Anda di halaman 1dari 96

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS

TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM PETROLOGI

Disusun Oleh :

Nama: Emanuel Rano Pasulu’


NIM: 4100190071
Kelas: 02

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan Praktikum Petrologi Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

Laporan Akhir Praktikum Geologi Dasar disusun oleh:


Nama : Emanuel Rano Pasulu’
Nim : 4100190071
Kelas : B (02)

Diajukan sebagi syarat untuk mengikuti responsi Praktikum Petrologi 2020


Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasionalyogyakarta

Dosen Petrologi Asisten Dosen Petrologi

Dr. Hill Gendoet Hartono,ST.,MT (......................................)

2
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan ini saya persembakan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rahmat-Nya dan semua yang
saya butukan dalam menyelesaikan laporan akhir ini
2. Untuk diri saya dan kedua orang tua saya yang telah memberikan segalanya dan doa restu
yang selalu menyertai sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir ini
3. Kepada bapak Dr. Hill Gendoet Hartono,ST.,MT selaku dosen Petrologi
4. Asisten pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk asistensi dan membimbing
kami sehingga laporan akhir ini terselesaikan
5. Kepada teman-teman saya yang memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum petrologi ini dengan tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum
petrologi dan sebagai syarat mengikuti responsi praktikum petrologi. Selain itu, juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan/wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Hill Gendoet Hartono,ST.,MT, selaku dosen
pembimbing mata kuliah Petrologi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan akhir
ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para Asisten Dosen yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini ini, serta semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan laporan akhir ini.

Makassar, 28 Mei 2020

Emanuel Rano Pasulu’

4
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
BAB II DASAR TEORI.................................................................................................................
II.1 Mineral Dan Batuan.......................................................................................................
II.2 Batuan Plutonik, Vulkanik Dan Sub-Vulkanik..............................................................

II.3 Batuan Piroklastik..........................................................................................................

II.4 Batuan Sedimen Klastik.................................................................................................

II.5 Batuan Sedimen Non-Klastik.........................................................................................

II. 6 Batuan Metamorf Foliasi Dan Non Foliasi....................................................................

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................

IV.1 Kesimpulan...................................................................................................................

IV.2 Kritik dan Saran

LAMPIRAN....................................................................................................................................

5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula pembentukan batuan, pembentuk kulit
bumi, serta penyebarannya baik didalam maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi
dan aspek genesa-interpretasi. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak
(kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur
(mengkristal). Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi,
berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau
penamaan batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”)
hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang
menyusun kerak (kulit)bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang
telah menghablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan
bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses
erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk
batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
1 Batuan beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan
daripada magma yang mendingin.
2 Batuan sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan
batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organisme (Pettijohn, 1964).
3 Batuan metamorf atau batuan malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan yang berasal
dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fasa padat sebagai perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperature)

I.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui dan memahami mineral dan batuan
2. Memahami dan mengetahui petrologi batuan plutonik, batuan vulkanik dan batuan
sub-vulkanik
3. Mengetahui dan memahami petrologi batuan piroklastik, batuan sedimen klastik dan
batuan sedimen non-klastik
4. Mengetahui dan memahami petrologi metamorf foliasi dan non-foliasi.

I.3 Tujuan
1. Untuk memahami mengenai mineral dan batuan
2. Untuk mengetahui siklus batuan
3. Untuk Mengetahui dan memahami petrologi batuan piroklastik, batuan sedimen
klastik dan batuan sedimen non-klastik
4. Untuk Memahami dan mengetahui petrologi batuan plutonik, batuan vulkanik dan
batuan sub-vulkanik

6
5. Mengetahui dan memahami petrologi metamorf foliasi dan non-foliasi

7
BAB II
DASAR TEORI

II.1 MINERAL DAN BATUAN


A.MINERAL
1. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom
yang tersusun secara teratur.

2. Sifat Fisik Mineral


Sifat fisik suatu mineral berhubungan erat dengan struktur kristal dan komposisi
kimianya. sehingga dengan mempelajari sifat-sifat fisisnya kita dapat membuat beberapa deduksi
mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisika dari mineral dapat/banyak
digunakan dalam segi-segi teknik karena pemakaian mineral di dalam industri terutama
tergantung pada sifat fisisnya; misalnya pemakaian intan sebagai pengasah yang baik,
disebabkan oleh karena kekerasannya yang luar biasa sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-
alat elektronik. Selain itu sifat-sifat fisis ini juga berguna dalam segi-segi praktis, karena sifat-
sifat fisis banyak menolong kita di dalam penentuan mineral.
Dari uraian di atas ternyata sifat-sifat fisik mineral dapat dianggap penting dalam 3 (tiga)
aspek yaitu : aspek ilmiah, aspek teknik dan aspek penentuan (determinasi). Sifat-sifat fisik yang
perlu diperhatikan untuk keperluan determinasi adalah sbb:
Warna Mineral
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata bilamana mineral tersebut
terkena sinar. Pada umumnya warna mineral ditimbulkan karena penyerapan babarapa jenis
panjang gelombang yang membentuk cahaya putih, jadi warna itu timbul sebagai hasil dari pada
cahaya putih yang dikurangi oleh beberapa panjang gelombang yang terserap. Misalnya mineral
yang berwarna gelap adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombanng pembentuk cahaya putih.
Sebab-sebab yang menimbulkan warna di dalam mineral bergantung berbagai hal antara
lain:
1. Komposisi Kimia
Contoh : Warna biru dan hijau pada mineral-mineral copper/tembaga sekunder.
2. Struktur Kristal dan ikatan atom
Contoh : Polymorph dari carbon; intan tidak berwarna dan transparan sedangkan grafit
berwarna hitam dan opaque.
3. Pengotoran dari pada mineral
Contoh : Calcedon yang berwarna.

Kilap (Luster)
Kilap (luster) merupakan suatu sifat optis yang mempunyai hubungan yang erat dengan

8
peristiwa pemantulan dan maupun pembiasan.
Dua jenis utama dari apda Kilap (luster) yang biasa dimiliki 3 oleh mineral-mineral
dikenal dengan sebutan :
1. Kilap logam (Luster metallic)
2. Kilap bukan logam (luster non metallic)
Jika kita tidak dapat/sulit menarik batasan yang nyata/tegas/jelas diantara dua jenis kilap
di atas, maka kita nyatakan dengan kilap setengah logam (luster sub metallic).
Hubungan antara kilap dengan indeks bias adalah sbb :
1. Kilap Logam ; mineral-mineral yang dapat menyerap pancaran sinar secara kuat, karena
disebabkan oleh sifat opaque atau hampir opaque walaupun mineral-mineral berbentuk sebagai
fragmen-fragmen yang tipis (sesungguhnya sudah cukup tembus cahaya bagi sinar infra merah).
Kilap logam dipunyai pada umumnya oleh mineneral- mineral yang berindeks bias lebih
besar dari 3 (tiga) terdiri dari logam-logam murni dan kebanyakan dari kelompok sulfida.
Contoh ;
- Antimonite (Sb) - Galena (Pbs)
- Pyrite (FeS2) - Chalcopyrite (CuFeS2)
2. Kilap setengah logam (Luster sub metallic) : terdiri dari mineral-mineral transparant dan
translucent dengan indeks bias antara 2,6-3,0.
Contoh :
- Cuprite (Cu2O), n = 2,85
- Cinnabar (HgS), n = 2,91
- Hematite (Fe2O3), n = 3,00
3. Kilap bukan logam : Umumnya terdiri dari beberapa jenis-jenis antara lain :
a. Kilap kaca (Vitreous luster), didirikan oleh mineral-mineral yang mempunyai indeks
bias antara 1,9-1,3 meliputi 70% dari semua mineral yang kita kenal termasuk hampir semua
silikat, oxylate (carbonate, pospat, sulfat dsb), halida, oksida dan bidroksida dari unsure-unsur
ringan seperti Mg dan Al.
Contoh :
- Fluorite (CaF2), n = 1,43
- Kwarsa (SiO2), n = 1,54
- Calcite (CaCO3),
b. Kilap Intan (Diamond Luster/Adamantin Luster: Didirikan oleh mineral –mineral yang
mempuyai indeks bias antara 1,9 - 2,6.
Contoh :
- Zirconium (ZrSiO4) n = 1,92
- Cassiterite (SnO2) n = 1,99 – 22,09
- Intan/ diamond (C) n = 2,4 – 2,46
c. Kilap Lemak (Grease Luster), kilap lilin (waxy luster), kilap sutera (Silky luster), kilap
mutiara (pearly luster) adalah merupakan variasi dari kilap bukan logam yang disebabkan oleh
sifat permukaan yang dapat memantulkan sinar.

9
Permukaan belahan dari halite (NaCI) mempunyai kilap kaca dalam keadaan segar, tetapi akan
berubah menjadi kilap lemak atau lilin apabila sudah tersingkap di udara bebas.
Kilap sutra, dihasilkan oleh mineral-mineral yang terjadi dari kumpulan serat-serat yang sejajar
seperti asbes Mg(Si4O18(OH)8 dan beberapa varietas dari gypsun (CaSO42H2O).
Kilap mutiara dihasilkan oleh mineral-mineral yang transparan dengan struktur kisi berlapis dan
mempunyai lembaran tipis yang sempurna, dihasilkan oleh pantulan bagian bawah permukaan.
contoh : Talk, Mika, Gypsum, dengan kristal kasar.
d. Kilap Damar (resineous luster), merupakan kombinasi antara warna kuning atau
cokelat dengan indeks bias antara 1,8-2,6.

Cerat
Cerat atau warna gores adalah warna yang kita dapatkan bilamana mineral kita goreskan
pada keping porselin yang kasar permukaannya atau warna mineral bila ditumbuk halus. Banyak
mineral yang mempunyai warna yang sama dengan warna goresnya seperti cinuabar berwarna
merah, magnetit berwarna hitam dan sebagainya. Dan adapula mineral yang mempunyai warna
gores yang berbeda dengan warna mineralnya seperti hematite berwarna abu-abu – hitam
goresnya merah, pyrite warna kuning pucat-kuning warna goresnya hitam dan sebagainya.
Kebanyakan mineral transparan dan translucent mempunyai gores berwarna putih.
Mineral-mineral berwarna gelap dengan kilap bukan logam biasanya mempunyai gores yang
lebih terang dari warna mineralnya, sedangkan mineral-mineral dengan kilap logam sering
mempunyai gores lebih gelap dari warnna mineralnya.

Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral yang karena pengaruh mekanis, seperti
pemukulan atau penekanan akan terbelah-belah dan tidak hancur pada arah yang tertentu,
sehingga didapatkan permukaan yang rata dan licin atau dengan kata lain jika suatu
kristal/mineral mengalami suatu gaya atau strain dan melampaui batas elastisitas dan plastisnya,
maka akan terbelah sejajar dengan permukaan mineral atau pecahnya sepanjang permukaan yang
berhubungan struktur kristalnya.
Berdasarkan kwalitas belahan, maka belahan mineral dapat dikelompokkan menjadi :
1. Belahan sempurna (perfect), dijumpai pada mineral yang belahannya sepanjang bidang
belahan dengan permukaan licin dan berkilauan, sulit terbelah kecuali pada bidang belahannya.
Contoh : Kalsit (CaCO3) dan Muskovit (KAl2Si3O10(OH)2)
2. Belahan bagus (Good), mineral dengan belahan bagus apabila terbelah memanjang bidang
belahan, tetapi dapat pula secara melintang.
Contoh : Feldspar.
3. Belahan tertentu (distinct), kebanyakan dapat dilihat sepanjang bidang belahan, tatapi juga
dijumpai pada kedudukan lain, akibatnya permukaan belahan itu sendiri jarang ada yang besar.
Contohnya : Scapolite
4. Belahan tidak jelas (indistinct), memberikan pecahan yang nampak seperti belahan, dalam

10
pemeriksaan yang teliti digolongkan sebagai belahan.
Contoh : Beryl (Be3Al2(Si6O18).
Sedangkan berdasarkan arah belahannya terhadap kedudukan kristalografinya, maka
dapat dibagi atas :
1. Belahan satu arah, dijumpai pada mineral yang berbentuk pipih.
Contoh : Mika Group.
2. Belahan dua arah, dijumpai pada mineral-mineral berbentuk prismatic.
Contohnya : Pyroksin Group, Amphibol Group, Feldspar dll.
3. Belahan 3 arah, dijumpai pada mineral-mineral Rhombohedral dan Orthorombik.
Contohnya : Mineral Orthorombik : - Barite (BaSO4)
- Anhydrite (CaSO4)
- Celestite (SrSO4)
Mineral Rhombohedral : - Calsite (CaCO3)
- Dolomite (CaMg(CO3)2)
- Magnesite (MgCO3)
- Siderite (FeCO3)
4. Belahan 4 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric dan tetragonal.
Contoh : Mineral Isometrik : - Fluorite (CaF2)
- Diamond (C)
Mineral Tetragonal : - Scapolite
5. Belahan 6 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric.
Contoh : - Sphalerite (ZnS)
- Sedalite (Na4(AlSiO4)3Cl)

Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah keretakan mineral yang didapat tidak melalui suatu bidang tertentu,
sehingga arah pecahan tidak teratur dan tidak rata.
Pecahan dari mineral dapat dibedakan atas :
1. Concoidal fracture, apabila pecahannya secara melengkung (menyerupai kurva dan
permukaannya licin)
Contoh : - Kwarsa (SiO2) - Fiter
- Opal - Obsidian
2. Hacklysfracture, apabila pecahannya menyerupai gigi, seperti pecahan besi, tajam-tajam
dan tidak teratur.
Contoh : - Silver (Perak) Ag
- Copper (Tembaga) Cu
- Iron (Besi) Fe
3. Even, bidang pecah agak kasar, tetapi kecil-kecil masih mendekati bidang datar.
Contoh : - Mika
4. Uneven atau irregular fracture, apabila pecahannya kasar dan permukaannya tidak teratur.

11
Contoh : - Cerargyrite (AgCl)
- Gypsum (CaSO42H2O)

Kekerasan (Hardnes)
Kekerasan mineral umumnya didefenisikan sebagai daya tahan suatu mineral terhadap
suatu goresan (scratching). Biasanya secara praktis dalam bidang mineralogi untuk mendapatkan
kekerasan suatu mineral dilakukan dengan cara menggoreskan mineral satu terhadap mineral
yang lainnya.
Untuk menguji mineral yang lasim ditentukan dengan menggunakan skala kekerasan dari
Mohs seorang sarjna Australia yang menyusun skala menurut tingkat kekerasan relatifnya mulai
dari kekerasan yang terlunak sampai yang keras (kekerasan 1-10) pada tahun 1822. Penentuan
keras mineral ialah dengan skala Mohs manakah yang memberikan cerat/goresan pada mineral
yang diselidiki dan manakah yang tidak. Jadi, kalau satu mineral dapat dicerat dengan skala
keras 7 (kwarsa) tetapi tidak dapat dicerat dengan skala keras 6 (feldspar), maka keras mineral
tersebut ialah 6,5 atau antara 6 dan 7. Penentuan mineral tersebut harus sependek mungkin
(0,5cm) dan harus searah, mengingat bahwa kekerasan mineral pada arah yang berbeda dapat
berbeda pula nilainya. Kenyataan ini erat hubungannya dengan arah-arah kristalografinya,
umpamanya pada mineral kyanit yang berbentuk batang pada arah panjangnya dengan keras
antara 4–5 sedang tegak lurus padanya mempunyai keras 7.
Penentuan keras mineral selain dengan cara penceratan tersebut dapat pula dengan cara-
cara pengasahan (grinding method), penggoresan (abrasion Method) cara penekanan (indenting
method), sehingga nilai kekerasan tersebut dapat berbeda-beda menurut cara yang digunakan.
Kekerasan mineral disusun dari 1 sampai 10 sesuai tingkat kekerasannya adalah sbb :

Kekerasan
Nama Mineral Komposisi Mineral Keterangan
(Hardness)
1 TALK Mg3Si4O10(OH)2 Tergores kuku
2 GIPSUM CaSO42H2O Tergores kuku
3 KALSIT CaCO3 Tergores pecahan botol
4 FLUORIT CaF2 Tergores pisau lipat

5 APATIT Ca5(PO4)3F Tergores gelas

6 ORTOKLAS KAlSi3O8 Tergores kikir baja


7 KUARSA SiO2

8 TOPAS Al2(SiO4)(F7OH)2

9 KORUNDUM Al2O3

12
10 INTAN C

Cara menentukan kekerasan dilakukan dengan menggoreskan mineral skala keras Mohs
pada mineral yang kita selidiki. Agar tidak merusak mineral-mineral skala keras, dalam
penentuan kekerasan kita dapat memulai menguji kekerasan mineral yang diselidiki dengan
mineral skala keras yang paling keras dalam hal ini adalah intan dan selanjutnya secara bertahap
kita turunkan pengujian dengan mineral skala keras seperti tersebut tadi. Jadi kekerasan
mmineral skala keras yang dipakai untuk mengujinya.
Jangan hanya menguji pada muka mineral saja, uji juga bagian muka lainnya sebab
kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak seragam pada segala arah.
Jika kita berada di lapangan, dapat mengadakan tes pengujian kekerasan pada batas-batas
tertentu dengan mempergunakan perbandingan sbb :
- Kuku jari-jari kekerasan (H) = 2 -2,5
- Tang Logam kekerasan (H) = 3,0
- Kikir baja kekerasan (H) = 6,5
- Intan kekerasan (H) = 10
- Pecahan Botol kekerasan (H) = 5,5

Kekenyalan (Tenacity)
Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang merupakan daya tahan
mineral terhadap usaha pemecahan, pemotongan, dan lengkungan atau sobekan pendek.
Kekenyalan mineral dapat dibedakan menjadi :
1. Brittle : Mineral dapat hancur atau menjadi seperti tepung
Contoh :
- Arsenit (AS)
- Bismut (Bi)
2. Sectil : Mineral dapat dipotong menjadi lembaran tipi dengan mempergunakan pisau lipat.
Contoh :
- Argentite (Ag2S)
- Chalcocite (Cu2S)
- Bismuth (Bi)
3. Malleable : Mineral dapat ditempa menjadi lembaran atau lempengan tipis.
Contoh :
- Gold (Au)
- Silver (Ag)
- Copper (Cu)
- Platinium (Pt)
4. Flexible : Mineral dapat dibengkokan/dilengkungkan, tetapi bila gaya yang bekerja pada
mineral tersebut sudah tidak ada, mineral tersebut tidak dapat kembali pada keadaan semula
(seperti sebelum dibengkokkan).

13
Contoh :
- Brucite Mg(OH)2
- Chlorite Mg3(Si4O10)(OH)2Mg3(OH) 6
- Talk Mg3(OH)2Si4O10
5. Elastic : Mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada keadaan semula bila gaya yang
bekerja sudah tidak ada lagi
Contoh:
- Muscovit KAL2(ALSi3O10)(OH)2
- Biotit K(Mg,Fe)3ALSi3O1O(OH)2
6. Ductil : Mineral dapat digores dengan kawat.
Contoh :
- Gold (Au)
- Silver (Ag)
- Copper (Cu)

Diapanaety
Diapanaety adalah merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa mineral yaitu
kemampuan suatu mineral untuk memindahkan cahaya.
Diapanaety dapat dikelompokkan menjadi:
1. Transparan; apabila suatu mineral diletakkan benda di bawahnya, maka benda tersebut
dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: - Kuarsa
- Muskovit.
2. Translucent; Suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi benda yang berada di
bawahnya tidak dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: Gypsun, Sulfur, Fluorite.
3. Opaque; adalah sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan cahaya.
Contoh: - Hemetite
- Magnetite
Berat Jenis (Density)
Berat jenis mineral adalah perbandingan antara bobot mineral dengan bobot air dengan
volume yang sama. Jika mempunyai berat tiga kali berat air dan volume sama, maka mineral itu
memiliki berat jenis tiga.
Kegunaan mengetahui berat jenis mineral untuk keperluan dideterminasi dapat
diambilkan contoh di dalam praktik sebagai berikut; dua buah mineral Celestit dan Barit,
keduanya mempunyai warna, kilap, cerat, sifat dalam boleh dikatakan sama. Perbedaan terletak
pada berat jenisnya yaitu celestit 3,95 dan Barit 4,50. Pada contoh ini dapat kita diketahui betapa
penting berat jenis untuk diketahui, karena dengan meninjau sifat fisik tersebut kita sudah dapat
menduga bahwa dua mineral itu tidak sama.

14
Sifat-Sifat Magnet
Hanya beberapa mineral saja yang bersifat ferromagnetis. Diantaranya yang paling umum
adalah magnetite (Fe3O), Phyrotite dan polymorph dari Fe2O3 magnetite. Kadang-kadang
Phyrotite dan Magnetite malah dapat berbentuk sebagai Lodstone dan Lodstone ini banyak
dipergunakan pada permulaan jaman kompas dikenal manusia.
Sebenarnya semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk menunjukkan
dibutuhkan suatu alat yang khusus. Mineral yang bersifat sedikit tertarik oleh magnet dikatakan
sebagai paramagnetis, Semua mineral mengandung besi bersifat paramagnetis, tetapi juga
mineral-mineral yang tidak mengandung besi, seperti beryl, dapat juga bersifat paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-penyelidikan
geofisis mempergunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang dapat mengukur segala
perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita menyatakan dalam peta. Penyelidikan
magnetis ini sangat berguna untuk menentukan suatu cebakan bijih, juga untuk mengetahui
perubahan-perubahan jenis batuan, dan untuk mengikuti formasi-formasi batuan yang
mempunyai sifat magnetis tertentu. Penyelidikan magnetis ini banyak manfaatnya karena
penyelidikan ini dapat juga dilakukan secara cepat dan mudah denga mempergunakan sebuah
pesawat udara.

Sifat Listrik
Dengan memperhatikan sifat listriknya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
1. Bersifat menghantar (conductor)
2. Tidak bersifat menghantar (Non conductor)
Mineral-mineral yang bersifat menghantar dengan tipe ikatan logam, termasuk logam
murni dan beberapa dari golongan sulfide, jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan
mineral yang bersifat tidak menghantar.
Contoh : Daya hantar hematit (Fe2O3) dua kali lebih besar pada kedudukan tegak lurus sumbuh
C dari pada kedudukan sejajar sumbuh C.
Mineral-mineral yang tidak menghantar, kemungkinan dapat bermuatan listrik disebabkan oleh
perubahan temperature yang dikenal dengan Byroelectricity, dapat pula bermuatan listrik karena
penekanan, disebut Byezoelectricity juga dapat bermuatan listrik disebabkan oleh penggosokan
(frictional electricity).

Sifat Radioaktif
Sifat radio aktif dari mineral berhubungan erat dengan adanya uranium dan thorium (beberapa
unsur, seperti potassium dan rubidium, juga mempunyai sifat radioaktif yang lemah, hanya dapat
dideteksi dengan alat yang cukup peka). Atom uranium dan thorium merupakan disintegrasi
secara sepontan dengan kecepatan tetap yang tidak dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.

15
Sifat-Sifat Fisik Yang Lain
1. Rasa
Mineral-mineral yang dapat larut dalam air atau air liar dapat memberikan rasa yang khas
bagi mineral-mineral yang bersangkutan :
a. Asin seperti pada halite (NaCl).
b. Pahit seperti pada epsonite (MgSO4. 7H2O)
c. Dingin seperti pada chilisalpeter/tawas (KAl3(OH)6(SO4)2

2. Bau
Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar tidak memberikan bau, tetapi
pada beberapa mineral akan memberikan bau khususnya kalau mineral tersebut digosok,
dibasahi, direaksikan dengan asam dan lain-lain, seperti :
a. Bau bawang putih, seperti pada minera-mineral As
b. Berbau lobak, seperti pada mineral-mineral Se
c. Berbau belerang, pada mineral belerang (S)
d. Berbau arang, seperti pada batubara dan aspal dll.

3. Rabaan
Jenis-jenis rabaan yang umum dikenal adalah sebagai berikut:
a. Rabaan seperti lemak, umpama mineral tale
b. Rabaan kasar, seperti pada kapur.
c. Rabaan licin, seperti pada sepioli.
d. Melekat kalau diraba, seperti pada mineral kaolin, tanah diatomie (diatomit)

Beberapa Mineral Yang Umum Dijumpai


1. Gipsum
Berwarna jernih (tak berwarna) sampai kuning pucat, kilap vitreus, belahan satu arah,
umumnya punya pecahan tidak rata dan tajam-tajam, mudah dibelah-belah tipis, kekerasan dua,
berat jenis=2,3. Rumus kimia CaSO42H2O
2. Belerang
Belerang mempunya rumus kimia S; berwarna kuning belerang, kilap vitreus hingga buram,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal, hingga tidak rata, kekerasan 1,5-2,5 dan berat jenis 2,1,
cerat putih hingga putih kekuningan.
3. Limonit
Berwarna merah hingga merah kecoklatan, belahan tidak ada, pecahan konkoidal kadang-
kadang tajam-tajam, cerat merah cokelat (sama dengan warna mineral), kekerasan 1-3, berat
jenis 5-5,5. Rumus kimia Fe2O3H2O.
4. Muskovit
Rumus kimia KAl(AlSi3O10)(OH)2. Berwarna cokelat atau tidak berwarna/jernih, kilap

16
vireus, sutera, mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, merupakan lembaran-lembaran
tipis, fleksibel, ceratnya putih, kekerasan dua, berat jenis 2,6.
5. Plogopit
Berwarnna cokelat hingga kekuningan, kilap vitreus hingga mutiara, cerat putih, BJ=2,8-3,
rumus kimia KMg3(AlSi3O10)(OH)2.

6. Garnierite
Rumus kimia (Ni,Mg)6(OH)6Si4O11H2O, berwarna hijau, belahan tidak jelas, pecahan tidak
rata hingga konkoidal, kekerasan 2-3, berat jenis 2,3-2,8, cerat puth kehijauan.

7. Kalsit
Rumus kimia CaCO3, warna beraneka ragam : hijau jernih, kebiruan, tidak berwarna, putih
suram, belahan tiga arah, pecahan tidak rata, cerat putih, kekerasan=3, berat jenis 2,7.
8. Lepidolite
Lepidolite (Mika), rumus kimia K(Li,Al)(AlSi3O10)(O,OH,F)2 berwarna kuning abu-abu,
kilap mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, kekerasan = 2,5-4, berat jenis = 2,8-2,9.
9. Opal
Rumus kimia SiO2nH2O, berwarna puth, tidak berwarna, kilap lemak, belahan tidak ada,
pecahan konkoidal, kekerasan=5-6,5. Berat jenis 1,9-2,2.
10. Piroksin
Piroksin (augit) rumus kimia Ca(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2O6 berwarna hijau hingga hitam, kilap
vitreus, belahan dua arah, pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan 5-6, berat jenis 3,2-
3,5.
11. Hornblende
Ca2Na(MgFe2)4(Al, Fe, Ti)Si6O22(O, OH)2, warna hijau hingga hitam, kilap vitreus,
belahan dua arah, pecahan konkoidal-tidak rata, kekerasan 5,5-6, BJ = 2,8-3,2.
12. Kwarsa
Rumus kimia SiO2, pada umumnya tidak berwarna (bening), sering beraneka ragam
warnanya akibat pengaruh pengotoran, kilap vitreus, pecahan konkoidal, berat jenis = 2,6.
13. Ortoklas
Rumus kimia KAlSi3O8, tidak berwarna atau keputihan hingga merah bata/merah daging,
kilap vitreus, belahan dua arah sempurna menyudut 90o, pecahan tidak rata, kekerasan=6,
BJ=2,57.
14. Oligoklas
Rumus kimia (AlSi3O8)(CaAl2Si2O8) , umumnya berwarna merah bata, kilap vitreus,
belahan dua arah sempurna, pecahan tidak rata, kekerasan=6, berat jenis=2,6-2,7.
15. Olivin
Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4, berwarna hijau botol-kekuningan, kilap vitreus, pecahan
konkoidal, kekerasan 6,5-7, berat jenis = 3,3-3,4.

17
B. BATUAN
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai
komposisi kimia tetap.
Secara umum batuan dibedakan atas 3 bagian yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.

1. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan penyusun kerak bumi yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma/lava atau hasil kristalisasi dari mineral dan sering disebut batuan primer.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mudah
bergerak (mibile), bersuhu antara 900oC-1100oC dan berasal atau berbentuk pada kerak bumi
bagian bawah hingga selubung bumi bagian atas. Batuan beku yang dapat dibedakan berdasarkan
-Tekstur
-Komposisi mineral
-Struktur
a. Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah sifat dan hubungan antar butir mineral yang satu dengan yang lain dalam
pembentuk batuan beku yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan susunan dari mineral
pembetuknya.
Dalam batuan beku ukuran butir mineral menurut HEINRICH, 1956 dapat dibagi dalam 4
kelompok yakni :
- Berbutir halus (fine grane) < 1 mm
- Berbutir sedang (medium grane) 1 mm – 10 mm
- Berbutir kasar (coarse graine) 1 cm – 3 cm
- Berbutir sangat kasar (very coarse graine) > 3 cm
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan beku dapat dibagi atas:
- Tekstur fanerik (berbutir kasar), apabila kristal-kristal mineral penyusunnya tampak jelas dan
dapat dibedakan dengan mata biasa, tanpa menggunakan mikroskop.
- Tekstur afanitik (berbutir halus), apabila butiran kristal-kristal mineral penyusunnya sangat
halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga hanya dapat diliihat dengan
menggunakan mikroskop.
- Tekstur porfiritik, apabila kristal-kristal mineral penyusunnya merupakan percampuran antara
mineral berbutir kasar dan halus.
b. Struktur Batuan Beku
Yang dimaksud dengan struktur batuan beku adalah kenampakan umum atau bentuk dari
susunan batuan beku yang meliputi :
- Struktur massive (kompak) adalah susunan mineral-mineral yang tersusun secara kompak

18
dalam suatu batuan beku, tidak menunjukkan adanya pori-pori.
- Struktur vesikuler dan amygdaloidal yaitu struktur yang memperlihatkan adanya lubang-
lubang akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari magma.

c. Komposisi mineral, yakni mineral-mineral yang membentuk batuan beku dan


ditentukan oleh komposisi magma yang membentuknya. Mineral penyusun batuan beku
berdasarkan peranannya dapat dikelompokkan atas:
1. Mineral utama adalah mineral-mineral penyusun utama batuan beku sehingga dapat
menentukan tipe batuan dan merupakan mineral yang dominan untuk batuan tgersebut.
Yang termasuk mineral utama adalah kuarsa, feldspar, piroksin, hornblende, biotit (mika
hitam), muskovit (mika putih) dan olivin.
2. Mineral pelengkap adalah mineral yang terdapat cukup banyak dalam suatu batuan, tetapi
tidak selalu seperti halnya mineral utama. Mineral pelengkap ini dapat pula berupa
mineral sekunder yaitu mineral yang terbentuk dari hasil pelapukan atau proses
metamorfisme atau sirkulasi batuan.
3. Mineral tambahan merupakan mineral yang terdapat dalam suatu batuan yang jumlahnya
tidak begitu banyak, kira-kira lebih kecil dari 5%, dari volume batuan seperti apatit,
magnetit, zirkon dll.
Susunan atau urutan kristalisasi magma dikenal dengan nama Bowen’s Reaction Series. Seri
bagian kiri disebut discontinous reaction series karena tiap mineral yang terbentuk mempunyai
struktur kristal yang berbeda. Pada seri bagian kanan, reaksi berlangsung terus menerus sehingga
disebut continous reaction series.

REACTION BOWEN SERIES

Discontinuous Temperatur Continuos


Olivin Anortit 110
0°c
Piroksen(Augit) Bitownit 900°c
Amphibol (Hornblende) Labradorit
Biotit Oligoklas
Albit 750°c
Feldspar Potas (Ortoklas)
Muskovit
Kuarsa 600°c
d. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat dikelompokan menjadi menjadi tiga yakni :
1. Batuan beku dalam (plutonic rock), yaitu batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi
magma yang terjadi pada tempat yang dalam dengan pembekuan lambat dan tekanan
besar. Tekstur batuan plutonik fanerik (butir mineral kasar) dapat diamati dengan mata

19
telanjang dan warna batuan tergantung pada banyaknya kandungan mineral yang ada, jika
berwarna terang disebut sebagai leucocratic dan apabila berwarna gelap disebut sebagai
melanocratic.
Contoh batuan beku dalam: granit, granodiorit, diorit, sianit, monsonit, dunit, gabro, diabas,
dan peridotit,

2. Batuan beku korok / gang (hypabysal rock)


Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk di antara batuan plutonik dan batuan
vulkanik. Tekstur batuan beku korok adalah porfiritik, kristal mineral pembentuknya
sebagian dapat dilihat langsung dengan mata telanjang dan sebagian hanya dapat diamati bila
menggunakan mikroskop. Contoh batuannya: granit pofiri, sianit pofiri, monsonit porfiri,
diorit porfiri dan gabro porfiri.
3. Batuan vulkanik / extrusive / batuan beku luar
Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi magma yang
terjadi di permukaan dengan pembekuan cepat. Tekstur afanitik, mineral penyusunnya tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang. Contoh batuannya riolit, trakit, fonolit, latit, dasit,
andesit, basal, obsidian, batu apung (pumice), dan pegmatit.
BATUAN BEKU YANG UMUM DIJUMPAI
EKSTRUSIF RIOLIT ANDESIT BASALT PERIDOTIT
INTRUSIF GRANIT DIORIT GABRO

KOMPOSISI:
1. Silika 72% 59% 50% 45%
2. Al-Oksida 14% 17% 16% 4%
3. Fe-Oksida 3% 8% 11% 12%
4. Mg-Oksida 1% 3% 7% 31%
5. Lainnya 10% 13% 16% 8%

MINERAL - Kuarsa - Amfibol - Ca- - Olivin


UTAMA -Feldspar - felspar (plagioklas) - Piroksin
Plagioklas - Piroksin

MINERAL TAMBAHAN - - Piroksin - Olivin -Plagioklas


Muskovit - Amfibol
- Biotit
-
Amfibol

20
WARNA Terang Abu-abu Abu-abu gelap Hijau gelap
terang sampai hitam sampai
atau hitam
Hijau
terang

2. BATUAN SEDIMEN
Batuaan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi/pengendapan , baik
secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Batuan sedimen diklasifikasi atas:

A. Batuan sedimen detrital/klastik


Batuan sedimen detrital adalah batuan sedimen yang berasal dari hasil transportasi padat yang
berasal dari pelapukan, tersusun dari berbagai mineral dan partikel batuan dan hasil rombakan.
Tekstur batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan susunan
butir/komposisi.
Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
(Menurut skala wenwort)
Diameter (mm) Partikel/fragmen Material lepas Material tersemen
> 256 Boulder/bongkah Boulder gravel
64 – 256 Couble Couble gravel Konglomerat
4 – 64 Pebble Pebble gravel
2-4 Granule Granule gravel Granule konglomerat
1–2 Butir pasir sangat kasar Pasir sangat kasar Butir pasir sangat kasar
0,5 – 1 Butir pasir kasar Pasir kasar Butir pasir kasar
0,25 – 0,5 Butir pasir sedang Pasir sedang Butir pasir sedang
0,125 – 0,25 Butir pasir halus Pasir halus Butir pasir halus
0,0625 – 0,125 Butir pasir sangat halus Pasir sangat halus Butir pasir sangat halus
0,004 – 0,0625 Partikel lanau Lanau (silt) Batu lanau
> 0,004 Partikel lempung Lempung (clay) Batu lempung

Catatan :
Untuk partikel berukuran antara 2 – 256 mm yang runcing membentuk batuan breksi dan apabila
bulat membentuk konglomerat.

Komposisi dari batuan sedimen terdiri atas :


- Fragmen, yakni merupakan komponen-komponen besar dalam batuan,

21
- Matriks, yaitu merupakan komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun utama
batuan sedimen (massa dasar),
- Semen, yaitu merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi,
antara lain karbonat (kalsit), silika (kuarsa), dan oksida besi.
Beberapa batuan sedimen klastik yang umum dijumpai di lapangan, antara lain :
1) Konglomerat : terbentuk dari hasil konsilidasi pada material kerikil-kerikil bundar atau
kerakal yang direkat oleh semen antara lain silika, oksida besi atau kalsium karbonat.
2) Breksi : tersusun dari fragmen-fragmen runcing dari batu yang disemen oleh beberapa
material yang lebih halus.
3) Batu pasir : terbentuk dari konsilidasi butir-butir pasir dengan disemen oleh material yang
sama biasanya adalah salah satu diantaranya yaitu silika, oksida besi dan karbonat.
4) Serpih : adalah lempung yang kompak, memiliki struktur perlapisan yang tipis (mudah
terbelah) dan disusun oleh terutama mineral kuarsa dan lainnya yang berukuran lempung.
5) Batupasir : banyak mengandung butiran pasir dari mineral kuarsa, feldspar dan kalsit.
Batupasir terdiri dari batupasir murni dan batupasir campuran dengan lanau dan lempung.
6) Batulanau : batuan sedimen yang berukuran halus, mengandung mineral-mineral kuarsa,
feldspar dan lain-lain.
7) Batu sedimen pyroklastik berupa : breksi vulkanik, aglomerat, tufa lapili, dan tufa.
8) Batu sedimen tektonik berupa :
- Breksi sesar : terjadi akibat pengerusan pada waktu terjadi patahan (sesar), dimana
fragmen-fragmen, matriks dan semen berasal dari batuan yang tersesarkan.
- Breksi perlipatan : terbentuk oleh adanya penggeseran antara lappisan batuan.
- Breksi collapse : terbentuk akibat adanya reruntuhan di dalam kerak bumi.

B. Batuan sedimen non klastik


Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang berasal dari pembentukan secara kimia
dan secara organik atau kristalisasi larutan kimia misalnya kalsium, potasium dan magnesium.
Batuan sedimen kimia dan organik terdiri dari:
1) Batugamping : penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit.
2) Dolostone : tersusun dari mineral dolomit yang mengandung unsure Fe/Mg dan rumus
kimia.
3) Batu rijang (chert) : batuan silika berbutir halus tersusun oleh tumbuhan/cangkang
radiolarian.
4) Batu garam : tersusun dari mineral-mineral halit yang terbentuk dari hasil penguapan air
danau yang asin (laut mati).
5) Batubara : terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tumbuhan dalam bentuk gambut(peat), lignit,
bituminous dan antrasit.
6) Yasper : semacam rijang merah yang mengandung mineral hematite, dapat pula terjadi
karena proses hidrotermal.

22
7) Travertin : tersusun oleh komponen kalsium karbonat yang sulit larut dalam air murni,
semacam batugamping yang terbentuk dari hasil pelarutan air yang mengandung CO2, dimana
unsure-unsur gamping tersebut terendapkan kembali. Contohnya : stalaktit dan stalakmit.
8) Batu evaporit, contohnya : Gypsum, anhydrite, dan batu garam (Na Cl).

C. Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses metamorfisme, yaitu
perubahan batuan yang sudah ada menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan
temperature yang besar serta aktivitas larutan kimia
Struktur batuan metamorf, terdiri dari :
· Struktur foliasi adalah suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang
yang sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu sendiri.
· Struktur unfoliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya mneral pipih tetapi
mineral butiran.
· Struktur kataklastik adalah struktur yang terbentuk karena adanya gaya kinetik/dinamik.
Tekstur batuan metamorf terdiri dari :
· Kristaloblastik : tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi
mineral sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi.
· Palimset/sisa/relik : tekstur asli batuan asal masih kelihatan.
Macam-macam batuan mertamorf :
1) Marmer : hasil metamorfisme dari batuan sedimen karbonat seperti batugamping dan
dolostone (batudolomit), penyusun utamanya berupa butir-butir mineral kalsit yang saling
mengisi (interlocking).
2) Geneis : berbutir kasar, struktur folisi, mengandung lensa-lensa kecil dari mineral butiran,
seperti kuarsa, feldspar, dan hornblende.
3) Skis : struktur folisi, tersusun dari mineral-mineral yang berlembar-lembar seperti mika,
klorit, talk, dan hornblende, kebanyakan susunannya sejajar. Skis terdiri dari : skis klorit, skis
hornblende, dan skis talk.
4) Batu sabak : berbutir halus dan mudah terbelah, struktur folisi, sehingga dapat dijadikan
lembaran-lembaran tipis. Komposisi utamanya terdiri dari klorit, serisit dan kuarsa.
Filit : berbutir halus, struktur foliasi terbentuk dari pemanasan dengan tegangan selama
metamorfisme dan banyak mengandung mika,chlorit, kuarsa, magnetit dan zircon

II.2 BATUAN PLUTONIK, VULKANIK DAN SUB-VULKANIK


1. Batuan Putonik

Batuan beku dalam atau disebut juga batuan plutonik adalah jenis batuan beku yang terbentuk di
bawah permukaan bumi. Yaitu sekitar 15-50 Km kedalamannya. Batuan plutonik terbentuk di
dekat stenosfer dan berdekatan dengan kamar magma. Karena itu proses pembekuannya
berlangsung sangat lama. Karena terbentuk di bawah lapisan kulit bumi, jenis batuan ini juga
disebut batuan intrusif.

23
Ciri-ciri batuan beku dalam (intrusif/plutonik)

Karena terbentuk dalam proses pembekuan yang sangat lambat, batuan beku intrusif dapat
dikenali dengan karakteristik sebagai berikit :

 Umumnya berukuran besar-besar


 Memiliki struktur holokristalin, yaitu semua komposisi batuan disusun oleh kristal yang
sempurna
 Umumnya memiliki permukaan yang lebih kasar dari batuan beku luar.
 Jarang terdapat lubang-lubang pada tubuhnya
 Bersifat masif atau pejal (sangat padat)
 Berlapis-lapis seperti batuan beku pada umumnya

Struktur Batuan Beku Dalam


Berdasarkan kedudukannya terhadap lapisan batuan yang diterobosnya, tubuh struktur batuan
beku intrusif terbagi menjadi dua bagian. Yaitu Konkordan dan Diskordan.

Konkordan

Konkordan adalah tubuh batuan beku dalam yang sejajar dengan lapisan batuan di sekitarnya.
Konkordan memiliki empat bentuk, yaitu sill, laccolith,lapolith dan paccolith.

 Sill, adalah tubuh batuan beku yang sejajar dengan lapisan di sekitarnya. Sill banyak
mengandung mineral berharga dan logam mulia seperti emas, krom, platina dan lain-lain. Sill
berbentuk lembaran-lembaran yang mengintrusi lapisan batuan sedimen yang lebih dulu
terbentuk.
 Laccolith, yaitu tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome). Kubah ini terbentuk karena
gerak dari batuan lain yang menerobos permukaannya, sehingga bagian dasarnya tetap datar.
Mirip seperti lensa cembung. Laccolith memiliki diameter sampai 4 mill dengan kedalaman
ribuan kilometer.
 Lapolith, yaitu bentuk tubuh bakuan beku dalam yang merupakan kebalikan dari Laccolith. Pada
lapolith yang menggembung adalah lapisan bawahnya sedangkan lapisan atasnya tetap datar.
Lapolit mengandung batuan yang bersifat felsik (asam). Misalnya granit, synit, diorit dan lain-
lain.
 Paccolith, adalah bentuk tubuh batuan beku dalam yang memiliki sinklin dan antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalannya berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

Diskordan

24
Adalah lapisan batuan beku dalam yang memotong lapisan beku di atasnya. Ada tiga bentuk
tubuh batuan beku dalam yang merupakan bagian dari bentuk diskordan. Yaitu Dyke, Batolith
dan Stock.

 Dyke, tubuh batuan beku yang memotong lapisan batu lainnya dan berbentuk
tabular/memanjang. Ketebalannya bervariasi mulai dari beberapa centimeter samapi ratusan
kilometer.
 Batolith, adalah tubuh batuan yang memiliki ukuran sangat besar. Biasanya proses
pembekuannya berada sangat dalam di bawah permukaan bumi. Ukurannya bisa mencapai 100
km2 lebih. Batolith biasanya tersusun dari atas batuan beku bersifat asam sampai
intermediet.Contoh batuan yang ditemukan pata batolith adalah batuan granit, diorite dan quartz
monzonite. Batolit bisa muncul ke permukaan bumi melalui dua proses. Yaitu memalui gaya
eksogen berupa erosi terus menerus yang lama kelamaan menyingkap batolith atau melalui gaya
endogen (pengangkatan). Contoh Batolith yang naik ke permukaan bumi ada di Sierra Nevada
(USA). Di Indonesia juga terdapat singkapan Batolith, seperti di provinsi Riau.
 Stock, juga terbentuk di bagian paling dalam seperti Batolith. Tapi memiliki ukuran yang lebih
kecil. Kurang dari 10 Km2.
 Diatrema (Leher vulkanik), adalah batuan beku yang berbentuk silinderis dan menonjol dari
topografi di sekelilingnya.

2. Batuan Vulkanik

Batuan beku vulkanik atau batuan beku luar adalah batuan beku yang terjadi karena
keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara dahsyat di atmosfer
dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan, atau dengan kata lain Batuan Beku vulkanik
merupakan batuan beku yang terbentuk merupakan hasil dari proses cooling down Magma atau
Lava. Jadi pada batuan beku khusus untuk vulkanik ini bukan hanya hasil pembekuan magma
tetapi juga lava yang berlangsung didalam tubuh gunung api maupun dipermukaan bumi atau
disebut juga intrusi dangkal (Shallow Intrusion).

Dikarenakan proses pembekuanya berada pada dalam tubuh api ataupun dipermukaan bumi,
sehingga proses pembekuanya berlangsung cepat dikarenakan langsung kontak dengan udara
maupun air yang ada dipermukaan bumi. Jika proses pembekuaan magma ini berlangsung secara
cepat maka belum sempat menngalami proses kristalisasi sempurna sehingga hanya terbentuk
kristal yang kecil-kecil ataupun glassy. Pada batuan beku jenis inilah kita temui jenis tekstur
batuan beku yang beragam, namun tidak untuk tekstur fanerik.

Beberapa contoh jenis teksturnya :

1. Afanitik
2. Porfiritk

25
3. Glassy

Adapun ciri – ciri batuan beku vulkanik adalah sebagai berikut :

 Batuan ini mengalami pembekuan di luar permukaan bumi


 Ukuran kristalnya kecil kecil / massa dasarnya gelas
 Terdapat lobang lobang gas
 Memiliki sifat magma yang encer
 Tekanan gas besar
 Batuan ini mengalami proses kristalisasi dalam jangka waktu yang cepat

3. Batuan Sub-vulkanik
Batuan hipabisal, juga dikenal sebagai batuan subvulkanik, merupakan batuan
beku intrusif yang berada pada kedalaman dangkal di kerak bumi, dan memiliki
ukuran butir menengah dan tekstur yang umumnya porfiritik yang sifatnya pertengahan
antara batuan vulkanik dan batuan plutonik. Batuan sub volkanik termasuk diabas (juga
dikenal sebagai dolerit) dan porfiri. Contoh umum dari batuan hipabisal
adalah diabas, kuarsa-dolerit, mikro-granit dan diorit

II.3 Batuan Piroklastik

Piroklastik merupakan kata yang diambil dalam bahasa Yunani, dimana pyro berarti api
dan klastos berarti pecah. Tekstur dari batuan tersebut yaitu memiliki ciri terdapat butiran
fenokris dan memiliki massa dasar seperti batuan porfiritik. Struktur dari fragmennya bengkok
dan terdeformasi, tekstur ini terjadi karena erupsi dari ledakan material yang berukuran debu
yang dihembuskan ke udara.
Jadi, batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi bahan-bahan
yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang memiliki sifat eksplosif.
Dimana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian akan
mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil dari reworking. Menurut
Williams, Turner dan Guillbert pada tahun 1954, batuan ini merupakan batuan yang tersusun atas
fragmen-fragmen hasil dari erupsi vulkanik. ( baca : Erupsi Eksplosif dan Efusif )

Tekstur dan Struktur


Tekstur dan struktur suatu batuan adalah bagian terpenting untuk mengetahui
karakteristik dari suatu batuan. Setiap batuan memiliki tekstur dan struktur tersendiri, seperti
halnya batuan sedimen kimiawi. Berikut adalah penjelasan tentang tekstur dan struktur dari
batuan sedimen kimiawi.

26
Tekstur

Tekstur dari batuan piroklastik adalah suatu parameter yang digunakan untuk
mendeskripsikan apakah batuan tersebut merupakan batuan piroklastik atau tidak, berikut adalah
hal-hal yang perlu diketahui tentang tekstur umum dari batuan piroklastik:

 Ukuran butirnya berdasarkan pendapat dari Wentworth dan Fisher. Menurut Wentworth,
debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-32 mm, block/bom
memiliki ukuran butir 32-256 mm. Sedangkan menurut Fisher, debu/tufanya memiliki ukuran
butir <2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-64 mm dan block/bomb memiliki ukuran butir
>64mm.
 Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setuap permukaannya.
Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut.
 Kompaksinya terdiri atas kompaksi yang mudah hancur dan kompak, dimana kompaksi yang
mudah hancur bila dipegang akan meninggalkan serbuk di tangan, sedangkan kompaksi yang
kompak memiliki permukaan yang kuat, keras dan padat.

Selain tekstur umum yang terdapat pada batuan piroklastik, ada juga tektur lain yang terdapat
pada tufa yang diantaranya adalah:

Weldered Tufa – Weldered tufa merupakan tufa yang identik memiliki aliran yang sama dengan
aliran lavanya, hal ini disebabkan karena fusi yang berjalan ke seluruh bagian pada tufa pada saat
proses pengendapan.
Sindered Tufa – Sindered tufa terbentuk karena adanya percampuran dari bahan-bahan tufa
panas yang berasal dari aliran lava pada saat proses pengendapan.
Pumiceous (Pumisan) – Pumiceous adalah jenis tufa yang memiliki pori-pori vesikuler yang
bersifat halus dengan permeabilitak yang buruk.

