TI2015 E 035 040 Filosofi Arsitektur Masjid Sultan Ternate
TI2015 E 035 040 Filosofi Arsitektur Masjid Sultan Ternate
(1)
Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Univ.Khairun.
(2)
Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya,Univ.Khairun.
Abstrak
Setiap masjid memiliki latar belakang sejarah dan filosofi di balik kemegahan bangunannya. Tak
terkecuali Masjid Sultan Ternate yang berada di kota Ternate, Maluku Utara, yang jika dilihat dari
arsitekturalnya kental dengan tiga nuansa budaya yaitu Islam, Jawa, dan Ternate.Kepulauan Maluku
Utara khususnya Ternate sejak abad XIII telah terkenal sebagai penghasil rempah-rempah di
wilayah timur Indonesia. Sementara Islam masuk ke wilayah Maluku Utara sejak abad XIII-XVI yang
disebarkan oleh para pedagang muslim dari Melayu dan Jawa. Sejak saat itu pula dibangunlah
sebuah masjid di Ternate yang kemudian dikenal sebagai Masjid Sultan Ternate. Artikel ini
merupakan hasil penelitian tentang pergeseran nilai akulturasi budaya dan karakteristik bangunan
arsitektur masjid sultan Moloku Kie Raha. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk menggali
pemikiran dan filosofi masjid Sultan Ternate yang berasal dari nilai dan prinsip dasar Islam untuk
kemudian diinterpretasikan dan diterapkan dalam perancangan Arsitektur Islam sesuai dengan
zaman, tempat, dan kondisi sosial masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif. Metode pendekatan penelitian dilakukan melalui observasi langsung ke masjid Sultan
Ternate, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya merupakan tahap analisis dan
interpretasi hasil penelitian. Temuan yang dihasilkan adalah bahwa filosofi masjid Sultan Ternate
yang berasal dari pengaruh Islam terdapat pada ragam hias, sedangkan pengaruh Jawa terlihat dari
adanya saka guru, atap tajug bertumpang dengan kemiringan yang tajam, dan adanya serambi.
Pengaruh budaya setempat terdapat pada tata cara pelaksanaan ibadah shalat seperti larangan
menggunakan sarung dan harus memakai penutup kepala (kopiah) saat shalat, dan jamaah wanita
dilarang masuk dan shalat di masjid tersebut.
sehingga ada kemungkinan masjid dibangun hasil wawancara dengan para narasumber. Hal
tidak dalam waktu bersamaan dengan istana tersebut dilakukan untuk memperjelas variabel-
sultan. Di belakang atau di utara masjid variabel yang akan dianalisis sehingga fokus
terdapat Benteng Orange yang dibangun terarah pada variabel-variabel tersebut. Untuk
Belanda pada tahun 1606-1607, sedangkan menentukan variabel penelitian dilakukan kajian
istana sultan dibangun pada tahun 1234. Tidak literatur mengenai filosofi arsitektural masjid
terdapat catatan lengkap tentang kapan dan lama di Nusantara.
oleh siapa masjid sultan pertama kali didirikan.
Kemungkinan masjid Sultan Ternate berdiri pada Berdasarkan kajian tersebut dan ketersediaan
masa Sultan Zainal Abidin (1486-1500) yang data yang ada, maka dapat ditentukan variabel
merupakan kolano Ternate pertama sebelum penelitian yang akan dianalisis. Variabel yang
beliau mengganti gelar kolano menjadi sultan. akan dianalisis meliputi: ruang, kolom, atap,
Sejak saat itu Islam berkembang dan menjadi serambi, ragam hias, kolam/bak tempat
agama resmi kerajaan (pertengahan abad XIV). wudhu,dan perayaan/ritual keagamaan. Masing-
Setelah pertama kali didirikan, masjid sultan ini masing variabel tersebut selanjutnya
telah beberapa kali mengalami perbaikan dan dikomparasikan berdasarkan pengaruh budaya
perubahan lokasi awal. Pada tahun 1705, terjadi yang terdapat pada masjid Sultan Ternate.
kebakaran besar yang menghanguskan seluruh
bangunan masjid. Tahun 1818 pada masa Analisis dan Interpretasi
kekuasaan Sultan Muhamad Zain (1807-1821),
Luas bangunan utama masjid Sultan Ternate
masjid sultan kembali dibangun di Limau Kate-
adalah 597 m2, yang terdiri dari sejumlah ruang
kate (Kenikir), Kelurahan Soa Sio hingga
yang mendukung fungsi masjid sebagai tempat
sekarang masih tetap berdiri kokoh. Sejak mulai
ibadah. Ruang utama masjid Sultan Ternate
dibangun hingga sekarang, masjid Sultan
merupakan ruang inti yang berfungsi sebagai
Ternate ini memiliki filosofi yang beragam dan
ruang shalat. Bentuk denah bujursangkar yang
penuh makna. Dalam artikel ini dibahas
melambangkan kesederhanaan duniawi dengan
beberapa filosofi tersebut. Artikel ini merupakan
ukuran 22,0 x 22,0 meter. Ruang shalat utama
bagian terkecil dari hasil penelitian tentang
ini dilengkapi dengan tiga buah pintu, dan
pergeseran nilai akulturasi budaya dan
sebuah pintu utama. Tinggi keseluruhan
karakteristik bangunan arsitektur masjid sultan
bangunan masjid ini adalah 20,0 meter.
Moloku Kie Raha. Dimana tujuan dari penelitian
itu sendiri adalah untuk mengidentifikasi dan
mengeksplor olah bentuk dan ruang dari masjid
sultan Moloku Kie Raha, serta mengidentifikasi
akulturasi budaya yang mempengaruhi masjid
sultan yang ada.
Metode
Gambar 5. Mimbar dan Gubah Masjid Sultan Ternate Gambar 7. Telaga Sumber Mata Air Masjid Sultan
Sumber: Team Artistik Sejarah Masjid Sultan Moloku Sumber: Team Artistik Sejarah Masjid Sultan Moloku
Kie Raha, 2015. Kie Raha, 2015.
5. Kolam/Bak Tempat Wudhu
Daftar Pustaka