
dengannya. Beberapa keluarga korban Covid-19 belum memahami prosedur penanganan jenazah. Mereka menilai
prosedur itu tidak sesuai dengan aturan fardhu kifayah.

Untuk meminimalisir kekhawatiran di atas, berikut penjelasan prosedur atau a pengurusan jenazah pasien muslim
Covid-19 mulai dari bagaimana memandikan, mengkafani, menshalatkan hingga menguburkannya.

Soal memandikan Jenazah. Secara umum, cara memandikan jenazah pasien terpapar Covid-19 yaitu memandikan
tanpa membuka pakaian jenazah atau menayamumkan (tayammum). Jika salah satu dari dua hal ini tidak memungkinkan,
maka jenazah tidak perlu dimandikan atau ditayammumkan. Petugas yang memandikan wajib berjenis kelamin yang sama
dengan jenazah. Akan tetapi, jika tidak ada petugas yang berjenis kelamin sama, maka petugas yang ada tetap
memandikan dengan syarat jenazah tetap memakai pakaian. Kalau tidak, maka jenazah ditayammumkan. Selanjutnya, jika
ada najis pada tubuh jenazah yang dimandikan sebelum terpapar Covid-19, maka najis tersebut harus dibersihkan terlebih
dahulu. Sementara itu, cara memandikan jenazah yaitu dengan mengucurkan air secara merata ke seluruh tubuh jenazah
akan tetapi jika jenazah tidak memungkinkan dimandikan atas pertimbangan ahli terpercaya, maka proses memandikan
jenazah dapat diganti dengan tayammum dengan cara mengusap wajah dan kedua tangan jenazah dengan debu sesuai
ketentuan syariah. Sebaliknya, jika membahayakan, jenazah tidak perlu dimandikan atau ditayammumkan sesuai ketentuan
dharurat syar’iyyah.

Selanjutnya, mengafani jenazah sebagai sebuah kewajiban. Proses mengafani dilakukan setelah jenazah dimandikan
sesuai syariat. Meskipun terlihat sederhana, namun belum tentu setiap orang dapat melaksanakannya. Cara mengkafani
jenazah minimal membungkusnya dengan kain putih yang dapat menutupi seluruh anggota badan dan menutup kepala jika
jenazah bukan orang yang sedang ihram. Dasarnya, sabda Rasul yang berbunyi “Pakailah pakaianmu yang berwarna putih,
karena itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafani jenazah kalian dengannya†. (HR. al-Turmudzi dari sahabat Ibnu
Abbas). Secara umum, cara mengafani jenazah Covid-19 yaitu setelah jenazah dimandikan/ditayamumkan atau tidak
karena dharurah syar’iyyah, maka jenazah tersebut dapat dikafani dengan menggunakan kain yang menutup seluruh tubuh.
Selanjutnya, jenazah dimasukkan ke kantong yang aman dan tidak tembus air demi mencegah penyebaran virus dan
keselamatan petugas. Jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti jenazah yang tidak tembus air dan udara dengan
dimiringkan ke kanan serta menghadap ke arah kiblat. Jika proses pengafanan jenazah selesai dan masih ditemukan najis,
maka petugas dapat mengabaikan najis tersebut.

Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menshalatkan jenazah. Hukum mensholatkan jenazah adalah fardhu
kifayah. Tata cara pelaksanaan shalat jenazah yaitu menyegerakan shalat karena hukumnya sunnah dan sebaiknya
dilakukan di tempat yang aman dari penularan Covid-19 serta dilakukan oleh minimal satu orang. Jika kondisi tidak
memungkinkan, maka jenazah boleh dishalatkan di kuburan sebelum atau sesudah dimakamkan atau dengan “shalat
ghaib” sebagai jalan terakhir. Hal yang tak kalah penting diperhatikan adalah petugas yang men shalatkan wajib waspada
memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Terakhir, soal menguburkan jenazah. Tata cara menguburkan jenazah terpapar Covid-19 sudah diatur dalam Fatwa
MUI Nomor 18 Tahun 2020 dan edaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI.
Berdasarkan Fatwa MUI tersebut, penguburan jenazah pasien terpapar Covid-19 harus dilakukan sesuai ketentuan syariat
dan protokol medis. Setelah melalui ptoses medis, jenazah kemudian dimasukkan bersama peti ke dalam liang kubur tanpa
harus membuka peti, plastik, dan kafan jenazah. Penguburan beberapa jenazah dalam satu liang lahat diperbolehkan
karena sudah termasuk dalam ketentuan aldharurah al syar’iyyah atau kondisi darurat. Lokasi penguburan jenazah terpapar
Covid-19 harus berjarak setidaknya 50 meter dari sumber mata air tanah dan 500 meter dari pemukiman terdekat serta
dikubur pada kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup tanah setinggi satu meter. Pihak keluarga dapat turut dalam penguburan
jenazah dengan catatan jika semua prosedur protocol kesehatan dilaksanakan secara baik. Pengetatan terhadap proses
pengurusan jenazah pasien Covid-19 diharapkan dapat meminimalisir bahkan memutus mata rantai penyebaran Covid-19
yang lebih luas. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi keluarga dan petugas yang menangani jenazah.
Wallahu A’lam. Salam sehat !.

