Anda di halaman 1dari 9

Pemilihan larutan serbaguna pada pemakaian lensa kontak lunak

Perawatan lensa kontak lunak semakin hari perkemabangannya semakin menarik untuk
diamati. Dahulu larutan perawatan lensa kontak lebih dari satu botol, antara lain terdapat larutan
pencuci (surfactant), pembilas, disinfeksi dan tablet pelepas protein. Dengan cara demikian
perawatan lensa kontak memerlukan waktu khusus dan menuntut kesabaran dan ketelitian.
Disamping itu menjaga kebersihan diri dan lensa kontak sangat dibutuhkan. Ada kecenderungan
pasien untuk meringkas cara perawatan lensa kontak misalnya jarang melakukan penggosokan
saat mencuci lensa kontak dsb. Namun seperti sering dikemukakan bahwa sebagian besar
deposit terlepas dengan tehnik penggosokan permukaan lensa. Untuk memudahkan pemakai
lensa kontak maka dibuatlah larutan serbaguna yang menggabungkan semua fungsi jenis
larutan. Bahkan sekarang muncul larutan serbaguna yang mengklaim dapat menggantikan salah
satu fungsi perawatan yaitu penggosokan permukaan lensa kontak.

Kemajuan tehnologi larutan perawatan lensa kontak lunak disisi yang lain juga
membingungkan Refraksionis Optisien untuk memilih manakah larutan lensa kontak yang paling
sesuai. Pemilihan bisa dilakukan dengan baik bila kita memahami masing-masing larutan baik itu
kandungan bahan kimia, efektifitas lalu cara kerja dari masing-masing jenis larutan Multipurpose
Solution. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambaran kepada Refraksionis
Optisien tentang larutan serbaguna mulai dari kandungan bahan kimia, efektifitasnya,
penggolongannya. Sehingga sedikit lebih memudahkan Refraksionis Optisien dalam menentukan
larutan serbaguna yang paling sesuai dengan kebutuhan pasienya.

Kandungan bahan kimia

Secara garis besar larutan MPS mengandung bahan – bahan utama dapat digolongkan
kedalam disinfeksiant(pembunuh mikroroganisma), buffer (penyangga keasaman.pH),
cleaners( pembersih/surfactant) dan bahan lainya seperti pembasah lubrikasi. Kandungan bahan
kimia berbagai larutan MPS dapat dilihat dalam tabel 1.
Bahan disinfectant

Saat ini bahan disinfeksian dengan cepat melekat pada permukaan sel mikroba
mengakibatkan hilangnya integritas membrane, bocornya komponen kritis cytoplasmic dan
memberikan efek mematikan pada mikroba (cidal). Polyhexamethylene biguanide (PHMB)
merupakan bahan disinfeksian paling popular dan berhasil digunakan pada berbagai larutan MPS
diseluruh dunia. Complete dan Comfort Plus (Allergan), Renu Multiplus (Bausch & Lomb ),
Sauflon All in One, Albatron Quatro dan Solocare (Ciba Vision) semuanya mengandung 1 ppm
PHMB. Kelompok Biguanide memiliki muatan kationik (+) sangat kuat mengikat dinding sel
phospolipid yang bermuatan negatif. Akibatnya membrane rusak, isi sel keluar dan akhirnya sel
mati. Keefektifanya tinggi pada konsentrasi rendah. Bahan formulasi yang lainya adalah (buffer,
surfactan’s, garam, dsb). Perbedaan bahan formula inilah yang mempengaruhi aktifitas
antimikroba sehingga terjadilah perbedaan efektifitas setiap produk. Secara kesleruhan anti
mikroba PHMB adalah disinfeksiant yang efektif, berkonsentrsi rendah sehingga dapat ditoleransi
dengan baik oleh sebagian besar pasien.

Polyquad (Polyquaternium-1) adalah produk unik dari Alcon, memiliki polimer kationik
(+) besar, lebih besar dari kelompok PHMB. Ukuran molekulnya besar 22.5 nm cf, berpori 3 –
5nm( Nilson dan Lind, 1990). Sedangkan berat molekulnya sebesar 5000(Morgan). Dengan
ukuran molekul sebesar ini maka sulit larutan ini menembus matrik lensa. Dengan demikian
secara teori mengurangi kemungkinan reaksi ocular akibat bahan larutan yang menempel pada
permukaan lensa. Sebetulnya produk ini pada larutan lensa kontak pertama kali digunakan
dengan penyangga borate (Opti Soft) tetapi produk ini menimbulkan masalah bila digunakan
dengan material lensa kontak berkadar air tinggi. Maka untuk mengatasi masalah ini digunakan
penyangga citrate. Kelompok quaternary ammonium memiliki muatan positif lebib rendah
dibandingkan PHMB. Polyquaternium-1digunakan dalam konsentrasi yang besar sekitar (10 ppm
dibandingkan 1 ppm pada PHMB). Larutan lensa serbaguna yang menggunakan bahan
disinfectan jenis ini baik untuk lensa kontak lunak dan lensa kontak rigid gas permeable adalah
Opti Free, Opti Free Express, Opti-1, Opti One, Opti Soak, Polyclens II, Opti Free Daily Cleaner,
Opti Clean II, Opti _Tears dan Opti Free Comfort Drops dari Alcons. Larutan untuk lensa kontak
RGP memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Opti Free Express juga mengandung Aldox sebesar 5
ppm. Aldox adalah nama dangang dari myristamidopropyl dimethylamine. Bahan ini menunjukan
aktivitas anti jamur. Aldox adalah modifikasi asam fatty dengan kelompok kationik. Ukuran
molekulnya lebih kecil dari PHMB dan Polyquad. Seperti tampak pada gambar dibawah ini:
Gambar 1. PHMB dan Polyquad berpolimer
besar sedangkan Aldox memiliki molekul kecil.

Kinerja MPS

Larutan disinfeksi tujuan utamanya adalah membunuh mikroorganisma agar lensa kontak
bersih dan pemakai terlindung dari potensi bahaya akibat mikroroganisma. Sebelum lebih jauh
membicarakan kinerja disnfeksi ada baiknya kita membicarakan mikrorganisma yang ada pada
mata normal. Bagian mata kita sebetulnya tidak steril benar karena memiliki populasi
mikroorganisma pada permukaannya. Mikrorganisma yang paling umum diketemukan adalah
Staphylococcus epidermis (76%), Staphylococcus aureus (25%), Corynebacterium diphtheriae
(35%), Streptococcus sp (4%), Pseudomonas sp <(1%) sisanya lain-lain (<21%). Walaupun
jumlahnya kecil Pseudomonas sp tetapi potensi untuk menimbulkan kerusakan sangat besar.
Bakteria adalah mikroorganisma bersel tunggal dengan kemampuan bertahan dan mereproduksi
secara mandiri. Terdapat dua golongan besar bacteria berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu:

1. Gram negatif bacteria berstruktur dinding selnya terjepit antara dua membrane.
Contohnya Staphylococcus sp dan Bacillus sp. Bakteria jenis ini lebih resistan
terhadap anti mikroba karena kedua dinding membrane memberikan
perlindungan tambahan.
2. Gram positif bacteria berstruktur dinding tebal dan komposisi kimia sederhana.
Contohnya Pseudomonas sp dan Serratia sp.

Bakteria akan berubah menjadi spora sebagai strategi bertahan hidup ketika terpapar lingkungan
yang tidak bersahabat terhadap perkembang biakanya.

Aktifitas antimikroba dalam membunuh mikroorganisma adalah dengan cara non-specific,


protein selective, membrane selective atau kombinasi ketiganya. Agen anti mikroba non specific
bekerja dengan cara merusak sebagian besar komponen sel, contoh anti mikroba jenis adalah
hydrogen peroksida dan chlorine aktif. Protein selective mengganggu struktur yang mengandung
protein pada beberapa kasus dengan mengkoagulasi protein. Dengan cara ini protein tidak
dipergunakan oleh mikroba dalam aktifitas normalnya. Cara lainya adalah dengan menahan
enzymes. Enzyme sendiri adalah protein. Mercurial thimerosal, phenylmercuric nitrate dan
beberapa senyawa quaternary ammonium termasuk dalam kategori anti mikroba protein
selective. Sedangkan membrane selective bekerja dengan cara merusak sel membrane, contoh
anti mikroba jenis ini adalah BAK, chlorhexidine, poly(aminopropyl biguanide) dan
poly(quarternium)

Keefektifan larutan serbaguna dalam membunuh mikroorganisma dapat diketahui dengan


mengujinnya menggunakan salah satu prosedur baku yang berlaku didunia, yaitu prosedur
standar yang dikeluarkan oleh United Stated Pharmacopoeia, Food and Drug Administration,
British Pharmacopoeia atau European Pharmacopoeia. Secara umum dapat digambarkan
pengujian dilakukan dengan memasukan 106 CFU (Colony Forming Units) mikroorganisma pada
setiap ml larutan uji. Mikororganisma yang digunakan terdiri dari tiga jenis bacteria yaitu:
Staphylococcus epidermis, Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens dan Candida Albicans
(yeast) , Aspergillus fumigatus (mold) serta Herpes simplex (virus). Waktu yang dibutuhkan
untuk membunuh setiap unit log mikrorganisma berurutan sehingga berkurang tiga unit log dari
106 hingga 103 (Colony Forming Units) disebut dengan D value. D value adalah nilai index
kemampuan disinfecting tampa pembersihan dan pembilasan. Pengujian ini sangat menantang
dan sulit dicapai oleh larutan uji. Test tambahan dilakukan untuk memantau mikroorganisma
yang bertahan selama kurun waktu tertentu. Jumlah yang mati diperoleh dengan mengurangi
jumlah mikrorganisma uji yang dimasukan - dengan jumlah mikroorganisma yang mati.
Pengujian keefektifan bahan pengawet (USP Preservative Test)menuntut pengurangan tiga unit
log selama kurun waktu 14 hari dan tidak ada pertumbuhan mikroorganisma kembali setelah 14
hari. Badan obat dan makanan Amerika (FDA) menambahkan syarat bagi setiap produk agar
disetujui sebagai larutan disinfeksiant yaitu:

1. Pada hari ke 14 larutan uji diuji kembali dengan 10 5 CFU/ml dan dituntut untuk
membunuh 3 unit log lagi selama kurun waktu 14 hari kemudian.
2. Dituntut untuk fungistatik terhadap jamur dan yeast selama kurun waktu 28 hari
(Houlsby et al, 1984)

Kekuatan larutan disinfectant bisa diketahui dengan membagi nilai D dengan waktu disinfeksi
yang dianjurkan oleh pabrikan (Loewe et,al 1992). Seperti tampak pada tabel 2.
Penggolongan MPS

Larutan serbaguna telah mengalami pengembangan yang lebih pesat akhir-akhir ini
ditanadai dengan adanya produk baru yang mengklaim lebih baik dari produk terdahulu ataupun
lebih baik dari saingannya. Timbul pertanyaan apakah memang telah dilakukan pegembangan
ataukah ada penggolongan dari larutan serbaguna yang beredar di pasaran? Ternyata teradapat
penggolongan menurut uji keefektifan yang dilaksanakan menurut FDA yaitu: Multipurpose
Solution (MPS), Multipurpose Disinfecting Solution dan No Rub solution.

Multipurpose Solution adalah jenis larutan yang telah lolos uji keefektifan FDA dimana
selama masa perendaman(disnfeksi) mampu membunuh satu dari log unit total 5 log unit dari
ketiga jenis bakteri uji coba. Disamping itu larutan uji mampu menahan sehingga tidak ada
pertumbuhan mikroorganisma selama waktu perendaman. Hal diatas dicapai tampa melakukan
tahapan pemeliharaan seperti pencucian dan pembilasan. Sedangkan bila semua tahap
perawatan dilakukan maka larutan uji dituntut untuk membunuh 5 log unit dari setiap jenis
bakteri. Contoh dari larutan Multipurpose Solution jenis ini adalah ReNu (Bausch & Lomb),
SoloCare (CIBA Vision) and Opti-One (Alcon).

Multipurpose Disinfecting Solution adalah jenis larutan yang telah berhasil memcapai
unjuk kerja dengan membunuh tiga log unit masing masing bagi tiga bacteria uji coba dan satu
log unit bagi dua jenis jamur dalam tahap perendaman. Keefektifan tersebut dicapai tanpa
melaksanakan pencucian dan pembilasan. Namun alangkah baiknya bila kita menyarankan pasien
tetap melaksanakan pencucian dan pembilasan. Disamping percobaan dilakukan dalam kondisi in
vitro dan Multipurpose Disinfecting Solution dibuat untuk menghilangkan tahapan pencucian dan
pembilasan. Produk yang digolongkan kedalam jenis ini adalah Opti-Free Express (Alcon) dan
ReNu MultiPlus (Bausch & Lomb).
No Rub Solution. Pertama kali larutan Multipurpose Solution menyederhanakan
perawatan dengan menggabungkan berbagai larutan seperti larutan pembersih, disinfeksi, dan
pembilasan menjadi satu larutan untuk semua keperluan. Sehingga dengan demikian pasien lebih
mudah dalam merawat lensa kontak karena kemungkinan tertukar larutan atau kebingungan
terhindarkan. Perkembangan selanjutnya larutan serbaguna juga mecakup pelepas protein dan
pembasah lensa. Bahkan sekarang pasien lebih dimudahkan lagi dengan tidak usah menggosok
permukaan lensa dalam proses pembersihan. Cukup direndam dan dibilas maka lensa sudah
aman dipakai. Namun dengan cara ini pasien dituntut untuk membilas lensa kontaknya lebih
lama. Bisa dilihat perbandingan petunjuk pemakaiannya pada tabel 3 dibawah ini :

Mereka yang mendukung cara ini beralasan bahwa pasien cenderung tidak melakukan
peggosokan permukaan lensa ketika membersihkan lensa. Disamping itu penggosokan hanya
akan menambah jumlah bakteri yang berasal dari tangan. Sebuah larutan digolongkan kedalam
No Rub Solution bila telah mencapai hal sebagai berikut:

 Memenuhi kriteria Multipurpose Disinfecting Solution tampa penggosokan dan


pembilasan..

 Membunuh lima unit log dari masing – masing 5 jenis mikroorganisma dalam tahap
perendaman dan pembilasan tetapi tanpa penggosokan.
 Terbukti aktivitas mikrobiologinya tidak terpengaruh secara signifikan ketika sumber
mikroorganisma buatan ditambahkan kedalam larutan.

 Terbukti lensa kontak bersih hasil perawatan tanpa penggosokan.


Penggolongan larutan sebaguna menurut FDA dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini

Tetapi sebagian praktisi tetap menyarankan pasien untuk menggosok lensanya saat mencuci
lensa kontak, karena dengan cara ini sebagian besar mikroorganisma terlepas dari permukaan
lensa kontak disamping itu pasien juga cenderung untuk mengabaikan pergantian lensa terjadwal
sehingga meningkatkan resiko akibat mikroorganisma. Larutan serbaguna yang termaasuk
golongan ini adalah Opti Free Express dari Alcon untuk semua jenis modalitas pemakaian dan
Renu Multiplus dari Bausch and Lomb hanya untuk pemakaian lensa kontak yang diganti setiap
bulan.

Beberapa peneliti melakukan percobaan berbagai larutan disinfeksi memggunakan


prosedur yang disarankan oleh pabrikan (Lowe et. Allergan al 1992) Reinhardt (1990) terhadap
berbagai mikroorganisma ternyata larutan serbaguna berbasi Dymed 0,00005% (4 jam),
Polyquad 0.001 (4 jam) terbukti efektif membunuh bacteria, sedangkan kinerja terhadap jamur
dan achantamoeba buruk. Larutan disinfeksi peroksida adalah yang terbaik membunuh bacteria,
jamur dan achantamoeba.

Bagaimanakah memilihnya?

Dari uraian diatas terutama dari kandungan bahan kimia setiap larutan kimia merek
ternama kandungan utamanya berasal dari senyawa yang sama, misalnya PMPB digunakan
hampir semua larutan yang beredar dipasaran( lihat kembali tabel 1 perbandingan bahan kimia).
Begitu pula larutan penunjang yang lainya banyak yang mirip. Sehingga sangat sulit
membandingkan yang manakah yang terbaik. Karena keefektifan larutan disinfectant tergantung
pada berbagai hal antara lain bahan kimia, konsentrasi, kondisi pengujian, metode pengukuran
mikroorganisma, jumlah dan jenis mikroroganisma dan sumber mikroorganisma (IACLE).
Pada dasarnya semua larutan yang telah lolos uji coba FDA bila dipergunakan
sebagaimana petunjuk yang ada maka akan aman pada pemakaian lensa kontak. Sampai
ditemukanya kasus baru yang mungkin muncul pada pemakai lensa kontak walaupun dengan
kepatuhan terhadap perawatan sangat tinggi. Sehingga sangat disarankan bagi Refraksionis
Optisien untuk selalu mengikuti perkembangan lensa kontak melalui journal – journal baik
Optometri maupun lainya seperti, Contac Lens Spectrum atau mengiuti berbagai semimar lensa
kontak. Dengan adanya perwakilan IACLE di Indonesia (Ibu Cheni OD) dan kemajuan teknologi
internet yang tersedia relatif tidak terlampau sulit untuk mengikuti perkembangan lensa kontak.
Perlu juga diingat interaksi antara lensa kontak, larutan, air mata, lingkungan juga berpengaruh
terhadap keberhasilan pemakaian lensa kontak.

Seperti terungkap pada “Panel Diskusi Perawatan Lensa Kontak” Iropin dr. A.M. Ginting
mengemukakan bahwa sampai saat ini memang ditemukan adanya kasus hypersensitive
terhadap larutan lensa kontak namun berapa sering kasus ini timbul belum tercatat. Sehingga
dengan demikian untuk menentukan bahwa gangguan pemakaian lensa kontak akibat larutan
perlu pemeriksaan yang teliti. Sehingga untuk menentukan sebuah larutan tidak cocok, kecuali
thimerosal (mengikat deposit protein dan menembus matrix lensa) atau chlorhexidine(mengikat
deposit protein) perlu pemeriksaan yang benar-benar teliti dan didukung oleh data riwayat pasien
ketika pertama kali memakai lensa kontak hingga saat ditemukanya keluhan.

Sumber pustaka:

1. Journal lensa kontak Spectrum

2. Modul Pelajaran Lensa Kontak IACLE

Anda mungkin juga menyukai