Anda di halaman 1dari 4

2.1.

Teknologi Proses
2.3.1 Proses Lurgi
Proses lurgi melibatkan dua cairan tidak tercampur yang secara perlahan bereaksi
untuk membentuk metil ester dengan bantuan katalis alkali. Proses lurgi membutuhkan
bahan baku yang telah melalui proses degumming dan proses netralisasi. Bahan baku yang
dapat digunakan dalam proses ini adalah rapeseed, kedelai atau minyak sawit (CPO atau
CPKO). Proses Lurgi merupakan proses pengolahan minyak hasil refining (Oil refined)
menjadi biodiesel skala besar dengan proses batch.
Pada proses ini terjadi reaksi transesterifikasi dengan tekanan atmosfir dan suhu
65°C. Hasil samping dari proses ini adalah gliserin dengan kemurnian mencapai 80%.
Keuntungan dari proses ini terletak pada yield yang tinggi dan penggunaan pencucian
biodiesel secara wash water loop yang menyebabkan limbah pencucian lebih sedikit. Selain
itu. Penggunaan katalis dapat mudah dipisahkan karena katalis bercampur pada gliserin,
sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan distilasi pada gliserin. Biodiesel yang
dihasilkan dari proses ini memenuhi standar kualitas internasional. Kapasitas proses ini
mencapai 40 ton.
2.3.2 Proses Henkel
Proses henkel merupakan reaksi transesterifikasi yang melibatkan bahan baku berupa
minyak yang belum di murnikan (crude oil). Proses ini terjadi pada tekanan 9 MPa dan 513
K. Minyak kasar, metanol berlebih dan katalis alkali dihitung dan dipanaskan hingga
temperatur 513 K sebelum memasuki reaktor. Metanol yang tidak bereaksi dengan minyak
terpisah dan meninggalkan reaktor kemudian diumpankan kedalam kolom distilasi bubble
tray untuk dimurnikan. Metanol yang diperoleh dari proses ini dikembalikan sebagai
umpan. Campuran dari reaktor berupa biodiesel dan gliserol serta sisa katalis memasuki
separator untuk pemisahan berdasarkan massa jenis. Gliserol yang terpisah masih
mengandung katalis sehingga perlu dipisahkan dengan penambahan bahan kimia. Biodiesel
yang terpisah sebagai produk atas dimurnikan dengan cara pencucian dengan air untuk
menghilangkan sisa gliserol dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan distilasi.
Kelebihan proses ini terletak pada kemurnian biodiesel yang tinggi dengan kualitas yang
cenderung lebih baik dibandingkan dengan proses lain, selain itu warna minyak yang
dihasilkan lebih terang namun kekurangan dari proses ini adalah konsumsi energi yang
besar (Bart dkk, 2010).
2.3.3 Proses Oelmuhle Leer Connemann’s Multistage CD
Oelmhle Leer Connemann’s merupakan proses deglyserolisasi kontinu dengan biaya
rendah yang didesain untuk reaksi transesterifikasi minyak refining atau minyak rapeseed
yang telah di degumming. Proses CD (Continous deglycerolisation) pada awalnya
merupakan proses kontinu yang beroperasi pada tekanan rendah terdiri dari kolom reaksi
dan separator sentrifugal, reaksi metanolisis tertutup dan proses tertutup untuk ekstraksi
gliserol serta pencucian ester. Pada proses ini, campuran minyak, metanol dan katalis basa
diatur hingga sesuai dengan kondisi operasi pada reaktor 1 pada kecepatan aliran yang
lebih rendah daripada kecepatan pengendapan gliserol. Campuran bahan baku dimasukkan
kedalam reaktor berpengaduk kemudian dipisahkan dari gliserol dengan pemisahan satu
tahap yaitu pencucian singkat dengan penambahan air panas untuk mencapai konsentrasi
yang lebih tinggi. Proses ini dapat dilakukan dengan 2 tahap untuk mencapai konversi
reaksi yang lebih tinggi. Penerapan proses ini sudah dilakukan oleh ADM Oelmuhle Leer
dimana produksi pada 2003 mencapai 110 ton dengan bahan baku berupa minyak rapeseed
yang memiliki kandungan FFA < 1% (Bart dkk, 2010).
2.3.4 Interesterifikasi Enzimatis
Interesterifikasi merupakan reaksi penukaran ester atau transesterifikasi menyangkut
pertukaran gugus asil antar trigliserida. Reaksi interesterifikasi menggunakan metil asetat
dan trigliserida akan menghasilkan metil ester dan triacetin. Interesterifikasi melibatkan
tiga reaksi bolak-balik yang berurutan. Trigliserida terkonversi membentuk monoacetin-
digliserida, diacetin-monogliserida dan triacetin menghasilkan metil ester pada tiap-tiap
reaksi. Berbanding terbalik dengan reaksi transesterifikasi, selama proses interesterifikasi
gugus ester bereaksi dengan alkohol yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya. Tidak adanya
penambahan alkohol menyebabkan katalis terlarut secara parsial didalam campuran reaksi.
Hal ini menyebabkan reaktan dan produk tercampur sempurna, sehingga reaksi menjadi
sangat reversibel.
Secara keseluruhan reaksi interesterifikasi yang melibatkan trigliserida dan metil asetat
adalah sebagai berikut:

(2.1)

Reaksi interesterifikasi dengan metil asetat dengan trigliserida terjadi dalam tahap-tahap
reaksi berikut:

(2.2)

(2.3)

(2.4)

Produksi biodiesel menggunakan reaksi interesterifikasi dengan bantuan terbagi menjadi


beberapa jenis, yaitu interesterifikasi enzimatik, interesterifikasi superkritikal dan
interesterifikasi kimia. Interesterifikasi enzimatik pada umumnya terjadi pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan proses interesterifikasi lainnya untuk menghindari deaktivasi dari
enzim. Suhu optimum dari proses ini bergantung pada enzim lipase yang digunakan, yaitu 30°C
hingga 55°C. Tipe enzim yang digunakan dalam proses interesterifikasi adalah Candida
antartica yang telah banyak dimodifikasi untuk menghasilkan konversi reaksi yang lebih tinggi.
Perbandingan rasio mol metil asetat dan minyak nabati yang digunakan untuk meningkatkan
konversi metil ester yang tinggi yaitu dengan menambahkan metil esetat berlebih(Casas dkk,
2013).

Anda mungkin juga menyukai