Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PASIEN DENGAN EKSPULSI IUD


DI BANGSAL CLEMENT RUMAH SAKIT SUAKA INSAN
BANJARMASIN

RELATED LEARNING EXPERIENCE (RLE) IV

Disusun Oleh:

Andreas Angga Famfilio

113063C118002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

PROGRAM STUDI SERJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


BANJARMASIN

2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Maternitas Pasien dengan Ekspulai IUD di Bangsal
Clement disusun oleh ……Nama Andreas Angga Famfilio…..,NIM 113063C118002. Laporan
Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.

Banjarmasin, 19 April 2022


Preseptor Akademik

Oktovin. S.Kep., Ners., M.Kep

Preseptor Klinik

Sukinah., Amd.Keb

Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Sr. Margaretha Martini, SPC, BSN, MSN


DAFTAR ISI

Sampul depan
Lembar Pengesahan...................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................
BAB II Konsep Teoritis ..........................................................................
2.1 Definisi Meningitis.............................................................
2.2 Etiologi Meningitis.............................................................
2.3 Tanda dan Gejala Meningitis .............................................
2.4 Pemeriksaan Penunjang Meningitis ...................................
2.5 Patofisiologi Meningitis .....................................................
2.6 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Meningitis di ICU ...
2.6.1 Pengkajian Pasien dengan Meningitis ....................
2.6.2 Diagnosa Keperawatan pasien dengan Meningitis
2.6.3 Intervensi Keperawatan pasien dengan Meningitis
2.6.4 Evaluasi Keperawatan pasien dengan Meningitis
BAB III Kesimpulan ................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Ekspulsi IUD merupakan salah satu efek samping yang

ditimbulkan dari pemasangan IUD. Ekspulsi IUD adalah terjadinya

pengeluaran IUD dari uterus yang biasanya terjadi pada bulan-bulan

pertama setelah pemasangan (Hartanto, 2010). Penelitian Sujnanendra,

(2014) didapatkan hasil ekspulsi IUD pasca plasenta sebanyak 9%

dengan jenis persalinan pervaginam ataupun sectio caesarea

(Sujnarendra, 2014). Penelitian Septiasari, (2012) dihasilkan bahwa

tidak ada perbedaan jumlah ekspulsi IUD pasca plasenta dan interval

(Septiasari, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

September 2015 diperoleh data ekspulsi IUD di BPM Tarminah

sebanyak 49 kasus dari total akseptor IUD sebanyak 250 orang (19,6%)

pada tahun 2014. Kejadian ekspulsi IUD lebih tinggi terjadi pada

pemasangan secara pasca plasenta yakni sebesar 6-10% dibandingkan

dengan pemasangan secara interval sebesar 5% (Affandi, 2011).

Tingginya angka kejadian ekspulsi IUD merupakan suatu permasalahan.

Besarnya angka kejadian ekspulsi IUD menjadi permasalahan

yang penting, terutama peranan IUD sebagai kontrasepsi dengan tujuan

pengaturan kehamilan. Dikarenakan angka fertilitas atau Total Fertility

Rate (TFR) Indonesia sebesar 2,6 dan masih berada diatas rata-rata

negara ASEAN yakni sebesar 2,4 (KEMENKES, 2013). Dengan

Contraceptive Prevalence Rate


(CPR) tahun 2013 sebesar 75,88% (BKKBN, 2012). Ekspulsi

IUD terjadi dapat disebabkan oleh kram, discharge vagina, atau

perdarahan uterus. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

ekspulsi IUD diantaranya, usia, paritas, lama pemakaian IUD, riwayat

ekspulsi IUD pada pemasangan sebelumnya, jenis dan ukuran IUD,

dan faktor psikis. Apabila terjadi ekspulsi IUD, maka dikatakan

pemasangan IUD tidak berhasil atau gagal. Faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pemasangan IUD adalah jenisIUD, faktor akseptor, waktu

pemasangan (interval, pasca plasenta, pascaabortus, pasca coitus), dan

tenaga yang memasang (Leon, 2005)

Dari faktor keberhasilan pemasangan IUD diatas, waktu

pemasangan IUD merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh

terhadap kejadian ekspulsi IUD. Pemasangan IUD dapat dilakukan

dalam 4 waktu yakni secara interval, post partum, setelah abortus, dan

setelah coitus. IUD setelah abortus dan setelah coitus jarang dilakukan

dikarenakan masyarakat jarang ada yang memproteksi dirinya setelah

kejadian abortus maupun coitus. Namun sebaliknya, IUD interval dan

post partum (pasca plasenta) sering digunakan, karena kedua waktu ini

lebih mudah dan praktis dilakukan (Hartanto, 2010). IUD pasca

plasenta bukanlah metode yang baru dan sejak tahun 2007 metode ini

sudah dilaksanakan. Pemasangan IUD sewaktu post partum (pasca

plasenta) dapat dilakukan secara dini yakni dipasang pada wanita yang

melahirkan sebelum dipulangkan atau 10 menit setelah plasenta lahir

(pasca plasenta), secara langsung yakni dalam masa 3 bulan setelah

post partum atau abortus, dan secara tidak langsung yakni IUD

dipasang setelah melewati masa 3 bulan setelah partus (Prawiroharjo,

2010). Penelitian Sucak, (2015), memperlihatkan bahwa sebesar 11,3%

ekspulsi IUD pasca plasenta dengan persalinan pervaginam pada tahun


pertama pemasangan (Sucak, 2015). Penelitian Susi, (2012) didapatkan

gambaran kejadian ekspulsi IUD pasca persalinan berdasarkan waktu

rata-rata terjadi pada hari ke-9 (Susi, 2012). Berdasarkan uraian

masalah diatas, sehingga penelitian ini masih diperlukan untuk

memberikan informasi lebih lanjut mengenai hubungan waktu

pemasangan IUD pasca plasenta dan interval dengan kejadian ekspulsi

IUD di BPM Tarminah, Amd., Keb. Mojokerto.


BAB II
KONSEP TEORITIS

B. KONSEP DASAR EKSPULSI IUD

a. Pengertian Ekspulsi IUD


Ekspulsi IUD adalah hilangnya IUD dari uterus, paling sering terjadi pada
bulan pertama sesudah pemasangan (Leveno, 2009). Ekspulsi IUD adalah
pengeluaran sendiri IUD dari dalam rahim dapat terjadi sebagian atau
seluruhnya (Anwar, 2011).

b. Faktor Resiko Ekspulsi IUD


Ekspulsi IUD biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh hal

berikut: umur dan paritas, pada paritas yang rendah 1 atau 2,

kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar dari pada paritas 5 atau lebih,

demikian pula pada perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi dari pada

perempuan yang umurnya sudah tua. Lama pemakaian IUD juga menjadi

penyebab ekspulsi. Ekspulsi lebih sering terjadi pada tiga bulan pertama

setelah pemasangan, setelah itu angka kejadia menurun tajam(Anwar,

2011). Kira- kira 5% pasien secara spontan mengalami ekspulsi IUD Tcu-

380A dalam tahun pertama. Kejadian ini dapat disebabkan oleh kram,

discharge vagina, atau perdarahan uterus. Namun, beberapa kasus yang

diamati adalah perubahan panjang benang IUD atau tidak adanya benang

IUD. IUD yang mengalami ekspulsi sebagian harus diangkat. Jika tidak

terjadi kehamilan atau infeksi, setelah terjadi ekspulsi, IUD yang baru

dapat segera disisipkan (Leon, 2005).

Riwayat eskpulsi IUD pada pemasangan sebelumnya akan

cenderung akan mengalami ekspulsi berulang dengan kemungkinan 50%.


Apabila terjadi ekspulsi maka IUD dapat dipasang kembali namun dengan

jenis yang sama namun ukuran lebih besar dari ukuran sebelumnya, atau

bisa pula mengganti jenis IUD namun harus dipasang sebanyak 2 buah

IUD. Jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat mempengaruhi ekspulsi.

Pada Lippes Loop, semakin besar ukuran IUD semakin kecil

kemungkinanterjadinya ekspulsi (Anwar, 2011).

Faktor psikis ibu dengan IUD dapat mempengaruhi motilitas

uterus, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada perempuan

emosional dan ketakutan, dan yang psikisnya labil. Oleh karena itu, pada

perempuan dengan faktor psikisnya labil penting diberikan penerangan

yang cukup sebelum dilakukan pemasangan IUD (Anwar, 2011).

c. Faktor Resiko Ekspulsi IUD pasca plasenta


Multipara merupakan faktor resiko tinggi untuk terjadinya ekspulsi

IUD pasca plasenta yang mencapai 95% dalam jangka waktu satu tahun

setelah pemasangan. Selain itu faktor resiko ekspulsi IUD pasca plasenta

yakni, pemasangan IUD yang dilakukan setelah persalinan sectio

caesarea, pemasangan yang dilakukan setelah persalinan normal, riwayat

persalinan normal, dan riwayat pengguna IUD. Angka kejadian ekspulsi

IUD pada 3 bulan setelah pemasangan yakni sebesar 10,9% pada wanita

post sectio caesarea dan 16,4% pada wanita dengan persalinan normal

(Sucak, 2015). Ekspulsi IUD meningkat pada multigravida yang

melahirkan secara normal karena terjadinya dilatasi servix pada segmen

bawah rahim. Persalinan sectio caesarea yang tidak direncanakan

sebelumnya dan dilakukan pada saat memasuki kala aktif mempunyai

resiko tinggi juga. Namun, pengaruh dari persalinan normal atau

terjadinya dilatasi servix


pada kala aktif yang dapat menyebabkan ekspulsi IUD masih belum

ditemukan cukup bukti kuat (Sucak, 2015).

Paritas meningkatkan resiko ekspulsi IUD tanpa memperhatikan

jenis persalinannya. Penelitian oleh experienced phyysicans juga

menyebutkan hasil yang sama. Namun pada penelitian di mexico

menyebutkan bahwa paritas merupakan satu-satunya faktor resiko

terjadinya ekspulsi IUD (Sucak, 2015).

_
B. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau di sebut juga Intra Uterin
Devices (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia produktif (Saifudin. 2008).
IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya) diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus.
(Hidayati, 2009)
IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempuyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormnon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. (Handayani, 2010)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone. (Kusmarjati, 2011)

a. MACAM-MACAM IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang
sutera dan logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada
generasi plastik baik yang ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak
ditambahi obat (unmedicated).

_
1. Copper-T

Gambar 2.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)


Menurut Imbarwati (2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI FKUI (2010). Spiral jenis
copper T (mlepaskan tenaga) mencegah kehamilan dengan cara mengganggu
pergerakan sprema untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama
10 tahun.

2. Copper – 7

Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun


dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper – 7. Menurut
Imbarwati (2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan

_
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper – T.

3. Multi Load

Gambar 2.3 Jenis IUD Multi Load (Imbarwati 2009)


Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang
dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes Loop

Gambar 2.4 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009)


Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene,
berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang

_
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD
jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

b. CARA KERJA IUD


Menurut Saifudin (2010), Cara kerja IUD adalah
1. Mengambat kemampuan spresma untuk masuk ketuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan
sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus

c. MEKANISME KERJA IUD


Menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111,
mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme
kerja IUD yang telah dianjurkan :

1. Timbulnya reaksi radang


lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang
telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-
sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat
bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron)
yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat
menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak
sperma.

_
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS IUD


Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi, Efektifitas
dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama
IUD tetap tinggal di uteri tanpa :
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya : Jenis, ukuran,
besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis bergantung pada
luasnya permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama pemakaian.
Akseptor : Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi
senggama, personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
yaitu umur dan paritas, diketahui :
1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau
pengeluaran IUD.
2. Makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan
medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi
dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan
kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), keefektifitasan IUD adalah sangat
efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan.

_
e. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN IUD
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2008:
a. Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik
b. Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu
hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
5. Perfosari dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
6. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
7. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
8. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR PRP dapat memicu infertilitas.

_
f. INDIKASI PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

g. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.

I. EFEK SAMPING
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), Efek samping IUD yaitu
a. Perdarahan (menorangia atau spotting menorangia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama pemakaian)
d. Disminore

_
e. Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang iud dirasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
f. Infeksi pelvis dan endometrium
Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD meliputi, pada
minggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan - perempuan
pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama,
bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan
sendirinya sesudah 3 bulan.

J. KUNJUNGAN ULANG SETELAH PEMASANGAN IUD


Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003), yaitu
1. 1 minggu pacsa pemasangan
2. 2 bulan pasca pemasangan
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. 1 tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1 minggu
6. Perdarahan banyak dan tidak teratur

K. PEMERIKSAAN PADA SAAT KUNJUNGAN ULANG


Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD dipasang seorang
klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat spermisida dan
kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi perlindungan penuh dari
konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang
memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini merupakan kurun waktu
IUD dapat terlepas secara spontan. Klien harus melakukan kunjungan ulang
pertamanya dalam waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan
setelah masa menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan
pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang
tepat. Selain itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan
IUD secara mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.
Kunjungan ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan member

_
semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa
peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh
pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi

b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen

_
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.

c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan

d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan mendapatkan
jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan
akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat penapisan umum yaitu
pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur klamedia dan gonorea, tes
laboratorium rutin lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan
diatas. Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi
bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya
dapat ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.

_
L. WAKTU PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang
dan perdarahan tidak begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah
sakit. Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca
persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
4. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku
dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.

M. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH AKSEPTOR KB IUD


Menurut BKKBN tahun 2010 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan
Kontrasepsi:
1. Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan
setiap selesai haid.
g. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi jongkok
h. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama sampai
menjangkau rahim.
i. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan
jangan ditarik.
2. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh
melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
3. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama,
rasa sakit atau kram.

_
4. Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung
IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu
dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
6. Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan
gunakan kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan
ektopik.
7. IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya
dan bagian perut tidak boleh dipijat.
8. Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh
benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.
9. Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun
daya kerjanya belum habis.

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB IUD
tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak,
keputihan, nyeri saat berhubungan.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan
KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu

_
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu
badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya
oedem, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

_
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD
2. Ansietas berhubungan dengan terjadinya efek samping penggunaan alat
kontrasepsi IUD

_
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC :
Berhubungan dengan:  Pain Level, Pain Management
penggunaan alat  pain control,  Lakukan pengkajian nyerisecara
kontrasepsi IUD  comfort level komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan
kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien
tidak mengalami nyeri, dengan  Gunakan teknik komunikasi
kriteria hasil: terapeutik untuk mengetahui
 Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan)  Pilihdan lakukan penanganan
 Melaporkan bahwa nyeri nyeri (farmakologi, non
berkurang dengan farmakologi, dan inter personal)
menggunakan manajemen  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri menentukan intervensi
 Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik
(skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dalam,
dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
 Menyatakan rasa nyaman hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokterika ka
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek riwayat alergi
 Tentukan pilihan analgesik
bergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Monitor vital sign sebelum

_
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala

Ansietas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Anxiety self-control  Gunakan pendekatan yang
terjadinya efek samping  Anxiety level menenangkan
penggunaan alat  Coping  Jelaskan semua prosedur dan
kontrasepsi IUD
Setelah dilakukan tindakan
apa yang dirasakan selama
keperawatan selama ….
prosedur
diharapkan ansietas teratasi
dengan kriteria hasil:  Dorong keluarga untuk

 Klien mampu menemani pasien


mengungkapkan  Identifikasi tingkat
kecemasannya kecemasan
 Mengetahui dan
 Bantu pasien untuk
mengungkapkan teknik
mengenali situasi yang
untuk mengontrol cemas
menimbulkan kecemasan
 Vital sign dalam batas
normal  Dorong pasien untuk
Ekspresi nonverbal mengungkapkan perasaan
menunjukkan berkurangnya dan ketakutan
kecemasan
 Ajarkan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi

_
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana.


(dalam:http://agungsa10001.academia.edu./2016/04/lp-keluarga-
berencana.html). Diakses tanggal 23 Februari 2017 pukul 16.32 wita
Carpenito, Lynda Juall 2010. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: FKUI
NANDA NIC-NOC.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-
NOC.Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus. 2010. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates
Mochtar, Pustam. 2008. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC.
Saifudin,A. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai