Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia?


2. Apa yang dimaksud dengan manajemen perlengkapan?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen perubahan perilaku?
4. Apa yang dimaksud dengan manajemen pelayanan kebidanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang manajemen sumber daya manusia


2. Untuk mengetahui tentang manajemen perlengkapan
3. Untuk mengetahui tentang manajemen perubahan perilaku
4. Untuk mengetahui tentang manajemen pelayanan kebidanan

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu :

1. Bagi penulis
1) a
2. Bagi pembaca
1) U

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pengertian

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan faktor sentral dalam suatu


orgnisasi suatu apapun bentuk serta tujuan nya, Organisasi dibuat berdasarkan
berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola
dan diurus oleh manusia. Jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua
kegiatan institusi atau organisasi. Manajemen sumber daya manusia (MSDM)
adalah: Suatu proses berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai,
buruh, manager dan tenaga kerja lain nya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi
atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah di tentukan. ( Sya’roni,2013).

Sedang French menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah


penerikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya
manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. (Hani
Handoko,2011:3). Manajemen sumber daya manusia (MSDM) didasari pada suatu
konsep bahwa setiap karyawan adalah manusiabukan mesin - dan bukan semata
menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu
seperti psikologi, sosiologi.

2.1.2 Fungsi

Terdapat beberapa macam fungsi utama MSDM. Di dalam buku ini


dikemukakan 5 fungsi, yaitu:

1. Perencanaan untuk kebutuhan SDM


Fungsi perencanaan kebutuhan SDM setidaknya meliputi 2 kegiatan utama,
yaitu perencanaan dan peramalan permintaan tenaga kerja organisasi baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis jabatan dalam organisasi untuk
menentukan tugas, tujuan, keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan. Kedua fungsi tersebut sangat esensial dalam melaksanakan kegiatan
MSDM secara efektif.

2. Staffing sesuai dengan kebutuhan organisasi


Setelah kebutuhan SDM ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengisi
2
formasi yang tersedia. Dalam tahapan pengisian staf ini terdapat dua kegiatan
yang diperlukan, yaitu:

1) Penarikan (rekrutmen) calon atau pelamar pekerjaan

2) Pemilihan (seleksi) para calon atau pelamar yang dinilai paling memenuhi
syarat.

Umumnya rekrutmen dan seleksi diadakan dengan memusatkan perhatian


pada ketersediaan calon tenaga kerja

3. Penilaian kinerja
Kegiatan ini dilakukan setelah calon atau pelamar dipekerjakan dalam
kegiatan organisasi. Organisasi menentukan bagaimana sebaiknya bekerja dan
kemudian memberi penghargaan atas kinerja yang dicapainya. Sebaliknya
organisasi juga harus menganalisis jika terjadi kinerja negatif dimana pekerja
tidak dapat mencapai standar kinerja yang ditetapkan. Dalam penilaian kinerja
ini dilakukan dua kegiatan utama, yaitu:

1) Penilaian dan pengevaluasian perilaku pekerja.


2) Analisis dan pemberian motivasi perilaku pekerja.
Kegiatan penilaian kinerja ini dinilai sangat sulit baik bagi penilai maupun
yang dinilai. Kegiatan ini rawan dengan munculnya konflik.

4. Perbaikan kualitas pekerja dan lingkungan kerja


Saat ini pusat perhatian MSDM mengarah pada 3 kegiatan strategis, yaitu:

1) Menentukan, merancang dan mengimplementasikan program pelatihan dan


pengembangan SDM guna meningkatkan kemampuan dan kinerja
karyawan;

2) Memperbaiki kualitas lingkungan kerja, khususnya melalui kualitas


kehidupan kerja dan program-program perbaikan produktifitas;

3) Memperbaiki kondisi fisik kerja guna memaksimalkan kesehatan dan


keselamatan pekerja.

Salah satu outcome yang dapat diperoleh dari ketiga kegiatan strategis
tersebut adalah peningkatan atau perbaikan kualitas fisik dan non-fisik
lingkungan kerja.

5. Pencapaian efektifitas hubungan kerja

3
Setelah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat terisi, organisasi kemudian
mempekerjakannya, memberi gaji dan memberi kondisi yang akan membuatnya
merasa tertarik dan nyaman bekerja. Untuk itu organisasi juga harus membuat
standar bagaimana hubungan kerja yang efektif dapat diwujudkan. Dalam hal ini
terdapat tiga kegiatan utama, yaitu:

1) Mengakui dan menaruh rasa hormat (respek) terhadap hak-hak pekerja

2) Melakukan tawar-menawar (bargaining) dan menetapkan prosedur


bagaimana keluhan pekerja disampaikan

3) Melakukan penelitian tentang kegiatan-kegiatan MSDM.

Persoalan yang harus diatasi dalam ketiga kegiatan utama tersebut sifatnya
sangat kritis. Jika organisasi tidak berhati-hati dalam menangani setiap
persoalan hak-hak pekerja maka yang muncul kemudian adalah aksi-aksi protes
seperti banyak terjadi di banyak perusahaan di Indonesia.

2.1.3 Tujuan

Tujuan MSDM secara tepat sangatlah sulit untuk dirumuskan karena


sifatnya bervariasi dan tergantung pada pentahapan perkembangan yang terjadi
pada masing-masing organisasi

Menurut Cushway, tujuan MSDM meliputi:

1. Memberi pertimbangan rnanajernen dalam membuat kebijakan SDM untuk


memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan
berkinerja tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan
dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.

2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM


yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.

3. Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi,


khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.

4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini


mencapai tujuannya.

5. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja
untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam
mencapai tujuannya.

4
6. Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi.

7. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam


manajemen SDM.

Sementara itu menurut Schuler et al setidaknya MSDM memiliki 3 tujuan


utama yaitu:

1. Memperbaiki tingkat produktifitas


2. Memperbaiki kualitas kehidupan kerja
3. Meyakinkan bahwa organisasi telah memenuhi aspek-aspek legal
2.2 Manajemen Perlengkapan

2.2.1 Pengertian Manajemen Perlengkapan

Manajemen menurut G.R.Terry ialah suatu proses yang khas yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan, dan pengendalian yang
di lakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah di tentukan dengan
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber saya lainnya.

Logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan


penyimpanan strategis barang, suku cadang dan barang dari para suplier, diantara
fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen perlengkapan


adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian,dan pengawasan
terhadap kegiatan pengadaan,pencatatan pendistribusian, penyimpanan,
pemeliharaan dan penggunaan logistic guna mendukung afektifitas dan efisiensi
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

2.3.2 Tujuan Manajemen Perlengkapan

Manajemen perlengkapan secara umum memiliki 3 tujuan yaitu :

1. Tujuan operasional : tujuan operasional agar tersedia barang / bahan dalam


jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.

2. Tujuan keuangan : tujuan keuangan operasional dapat terlaksana dengan biaya


yang serendah-serendahnya.

3. Tujuan pengamanan

Tujuan manajemen perlengkapan secara khusus yakni mendukung efektivitas


dan efisiensi dalam setiap upaya pencapaian tujuan organisasi. (Widyapusy. 2011).

2.3.3 Fungsi manajemen perlengkapan

Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut
5
(Mustiksari: 2007):

1. Fungsi Perencanaan

Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara
khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya
dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang
berlaku di masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan
adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha
merumuskan dasar dan pedoman tindakan

Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan


sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik.
Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang
memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-
devisi yang terjadi.

Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya.
Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan
pengawas (Subagya: 1994).

Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan
( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan / staf, perencana,
pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk
mencapai sasaran) organisasi.

Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:

a. Rencana jangka panjang (Long range)

b. Rencana jangka menengah (Mid range)

c. Rencana jangka pendek (Short range)

Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala perioritas
secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci. Melalui fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:

a. Rencana Pembelian

b. Rencana Rehabilitasi

c. Rencana Dislokasi

d. Rencana Sewa

e. Rencana Pembuatan.
6
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpulkan
pernyataan sebagai berikut:

a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat

b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang
tepat

c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat

d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat

e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat

f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat

g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benar-
benar tepat

2 Fungsi Penganggaran

Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian
penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah
biaya (Subagya & Mustikasari)

Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu
kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang
tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara
seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.

Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui
untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana
tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.

Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu kegiatan.

Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain
adalah:

a. Peraturan–peraturan terkait

b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi

c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran

d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan


logistik

Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi yang ada
apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit Pemerintah, sumber anggaran dapat
berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit.
7
Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi (Yayasan
dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga (Mustikasari).

Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-obatan dan bahan
farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan, alat kebersihan dan
suku cadang.

3 Fungsi Pengadaan

Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan
barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang
tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap
mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya: 1994).
Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi
atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.

Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan dengan
pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara–
cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:

a. Pembelian

b. Penyewaan

c. Peminjaman

d. Pemberian ( hibah )

e. Penukaran

f. Pembuatan

g. Perbaikan

Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahapan
sebagai berikut:

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan

b. Penyususnan dokumen tender

c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang

d. Pemasukan dan pembukuan penawaran

e. Evaluasi penawaran

f. Pengusulan dan penentuan pemenang

g. Masa sanggah

h. Penunjukan pemenang

8
i. Pengaturan kontrak

j. Pelaksanaan kontrak

Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar maka
pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari
awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang
pengadaan barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:

a. Kode etik pengadaan

Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:

1. Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang pembeli harus
tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan

2. Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.

3. Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika

b. Pelelangan pengadaan barang

Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia pengadaan dan
pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:

1. Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur: Perencana, pemikir


pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab keuangan, penanggung jawab perlengkapan,
penanggung jawab tehnis.

2. Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin


proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.

3. Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin proyek

4. Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang pelelangan
ditunjuk (Subagya:1994)

4 Fungsi Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan barang
persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi untuk
menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan
pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua
kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain
adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian
barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri.

Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:

a. Pemilihan lokasi
9
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan,
keamanan dan sirkulasi udara yang baik.

b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:

1. Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi roda dll.

2. Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.

c. Pengaturan ruang

Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara efisien


dan pengawasan ruangan.

d. Prosedur/sistem penyimpanan

Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara pengambilan


barang, pengawetan dll.

e. Penggunaan alat bantu

f. Pengamanan dan keselamatan

Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan, gangguan


terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.

5 Fungsi Penyaluran (Distribusi)

Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan
barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang mempengaruhi
penyaluran barang antara lain:

a. Proses Administrasi

b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)

c. Proses pengeluaran fisik barang

d. Proses angkutan

e. Proses pembongkaran dan pemuatan

f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan

Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran merupakan unsur
yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

6 Fungsi Penghapusan

Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Subagya: 1994). Alasan penghapusan

10
barang antaralain:

1. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi yang
salah, tercecer atau tidak ditemukan

2. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya. Keadaan
tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat diperbaiki, obsolete
(meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa yaitu suatu barang tidak boleh
dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang
mengurang karena susut, menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi
sehingga barang tidak dapat dipergunakan lagi.

3. Surplus dan ekses

4. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus

5. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara

Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:

a) Aspek yuridis, administrasi dan prosedur

b) Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai, identifikasi dan
inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuan terhadap barang
yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.

c) Aspek rencana pelaksana tehnis

a. Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut. Cara-cara
penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:

1. Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang


masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang persediaan baru.

2. Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus
menjadi barang lain

3. Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka pemanfaatan


langsung

4. Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau pihak di luar
instansi (Pemerintah)

5. Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang

6. Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan

7 Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan
pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang sedang atau telah
berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
11
1. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan
prosedur lain

2. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna mendapatkan


gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana

3. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam rangka


pencapaian tujuan

4. Melakukan supervisi

Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-sarana


pengendalian sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang baik

2. Sistem informasi yang memadai

3. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi

4. Pendidikan dan pelatihan

5. Anggaran yang cukup memadai

2.5 Sarana medis-non medis

1. Sarana non medis

a. Bangunan dan tata ruang

Sekurang-kurangnya terdiri dari :

1) tempat untuk senam :

a. Gor

b. Lapangan

c. Gedung

2) Ruang tunggu :

a)kursi / bangku pasien

2) Ruang pemeriksaan :

a) Meja dan kursi provider

b) meja obat

c) Tempat cuci tangan

3) Kamar kecil (WC)

12
Perhatikan :

a) Kenyamanan

b) Keamanan

c) Privacy

d) Kepuasan

1. KIE senam lansia hendaknya disampaikan secara informatif dan tidak berdampak
negative dengan bantuan :

a. Leaflet

b. Brosur

c. Poster

d. Video

2. Sarana medis :

a. Tensimeter

b. Stetoskop

c. Oksigen

d. Obat obatan

3. Sarana non medis :

a. Laptop

b. Infocus

c. Daftar hadir

d. CD senam Lansia

e. Terminal

f. Kursi

g. Meja

h. Snack

i. Door prize

j. Speeker (pengeras suara)

13
2.3 Perubahan Perilaku

2.2 Manajemen Pelayanan Kebidanan

2.1.1 Definisi Operasional

Manajemen adalah ilmu atau seni bagaimana sumber daya secara efisien, efektif
dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan lulus bidan, mendapat
izin dan terdaftar secara legal untuk melakukan praktik kebidanan. (ICM/WHO).
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan yang
berfokus pada pelayanan kesehatan perempuan, bayi baru lahir dan balita.

Manajemen pelayanan kesehatan adalah :

1. Suatu metode pengaturan, pengorganisasianpikiran dan tindakandlam suatu


urutan yang logis dan menguntungkan baik bagipasien maupun petugas
kesehatan.

2. Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagaimetode untuk


mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiahpenenmuan-
penemuan, ketrampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan dan berfokus pada klien

2.1.2 Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah


kesehatan ibu dan anakyang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan
asuhankebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Penggunaan kata
manajemen di sini berfokuskan kepada proses yang sistematis. Istilah manajemen
kebidanan digunakan untuk memberikan bentuk khusus dari proses yang dilakukan
14
oleh bidan di dalam asuhanatau pelayanan kebidanan. Manajemen kebidanan
mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional, sehingga
mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam mememcahkan masalah pasien atau
kliennya. (Depkes RI).

2.1.2 Model Pelayanan Kebidanan

Terdapat beberapa model manajemen yang digunakan dalam pelayanan


kebidanan, di antaranya yaitu :

1. Model PIE (Planning, Implementation, dan Evaluation)


2. Model POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controling)
3. Model p1-p2-p3 (Perencanaan, penggerakkan , pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, penilaian)
1) P1, Perencanaan berbentuk perencanaan tingkat pukesmas(PTP)
2) P2, Penggerakkan pelaksanaan berbentuk lok karya mini pukesmas dan
3) P3, Pengawasan, pengendalian, dan penilaian berbentuk pemantuan wilayah
setempat dan statifikasi pukesmas
4. ARRIF (analisis, rumusan , rencana, immplementasi dan forum komunikasi )
5. ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, dan evaluasi)
6. ARRIMES (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi, dan
sosialisasi)
Dari berbagai macam model menjemen tersebut sebenarnya mengandung fungsi
manajemen yang serupa seperti tanpak pada tabel berikut :

Tabel Perbandingan Fungsi Manajemen dari Model-model Manajemen

PIE POAC P1-P2-P3 ARRIF ARRIME ARRIMES


A A A
P
P P1 R R R
R R R
0
I I I
I P2
A
F M M
E P3 E
C
E S

2.1.3 Langkah-langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan Pada Lansia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
15
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai