Anda di halaman 1dari 2

Al-Qur'an yang Terjaga

Umumnya, tiap kisah memiliki hal inspiratifnya tersendiri. Tentunya bernilai moral dan
memotivasi. Tergantung bagaimana pengenaannya pada pembaca/pendengar.

Seperti halnya kisah inspiratif dalam tafsir Al Qurthubi pada jilid 10, halaman 13-15.

Al Makmun, begitulah seorang amir ini biasa dipanggil. Seorang yang memiliki sebuah
majelis ilmu. Suatu ketika, datang seorang Yahudi dengan penampilannya yang amat
berkesan. Tampan, rupawan, dan harum semerbak. Ketika itu, ia menyempurnakan
perkataannya dengan diksi yang begitu indah di Majelis itu.

Setelah usai, Al Makmum menghampiri orang Yahudi tersebut dan mengajaknya untuk
memeluk Islam, tak lupa membumbuinya dengan sebuah janji. Sayangnya, ajakan Al
Makmun mendapat penolakan.

"Ini agamaku dan ini agama nenek moyangku!" Begitulah kira-kira jawabannya.

Kejadian tersebut pun berlalu selama setahun lamanya. Hingga suatu hari, Al Makmun
kembali dipertemukan dengan orang Yahudi tersebut yang saat itu sudah menjadi seorang
Muslim. Hal itu tentu menjadi tanda tanya dalam benak Al Makmun. Penasaran, akhirnya Al
Makmun mempertanyakan tentang sebab ke-Islamannya.

Akhirnya orang Yahudi yang sudah memeluk Islam tersebut menceritakan bagaimana
perjalanannya memeluk Islam. Tepatnya setelah kepulangannya setahun lalu dari hadapan Al
Makmun, ia menguji semua agama. Berhubung ia adalah seorang yang sangat bagus dalam
membuat tulisan, maka ia menulis Taurat dengan melakukan penambahan dan pengurangan
di dalamnya. Setelahnya, menyerahkan ke rumah ibadah (Sinagoga -red). Maka di sana
karyanya dipuji dan dibeli. Lalu, ia lanjut menulis Injil dengan melakukan penambahan dan
pengurangan di dalamnya. Setelahnya, menyerahkan ke rumah ibadah Injil (Gereja -red).
Maka di sana karyanya pun dipuji dan dibeli. Terakhir, ia menulis Al-Qur'an dan melakukan
penambahan dan pengurangan di dalamnya. Setelahnya menyerahkan kepada para penulis
atau ahli mesin yang didominasi oleh Ibu-ibu. Maka, setelah para penulis mengecek karyanya
dan menemukan penambahan dan pengurangan di dalamnya, mereka pun membuangnya.
Dan dari sinilah ia menyadari bahwa Kitab Al-Qur'an sangat terjaga. Kemudian, ia lantas
memeluk Islam.

Maka kisah ini ditambahkan ke tafsir Al Qurthubi dalam tafsir surah Al-Hijr ayat 9 :

َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya."

Dari kisah tersebut kita bisa mengambil pesan:

Bahwa, Allah sangat menjaga kemuliaan Al-Qur'an.

Bahwa, tidak hanya para Imam/Ustadz pun, orang biasa saja bisa dengan mudah menyadari
apabila terjadi perubahan dalam Al-Qur'an, disebabkan kitab ini telah terjaga.

- Linda S Siagian -

Anda mungkin juga menyukai