Mantan Pasien Covid-19 Wisma Atlet Jakarta

Ciputat, 25 September 2020

Menurut saya hal ini benar dilakukan karena, jika berbeda kelamin saja tidak boleh memandikan kecuali terpaksa,
dimana jika terpaksa memiliki lebih banyak langkah tambahan. Apalagi jika memandikan mayat yang bisa membuat
pemandi mayat meniggal atau mendapatkan disabilitas. Sebenarnya tidak hanya terkena penyakit covid saja yang bisa
menyebabkan, mayat untuk tidak dimandikan. Hal lain itu berupa meninggal dalam perang, berada di laut, dan terkena
musibah. Semua ini dapat dilihat dalam buku fikih al darurah, yang membahas hal ini lebih lanjut.

http://diktis.kemenag.go.id/v1/artikel/secara-agama-jenazah-pasien-covid-19-tidak-wajib dimandikan

Tema khutbah Jumat Menag di Masjid Istiqlal tentang persatuan dan kesatuan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta
Pusat, Jumat (1/11). Tema khutbah yang disampaikan Fachrul Razi adalah tentang merajut persatuan dan kesatuan.

Mengenakan jubah luar terbuka warna hitam kecokelatan, senada dengan pecinya, Menag datang bersama rombongan
protokoler pukul 11.30 WIB. Menag langsung shalat sunah dua rakaat satu kali salam. Selang lima menit kemudian Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Manoarfa datang dan langsung mengambil posisi di samping Fachrul Razi.
Keduanya pun saling menyapa.
Setelah waktu shalat Jumat tiba, Menag langsung menuju mimbar dan mengucapkan salam sebagai pananda azan
pertama Jumat dikumandangkan. Selesai azan, Menag membaca rukun pertama yang wajib dibacakan khatib Jumat, yaitu
hamdallah, shalawat, dan wasiat takwa menggunakan bahasa Arab.
"Alhamdulillah segala puji kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas begitu banyak nikmat yang kita dapatkan dalam hidup
ini termasuk kesehatan sehingga pada siang ini kita dapat berkumpul berjamaah di masjid yang mulia ini untuk
melaksanakan shalat Jumat," kata Fachrul setelah selesai menyampaikan wasiat takwa.
Dari mimbar yang mulia itu, Facrul sebagai khotib mengajak semua jamaah untuk meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah SWT. Karena kata dia, dengan meningkatnya iman dan takwa, akan lebih memudahkan kita semua untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut dia, dengan meningkatnya iman dan takwa, insya Allah kita semua tidak termasuk kepada kelompok orang yang
yang merugi, sesuai yang disampaikan Allah dalam surah al-Ashr ayat 1.
"Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi kecuali yang beriman dan melakukan amal saleh serta saling menasihati,"
katanya.
Setelah selesai menyampaikan surah al-Ashr dengan menggunakan bahasa Arab dan artinya, dalam khutbahnya, Menag
juga menyampaikan surah al-Khujurat ayat 13, lengkap dengan bahasa Arab dan terjemaahnya. "Wahai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi maha mengenal."
"Saya ulangi agar kamu saling mengenal," katanya.
Fachrul mengatakan, sesungguhnya mudah bagi Allah menciptakan manusia itu dalam umat yang satu, seperti yang
tercantum dalam surah Hud ayat 118 yang artinya, "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,
"Pertanyaanya adalah mengapa Tuhan menciptakan bangsa ini manusianya berbeda-beda," katanya.
Jawabannya, kata Fachrul, seperti yang disampaikan dalam surah Hud ayat 118, adalah supaya saling mengenal satu
sama lain yang tujuannya lebih luas lagi agar bisa belajar lebih baik antara satu dengan yang lainnya.
"Namun, pada saat situasi yang berbeda-beda itu justru Allah kemudian mengatakan kita mesti bersatu jangan bercerai
berai seperti yang disampaikan surah Ali Imran 103 yang artinya dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah dan janganlah kamu bercerai berai," katanya.
Fachrul mengatkan, ada nilai ibadah ketika berbeda-beda. Namun, kita sebagai umat manusia mampu menjaga persatuan
dan kesatuan antarumat. Karena, kata dia, dengan persatuan tersebut, antara umat yang satu dengan yang lainnya bisa
dapat saling belajar.
"Di sini letaknya pelajaran-pelajaran toleransi, di sini letaknya kemudian pelajaran-pelajaran tentang kasih sayang, rahmat,
dan hubungan silaturahim antara satu dengan yang lainnya," katanya.
Menurut dia, Allah telah banyak membantu agar umat manusia tetap bersatu. Salah satunya dengan menurunkan Nabi
Muhammad SAW untuk dijadikan contoh teladan kepada umat manusia dan sekaligus membawa agama Islam yang
rahmatan lil alamin.
Islam juga, kata dia, memberikan pelajaran kepada para pemimpin bagaimana bersikap adil. Dia menyebut, kalau
pemimpin tidak adil, tentu rakyatnya tidak bahagia yang berdampak pada sulitnya diajak bersatu.
Oleh sebab itu, kata Facrul, Allah memberikan petunjuk melalui surah an-Nisa ayat 58 yang intinya apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Dan ayat ini harus menjadi perhatian oleh semua para
pemimpin.
"Pesan Allah terhadap pemipin adalah bila diberi amanah maka kau hendaknya berlaku adil. Jika kau menetapkan hukum
di antara manusia kau harus menetapkan hukum dengan seadil-adilnya. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat," katanya mengutip
terjemaahan surah an-Nisa ayat 58.
Menurutnya, sering kali orang melakukan kejahatan atau kemaksiatan di ruangan sempit dan tertutup, yang mungkin
diharapkannya KPK dan aparat penegak hukum yang lain tidak. "Namun, Allah katakan, sesungguhnya Aku Maha
mendengar dan maha melihat di manapun kau melakukan perbuatan melanggar hukum aku akan tahu," katanya.
Fachrul mengatakan, sebagian pejabat atau di antara kita berbuat dzalim yang tidak langsumg mendapat balasan dari
Allah. Dan pada saat itulah kita yang melakukannya merasa senang.
"Dan berharap mudah-mudahan Allah lupa," katanya.
Akan tetapi, kata dia, Allah ingatkan di dalam surah Ibrahim ayat 42-43 yang artinya dan janganlah sekali-kali kamu
(Muhammad) mengira Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi
tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.
Pada khutbah yang kedua, Menag Fachrul menyampaikan terima kasih kepada para guru, ustaz, dan ustazah yang selalu
menyebarkan Islam ke berbagai pelosok Indonesia dengan selalu menampilkan pajak ajakan-ajakan yang baik dan penuh
toleransi.
"Kita juga berterima kasih kepada organisasi Islam, seperti NU, Muhammadiyah, dan lain sebagainya yang membina kader-
kader bangsa, kader-kader umat, dan mengajak mereka untuk mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang
rahmat bagi alam," katanya.
Pada kesempatan itu, Fachrul juga mengingatkan agar kita semua selalu mengedepankan toleransi. Karena toleransi itu
tidak sedikit pun akan mengurangi iman dan takwa kita semua kepada Allah SWT yang yang dijelaskan surah al-Kafirun
ayat 2-6.
"Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku."
"Ayat ini sangat tegas toleransi tidak mengganggu iman dan takwa kita kepada Allah SWT," katanya.
Setelah selesai menyampaikan khutbah, Fachrul menutupnya dengan shalawat, doa ampunan untuk kaum muslimin dan
muslimat serta doa kepada kedua orang tua menggunakan bahasa Arab dan Indonesia.
"Ya Rabanna Ya Allah, bimbinglah kami sehingga kami dapat menjaga diri, dan menjadi manusia-manusia yang mengenal
perbedaan itu. Ya Allah bimbinglah kami agar kami selalu menjauhi semua larangan-larangan mu dan mendekati semua
petunjuk-petunjuk-Mu"
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar washallallahu ala sayyidina Muhammadin
wa'ala alihi wasohbihi ajmain subhanaka robbika robbil izzati amma yasifun wasalamun alal mursalin walhamdulillahi rabbil
alamin."
https://www.republika.co.id/berita/q0ad9u430/ini-isi-khutbah-perdana-menag-di-masjid-istiqlal

Pendapat saya :

Tema persatuan dan kesatuan adalah topik khutbah yang tepat di saat ini, karena masa ini bangsa Indonesia sedang
menghadapi pandemi virus covid-19. Semangat persatuan, semangat perjuangan, semangat kebangkitan nasional terus
harus kita tumbuhkan dan kita bangkitkan. Sehingga kita mampu menghadapi semua yang menjadi tantangan kita.
Khususnya dalam menghadapi Covid-19 sekarang ini. Contoh dari perilaku persatuan dan kesatuan dalam lingkungan
masyarakat adalah saling menghormati dan menghargai dengan sesama warga masyarakat, menjaga hubungan baik
dengan tetangga dan selalu berperilaku sopan kepada semua warga yang berada di lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai