Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

EFEKTIVITAS PENGAWET

Diajukan oleh :
Miftahuljannah
150 2016 0050

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi


Program Studi S1 Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2018
ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

EFEKTIVITAS PENGAWET

Dipersiapkan dan disusun oleh

Miftahuljannah

150 2016 0050

telah dipertahankan di depan asisten pendamping

pada tanggal…………………………………

Telah disetujui oleh:

Asisten Pendamping,

M. Fakhri Falihin tanggal,……...................


ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWET
Miftahuljannah1 dan M. Fakhri Falihin2
1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.
2
Asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI

Email : miftahul.jannah.mj84@gmail.com

INTISARI
Keamaan produk terutama pada produk makanan, kosmetik, sediaan obat
atau obat tradisional harus lebih diperhatikan lagi. Dimana telah diketahui sejak
munculnya gangguan kesehatan yang disebabkan karena tumbuhnya
mikroorganisme pada suatu sediaan. Suatu sediaan dikatan rusak palagi sudah
terjadi perubahan seperti warna, rasa, dan bau. Hal inilah yang mendasari perlunya
dilakukan uji efektivitas pengawet. Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk
menentukan efektivitas pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Adapun
metode yang digunakan pada praktikum ini adalah eksperimental dengan melihat
parameter syarat pengawet yang efektif. Berdasarkan hasil pengamatan pada hari
pertama tidak terdapat jumlah bakteri yang tumbuh pada medium NA dan begitu
pula pada medium PDA. Hal ini membuktikan bahwa metil paraben efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Eschericia coli.
Begitupun dengan medium PDA tidak terdapat mikroorganisme pada cawan petri.
Hal ini membuktikan bahwa metil paraben efektif untuk mengurangi atau
menghambat jamur Candida albicans. Hasil pengamatan pada hari ke-14 diperoleh
hasil yang sama dengan hari pertama. Sedangkan pada hari ke-28 diperoleh 65
koloni bakteri dan 1 koloni jamur. Menurut Farmakope IV suatu pengawet
dikatakan berdaya saing guna bila daya hidup mikroba setelah hari ke 14 tidak lebih
dari 0,1 % dari jumlah mikroba awal suspensi atau jumlah kematiannya 99,9 %.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa daya guna pengawet
metil paraben efektif digunakan sebagai pengawet.
Kata Kunci : Efektif, pengawet, metil paraben, NA / PDA, E. coli, Candida
albicans, Pseudomonas aeruginosa.
PENDAHULUAN
Untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran suatu
produk oleh mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan produk. Secara garis
besar teknik pengawetan dapat dibagi dalam tiga gologan yaitu pengawetan secara
alami, pengawetan secara biologis, dan pengawetan secara kimia. Syarat pengawet
adalah mampu membunuh kontaminan mikroorganisme, tidak toksik atau
menyebabkan iritasi pada pengguna, stabil dan aktif, serta selektif dan tidak
bereaksi dengan bahan1.
Efisiensi bahan pengawet kimia tergantung terutama pada konsentrasi
bahan tersebut, komposisi bahan pangan dan tipe organisme yang akan dihambat.
Konsentrasi pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya adalah
penghambatan dan bukannya mematikan organisme-organisme penceemar, oleh
karena itu sangat penting bahwa populasi mikroorganisme dari bahan pangan yang
akan diawetkan harus dipertahankan minimum dengan cara penanganan dan
pengolahan secara higienis. Jumlah bahan pengawet yang diizinkan akan
mengawetkan bahan pangan dengan muatan mikroorgansime yang normal untuk
suatu jangka waktu tertentu2.
Dengan adanya penambahan bahan pengawet akan dapat menghambat atau
menghentikan kegiatan bakteri, jamur, maupun jasad- jasad renik lainnya. Daya
kerja bahan pengawet ini pada umumnya menganggu cairan nutrient dalam sel
bakteri atau merusak membrane sel, mengganggu kegiatan enzim-enzim yang ada
dalam sel serta menganggu system genetika dari bakteri. Efektivitas bahan
pengawet sangat tergantung dari jonsentrasi dan jenis bahan pengawetnya3.
Pemilihan pengawet harus didasarkan pada pertimbangan berikut yaitu
pengawet dapat mencegah pertumbuhan tipe mikroorganisme tertentu terutama
yang sering mengkontaminasi sediaan, pengawet cukup larut dalam air untuk
mencapai konsentrasi yang cukup dalam fase air dari system yang terdiri dari dua
atau lebih fase, komposisi pengawet tetap tidak terdisosiasi pada pH dimana sediaan
tersebut dapat mempenetrasi mikroorganisme dan mengganggu integritasnya,
konsentrasi pengawet yang diperlukan tidak boleh mempengaruhi keamanan dan
kenyaman. Pengawet harus stabil dan tidak berkurang konsentrasinya akibat
dekomposisi kimia dan penguapan sepanjang umur dari sediaan, pengawet harus
cocok/kompatibel dengan semua komponen formula sediaan4.
Sifat-sifat bahan pengawet yang ideal adalah aktivitasnya berspektrum luas,
efektif dalam konsentrasi rendah, larut dalam air dan tidak larut minyak, stabil,
tidak berwarna dan tidak berbau, harmonis, mudah untuk dianalisis, aman, tak
terbawa oleh bahan penonaktif, mudah untuk ditangani, dan biaya rendah5
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan efektivitas
pengawet metil paraben terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
METODE PRAKTIKUM
Jenis Praktikum
Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini adalah eksperimental.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, kapas,
medium NA (Nutrient Agar) (no. reg: 1.05450.0500), medium PDA (Potato
Dextrosa Agar) (no. reg: 1.1030.0500), suspensi bakteri PA (Pseudomonas
aeruginosa), suspensi bakteri EC (Eschericia coli), suspense jamur CA (Candida
albicans. Adapun alat yang digunakan yaitu autoklaf, cawan petri, enkas, kapas,
lampu spiritus, ose bulat, dan vial.
Sampel Praktikum
Pada praktikum ini menggunakan pengawet metil paraben.
Variabel Praktikum
Pada praktikum ini digunakan metil paraben dengan melihat jumlah tiap
mikroba uji pada cawan petri.
Cara Kerja
Masukkan sampel pengawet 1 mL kedalam vial dengan konsentrasi 0,05 %
kemudian ditambahkan medium NA dan medium PDA sebanyak 9,9 mL dan
disuspensikan bakteri dan jamur pada medium yang sesuai kemudian dipipet
methanol 0,1 mL lalu dihomogenkan. Setelah itu tuang kedalam masing-masing
cawan petri kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37º diinkubator
untuk bakteri dan selama 3 x 24 jam pada suhu ruang dienkas untuk jamur.
Dilakukan pengamatan terhadap jumlah koloni pada hari ke-1, 14, dan 28.
Analisis Hasil
Hasil praktikum yaitu terbentuknya koloni pada cawan petri yang menunjukkan
ketidak efektivan pengawet yang di gunakan.
HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1. Hasil analisis efektivitas pengawet pada hari ke-14


(a) medium PA (Pseudomonas aeruginosa), (b) EC (Eschericia coli),
(c) CA (Candida albicans.).

Gambar 2. Hasil analisis efektivitas pengawet pada hari ke-28


(a) medium PA (Pseudomonas aeruginosa), (b) EC (Eschericia coli),
(c) CA (Candida albicans ).
Tabel 1. Pengamatan efektivitas pengawet
NO Sampel Hari ke – 0 Hari ke- 14 Hari ke-28
Bakteri fungi bakteri Fungi bakteri Fungi
1 NA / EC - - 65
2 NA / SA - - -
3 PDA / AC - - 1
PEMBAHASAN
Pengawet mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan mikroba,
multiplikasi dan metabolisme melalui mekanisme modifikasi permeabilitas
membrane sel dan menyebabkan kebocoran komponen penyusun sel. Proses
pengawetan produk bertujuan untuk menghindari dan mengurangi kemungkinaan
adanya cemaran akibat mikoorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah
bakteri, jamur, kapang. Dimana bakteri umumnya lebih menyukai medium yang
sedikit basa dan menyukai medium asam.
Salah satu pengawet yaitu metil paraben. Memiliki ciri-ciri serbuk hablur
halus, berwarna putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian
agak membakar diikut rasa tebal. Metil paraben banyak digunakan sebagai
pengawet dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi
dan digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan
antimikroba lain. Metil paraben merupakan jenis pangawet yang paling sering
digunakan. Metil paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi
meningkatkan kelarutan. Pada uji efektivitas pengawet digunakan pengawet metil
paraben dengan methanol sebagai bahan tambahan yang digunakan untuk
melarutkan pengawet. Tetapi penggunaan metil paraben masih memuai
kontroversi, dimana sebagian ahli mengganggap zat ini aman dipakai namun
sebagian lagi beranggapan bahwa metil paraben dapat memicu kanker bila
digunakan secara berlebihan dalam waktu panjang.
Suatu pengawet yang baik harus memiliki beberapa syarat dan
dinyatakan berdaya guna jika :
a. Pada hari ke 14 jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup
tidak lebih dari 0,1 % dari kadar awal.
b. Selama 14 hari pertama jumlah khamir atau kapang yang masih memiliki daya
hidup tetap pada kadar awal atau berkurang
c. Untuk hari berikutnya sampai hari ke 28 jumlah tiap mikroba uji tetap seperti
pada (a) dan (b) atau berkurang
Berdasarkan hasil pengamatan uji efektivitas pengawet metil paraben
diperoleh hasil yaitu pada hari pertama tidak terdapat jumlah bakteri yang tumbuh
pada medium NA dan begitu pula pada medium PDA. Hal ini membuktikan bahwa
metil paraben efektif penggunaannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Eschericia coli. Begitupun dengan medium PDA
tidak terdapat mikroorganisme pada cawan petri. Hal ini membuktikan bahwa metil
paraben efektif untuk mengurangi atau menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans. Hasil pengamatan pada hari ke-14 diperoleh hasil yang sama dengan hari
pertama. Sedangkan pada hari ke-28 diperoleh 65 koloni bakteri dan 1 koloni jamur.
Menurut Frmakope IV suatu pengawet dikatan berdaya saing guna bila daya hidup
mikroba setelah hari ke 14 tidak lebih dari 0,1 % dari jumlah mikroba awal suspensi
atau jumlah kematiannya 99,9 %. Berdasarkan daya guna pengawwet menurut
farmakope IV, control positif memenuhi syarat sebagai pengawet antmikroba.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi karena kurangnya
pemahaman praktikan saat pencampuran bahan pengawet dan mikroba uji.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metil
paraben efektif digunakan sebagai pengawet.
SARAN
Sebaiknya alat-alat yang digunakan harus lebih steril agar fungsi pengawet
sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme dapat bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratiwi, Sylvia. T. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Erlangga. 2008; 237
(200-201).
2. Suprayitno, Eddy. Dasar Pengawetan. Cet-1. Malang: UI Press. Februari 2017;
334 (321).
3. Zailanie, Kartini. Fish Handling. Malang: UI Press. Februari 2015; 120 (91).
4. Astuti, M. W. Kemriset Dikti. Bali. Februari 2016; 14 (5 dan 10).
5. Tranggono dan Latifah. Buku Penanganan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007; 200(158-159)

Anda mungkin juga menyukai