Artikel terkait : Jenis Jenis Batuan Penyusun Lapisan Bumi

Struktur

Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus, dimana
struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya perlapisan. Batuan
piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan tekstur yang hampir pada batuan
beku lelehan. Butiran halus yang terdapat pada batuan piroklastik sering disebut sebagai tufa,
dimana struktur tufa ini akan mempengaruhi penamaan dari batuan piroklastik yang kemudian
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

 Aglomerat – Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat merupakan batuan
piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat, akan tetapi memiliki komposisi yang

27
berbeda. Dimana aglomerat berasal dari material vulkanik, sedangkan konglomerat berasal dari
material sedimen. Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32 mm.
 Breksi Vulkanik – Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai batuan sedimen akan
tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik yang mempunyai ukuran butir >32 mm. (
baca : Batuan Breksi )
 Tufa Lapili – Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus, batuan ini terdiri atas
material fragmen yang mengkristal atau berasal dari mneral. Berdasarkan komponen yang
memiliki kandungan fragmen kristal/mineral yang terkandung, tufa terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa
vitric yang memiliki banyak fragmen gelas, tufa kristal yang memiliki banyak fragmen kristal
dan tufa lithik yang memiliki banyak fragmen batuan.

Artikel terkait : Proses Terjadinya Siklus Batuan

Klasifikasi Endapan
Endapan piroklastik bermula dari adanya jatuhan ketika gunung berapi meletus yang kemudian
pengendapan yang terjadi memiliki ukuran yang tebal. Adapun pembagian endapan piroklastik
terbagi atas 3 macam, yaitu:

 Endapan Jatuhan Piroklastik – Merupakan endapan piroklastik yang dihasilkan dari letusan
eksplosif material vulkanik ke atmosfer yang kemudian jatuh kembali dan terkumpul di sekitar
gunung berapi. Endapan ini memiliki ketebalan endapan yang relatif berukuran sama. ( baca
: Dampak Vulkanisme )
 Endapan Aluran Piroklastik – Merupakan endapan yang dihasilkan dari proses pergerakan
lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang di transport dalam bentuk gas
atau cairan, dimana material vulkanik ini akan di transportasi jauh dari gunung berapi. Endapan
ini pada umumnya memiliki aliran kebawah dari pusat letusan gunung berapi yang memiliki
kecepatan tinggi ketika terjadi longsoran. Endapan ini biasanya berisi batuan yang memiliki
ukuran bongkah.
 Endapan Surge Piroklastik – Endapan ini dihasilkan dari letusan gunung berapi yang
kemudian dialirkan karena terdapat penyatuan dari jatuhan dan aliran. Karakteristik dari endapan
ini adalah memiliki stratifikasi yang bersilang, strukturnya berpasir, laminasi planar, memiliki
struktur pind and swell serta memiliki endapan yang sedikit menebal pada bagian topografi yang
rendah dan menipis pada bagian topografi yang tinggi.

Artikel terkait : Batuan Endapan

Mekanisme Pengendapan

Proses bentukan batuan piroklastik berawal dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan
magma dari perut bumi yang disebabkan karena tenaga yang sangat besar, yaitu tenaga endogen

28
( baca : Tenaga Endogen dan Eksogen ). Mekanisme pengendapan batuan tersebut terbagi atas 3
macam, yaitu:

 Fall Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang dibentuk dari jatuhan
mineral halus yang terbawa oleh tenaga angin.
 Flow Deposit merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang diangkut oleh media
air, dimana ketika diangkut bersama air terjadi pencampuran dari berbagai macam ukuran
butiran.
 Surge Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang terbentuk karena
gabungan antara pirkolastik yang dibentuk oleh jatuhan dan aliran.

Mineral Penyusun

Mineral penyusun batuan piroklastik hampir sama dengan mineral pembentuk batuan beku. Hal
ini disebabkan karena zat yang terkandung dalam mineral penyusunnya sama, yaitu tersusun dari
magma ( baca : Proses Terjadinya Magma). Untuk membedakannya maka dapat dilihat dari
bentuk butirannya, pada batuan beku butirannya merupakan campuran dari beberapa butir
sedangkan pada batuan piroklastik butirannya merupakan gabungan dari butiran. Mineral
penyusun batuan piroklastik terbagi atas 3 macam, yaitu :

Mineral Sialis – Mineral sialis merupakan mineral yang terdiri atas mineral kuarsa, mineral
feldspar dan mineral felspatoid.
Mineral Femis – Mineral jenis ini sangat kaya akan kandungan besi magnesiumnya, yang terdiri
atas olivin, melilit dan piroskin.
Mineral Tambahan – Mineral tambahan ini terdiri atas biotit, amfibol dan hipersten.

II.4 BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Tekstur Batuan Sedimen Klastik


Tekstur dari batuan sedimen klastik adalah berhubungan dengan ukuran, bentuk butir dan
susunannya. Tekstur batuan sedimen klastik meliputi Ukuran butir, pemilahan, kebundaran,
kemas.

1. Ukuran butir (grain size)


Batuan sedimen klastik digolongkan dan diberi nama sesuai dengan ukuran
butirnya. Pembagian tersebut disampaikan oleh Wentworth,1922.

Nama Butiran
Ukuran butir (mm)
Bhs. Indonesia Bhs Inggris
> 256 Bongkah Boulder

29
64 – 256 Brangkal Couble
4 –64 Kerakal Pebble
2–4 Kerikil Gravel
1–2 Sangat kasar Very coarse
0,5 – 1 Kasar Coarse
0,25 – 0,5 Menengah Medium
0,125 – 0,25 Pasir Halus Sand Fine
0,06 – 0,125 Sangat halus Very fine
0,004 – 0,06 Lanau Silt

> 0,004 Lempung Clay

2. Pemilahan (sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan / sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sbb :
· Terpilah Baik (Well Sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang
seragam pada semua komponen batuan sedimen.

· Terpilah Buruk (Poorly Sorted), kenampakan pada batuan sedimen yang memiliki besar butir
yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.

· Selain dua pengelompokkan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan pemilahan sedang
untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

3. Kebundaran (roundness).
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan
sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :
· Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung
(equidimensional).

· Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepu
butiran cekung.

· Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang


membundar.

· Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.
· Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.

30
4. Kemas (fabric)
Kemas memiliki pengertian seberapa banyak rongga yang terdapat diantara butiran. Batuan
sedimen yang memiliki kemas baik, tertutup berarti semakin sedikit rongga yang ada diantara
butiran. Atau sebaliknya pada batuan sedimen yang memiliki kemas terbuka berarti memiliki
banyak rongga diantara butirannya. Batuan sedimen yang telah mengalami kompaksasi lanjut
akan memiliki kemas tertutupsekalipun sebelumnya kemasnya terbuka. Pasir yang belum
terbatukan adalah berkemas terbuka sedangkan pada batu lempung dan batu lanau yang
mempunyai butiran halus cenderung terkemas secara tertutup.

Struktur Batuan Sedimen Klastik


Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentukannya.pembentukannya
dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan.

Bisa dikatakan pula bahwa struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam
dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan dilapangan. Berdasarkan asalnya
struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Struktur sedimen primer


Terbentuk karena proses sedimentasi dengan demikian dapat merefleksikan mekanisasi
pengendapannya. Antara lain : perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur,
konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.

2. Struktur sedimen sekunder


Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan
keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan
organisnya. Antara lain : cetak beban, rekah kerut, jejak binatang dan lain-lain.

3. Struktur organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau binatang
lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.
Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh-contoh
batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain adalah
struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang
menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :


v Adanya perbedaan warna mineral,
v Adanya perbedaan ukuran butir,

31
v Adanya perbedaan komposisi mineral,
v Adanya perubahan macam batuan,
v Adanya perubahan struktur batuan,
v Adanya perubahan kekompakan.

Dalam perlapisan batuan sedimen memiliki beberapa macam perlapisan. Berikut macam-
macam perlapisan :
o Masif
Menunjukkan perlapisan yang tidak adaq struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.

o Perlapisan sejajar
Menunjukkan bidang perlapisan saling sejajar.

o Laminasi
Menunjukkan perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari 1 cm. Terbentuk
dari suspensi tanpa energi mekanis.

o Perlapisan pilihan
Bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal,
terbentuk dari arus pekat.

o Perlapisan silang siur


Perlapisan yang membentuk sudu tterhadap bidang lapisan yang berada di atas atau di bawahnya
dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

Pada bidang perlapisan mempunyai berbagai macam bentuk, terbentuknya dapat diakibatkan
oleh penggerusan, pembebanan atau penguapan, diantaranya yang penting yaitu :
o Gelembur gelombang, Terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin.

o Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses penguapan.

o Cetaksuling, cetakan sebagai akibat penggerusan media terhadap batuan dasar.

o Cetak bebas, cetakan akibat pembebanan pad sedimen yang masih plastis.

o Bebas jejak organisma, bekas rayapan, rangka, maupun tempat berhenti binatang.

Pembagianlapisanberdasarkanketebalannya (Mc. Kee& Weir, 1953) :


Ketebalan (cm) Penamaanlapisansedimen
> 120 Lapisansangattebal

32
60 – 120 Lapisantebal
5 – 60 Lapisan tipis
1–5 Lapisansangat tipis
0,2 – 1 Laminasi
< 0,2 Laminasi tipis

Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik


Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butir yang ukurannya paling besar dan dapat berupa pecah-pecahan
batuan , mineral dan cangkang – cangkang fosil atau zat organic lainnya.

2. Matrik / masa dasar


Matrik adalah bagian batuan yang berukuran lebih kecil dibandingkan fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.

3. Semen
Semen adalah material pengisis rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat berbentuk amorf
atau kristalin. Bahan-bahan semen yang lazimadalah :
- Semen karbonat (kalsit,dolomit)
- Semen silika (kalsedon, kuarsit)
- Semen oksidasi besi (limonit, hematit dan siderit)

Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir karena sudah
tidak ada rongga di antara butiran.
II.5 BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK

Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik


Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemberiannya menggunakan skala
Wenthworth dengan modifikasi sebagai berikut :
Nama Butir Besar Butir
Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16 – 2
Berbutir halus 1/256 – 1/16
Berbutir sangat halus < 1/256

33
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf.

Struktur Batuan Sedimen Non-Klastik


Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme. Macam-macamnya :
a) Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil

b) Oolitik, struktur dimana fragmen klastikdiselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.

c) Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.

d) Konkresi, sama fdengan oolitik namun tidak konsentris.

e) Cone in cone, strutur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per kerucut.

f) Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.

g) Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.

h) Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya adalah adanya
rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi
yang melalui celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.

i) Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-
kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit maupun kuarsa.

j) Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.

Komposisi Mineral Batuan Sedimen Non-Klastik


Komposisi mineral pada batuan sedimen non klastik biasanya sederhana terdiri dari satu atau
dua mineral (monomineralik Karbonat). Sebagai contoh :
- Batugamping : Kalsit, Dolomit
- Chert : Kalsedon
- Gipsum : Mineral gypsum
- Anhidrit : Mineral anhidrit

Pemerian Batuan Sedimen Karbonat

34
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam praktek secara umum
meliputi batugamping dan dolomite.

Batugampingklastik
Adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus batu gamping
asal. Contoh :Kalsirudit, Kalkarenit, Kalsilutit.

Batugamping non klastik


Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme dan umum monomineralik.
Dapatdibedakan :
- Hasilbiokimia : bioherm, biostorme
- Hasillarutankimia : travertine, tufa.
- Hasil replacement : batugampingfosfat, batugampingDolomit,batugampingsilikat,dll.

Tekstur
Sama dengan pemerian batuan sedimen klastik, hanya berbeda istilah meliputi:

Namabutir Ukurunbutir (mm)


Rudite >1
Arenit 0,062 –1
Lutite < 0,062

Struktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik.

Komposisi Mineral
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah ( Folk, 1954
), meliputi :
Allochem
Sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam – macamAllochem :
- Kerangka organisme (skeletal) : berupa cangkang binatang / kerangka hasil pertumbuhan.
- Interclas : merupakan butiran – butiran dari hasil abrasi batugamping yang telah ada.
- Pisolit : merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm.
- Pellet : Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur konsentris .
Mikrit
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal karbonat terbentuk
secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi rongga antar
butir.

35
Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02-0,1
mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekristalisasidari mikrit.

Pemerian Batuan Sedimen Karbonat Non-Klastik


Pemberiannya sama dengan pemberian batuan sedimen non klastik lainnya.

Tabel nama-nama batuan karbonat:


BATUAN KARBONAT
Klastik Non Klastik
Dominasi rombakan Dominasi Pertumbuhan
Kristalin
Karbonat rombakanfosil terumbu
> 2 mm Kalsirudit
Batu gamping Bio Batu gamping Batu gamping
1 – 0,06 mm Kalkarenit
klastik terumbu Kristalin
< 0,06 mm Kalsilutit

Tabel Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn, 1973 :


Matrik rombakan tak ada / jarang
Matrik rombakan dominan
Semen ataumatrik (<15%, pori-pori kosong / diisi
(> 15%) semen tidak ada
semen

A SUBARKO
R
Feldspar lebih GRAYWAC R SE
I
besar dari KE K /BATUPASI
J
Fragmen FELDSPATI O R
AN
baruan K S FELDSPAT
Fraksi G
E IK
pasir
atau GRAYWAC
BATUPASIR LITIK
rombaka K
n E
Fragmen R
batuan lebih GRAYWAC SUB I
besar dari KE PROTO
GRAYWAC J
feldspar LITIK KUARSIT
KE AN
G

36
Variabel
Kandungankua > 75% - >
Biasanya < 75%
rsa < 95% 95%
< 75%

II. 6 BATUAN METAMORF FOLIASI DAN NON FOLIASI

A. Struktur Batuan Metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular
batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity),
permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur


b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih
besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut
phyllite (filit)

37
Gambar Struktur Phylitic
c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular (umumnya
mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur


d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

38
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
2. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran
(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
a Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose


b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk
kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya
disebut cataclasite (kataklasit).

39
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini
adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

40
BAB IV

IV. KESIMPULAN

Pada Proses pembentukan batuan terjadi siklus batuan. Siklus batuan adalah suatu proses
yang menggambarkan perubahan dari magma yang membeku akibat penurunan suhu hingga
menjadi batuan beku, lalu sedimen, batuan sedimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah
menjadi magma kembali. Mekanisme siklus batuan yaitu magma mengalami proses siklus
pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk batuan beku pada siklus ini, Ketika batu didorong jauh di
bawah permukaan bumi, maka batuan dapat melebur menjadi magma. Selanjutnya batuan beku
tersebut mengalami pelapukan. tererosi, terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak larut,
diendapkan, sedimentasi membentuk batuan sedimen. Ada pula yang langsung mengalami
peubahan bentuk menjadi metamorf saat siklus berlangsung. Selanjutnya pada siklus ini, batuan
sedimen dapat mengalami perubahan baik secara kontak, dynamo dan hidrotermik akan mengalami
perubahan bentuk dan menjadi metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf yang mencapai
lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses
magmatisasi.Setelah mengalami siklus mulai dari magma tadi, batuan akan berubah bentuk dan
jenisnya menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf kemudian menjadi magma
kembali jika terdorong ke dalam bumi dan meleleh.

Pada proses pembekuan terdapat perbedaan proses pembekuan batuan yaitu:

1. Plutonik adalah intrusi batuan beku dalam, dimana magma yang menerobosi
permukaan tanah kemudian membeku, mendingin. Pada kedalaman itu, magma
mendingin dan mengkristal dengan sangat lambat, memungkinkan butir tubuh
mineral tumbuh besar dan saling berdekatan melekat. Intrusi magma dangkal dapat
disebut juga sebagai intrusi hipabisal. Ada banyak jenis plutonik termasuk Batolit,
diapir, lakolit dan stock.
2. Batuan vulkanik atau batuan beku vulkanik adalah batuan yang terbentuk
dari magma yang meletus dari gunung berap.

IV. KRITIK DAN SARAN

Saran dari penulis untuk praktikum ini agar berjalan dengan baik, meskipun dengan
sistem daring tetapi alangkah baiknya jika penjelasan mengenai batuan menggunakan sampel yg
ada di lab kemudian di foto dan diberikan kepada mahasiswa agar mengetahui karakteristik
meskipun hanya bisa behayal dan beberapa gambar dari internet untuk membantu kejelasan
sampel yg ada di lab.

Anda mungkin juga menyukai