Disusun Oleh:
113063C118002
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Maternitas Pasien dengan Ekspulai IUD di Bangsal
Clement disusun oleh ……Nama Andreas Angga Famfilio…..,NIM 113063C118002. Laporan
Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.
Preseptor Klinik
Sukinah., Amd.Keb
Mengetahui
Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Sampul depan
Lembar Pengesahan...................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................
BAB II Konsep Teoritis ..........................................................................
2.1 Definisi Meningitis.............................................................
2.2 Etiologi Meningitis.............................................................
2.3 Tanda dan Gejala Meningitis .............................................
2.4 Pemeriksaan Penunjang Meningitis ...................................
2.5 Patofisiologi Meningitis .....................................................
2.6 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Meningitis di ICU ...
2.6.1 Pengkajian Pasien dengan Meningitis ....................
2.6.2 Diagnosa Keperawatan pasien dengan Meningitis
2.6.3 Intervensi Keperawatan pasien dengan Meningitis
2.6.4 Evaluasi Keperawatan pasien dengan Meningitis
BAB III Kesimpulan ................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
tidak ada perbedaan jumlah ekspulsi IUD pasca plasenta dan interval
(Septiasari, 2012).
sebanyak 49 kasus dari total akseptor IUD sebanyak 250 orang (19,6%)
pada tahun 2014. Kejadian ekspulsi IUD lebih tinggi terjadi pada
Rate (TFR) Indonesia sebesar 2,6 dan masih berada diatas rata-rata
dalam 4 waktu yakni secara interval, post partum, setelah abortus, dan
setelah coitus. IUD setelah abortus dan setelah coitus jarang dilakukan
post partum (pasca plasenta) sering digunakan, karena kedua waktu ini
plasenta bukanlah metode yang baru dan sejak tahun 2007 metode ini
plasenta) dapat dilakukan secara dini yakni dipasang pada wanita yang
post partum atau abortus, dan secara tidak langsung yakni IUD
kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar dari pada paritas 5 atau lebih,
demikian pula pada perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi dari pada
perempuan yang umurnya sudah tua. Lama pemakaian IUD juga menjadi
penyebab ekspulsi. Ekspulsi lebih sering terjadi pada tiga bulan pertama
2011). Kira- kira 5% pasien secara spontan mengalami ekspulsi IUD Tcu-
380A dalam tahun pertama. Kejadian ini dapat disebabkan oleh kram,
diamati adalah perubahan panjang benang IUD atau tidak adanya benang
IUD. IUD yang mengalami ekspulsi sebagian harus diangkat. Jika tidak
terjadi kehamilan atau infeksi, setelah terjadi ekspulsi, IUD yang baru
jenis yang sama namun ukuran lebih besar dari ukuran sebelumnya, atau
bisa pula mengganti jenis IUD namun harus dipasang sebanyak 2 buah
IUD. Jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat mempengaruhi ekspulsi.
emosional dan ketakutan, dan yang psikisnya labil. Oleh karena itu, pada
IUD pasca plasenta yang mencapai 95% dalam jangka waktu satu tahun
setelah pemasangan. Selain itu faktor resiko ekspulsi IUD pasca plasenta
IUD pada 3 bulan setelah pemasangan yakni sebesar 10,9% pada wanita
post sectio caesarea dan 16,4% pada wanita dengan persalinan normal
_
B. PENGERTIAN
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau di sebut juga Intra Uterin
Devices (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia produktif (Saifudin. 2008).
IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya) diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus.
(Hidayati, 2009)
IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempuyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormnon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang. (Handayani, 2010)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone. (Kusmarjati, 2011)
a. MACAM-MACAM IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang
sutera dan logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada
generasi plastik baik yang ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak
ditambahi obat (unmedicated).
_
1. Copper-T
2. Copper – 7
_
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper – T.
3. Multi Load
4. Lippes Loop
_
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang
kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD
jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
_
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
_
e. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN IUD
Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2008:
a. Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik
b. Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu
hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
5. Perfosari dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
6. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.
7. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
8. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR PRP dapat memicu infertilitas.
_
f. INDIKASI PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.
I. EFEK SAMPING
Menurut Sujiyantini dan Arum (2009), Efek samping IUD yaitu
a. Perdarahan (menorangia atau spotting menorangia)
b. Rasa nyeri dan kejang perut
c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan
pertama pemakaian)
d. Disminore
_
e. Gangguan pada suami (sensasi keberadaan benang iud dirasakan sakit atau
mengganggu bagi pasangan saat melakukan aktifitas seksual)
f. Infeksi pelvis dan endometrium
Menurut Zahra (2008), Efek samping dari penggunaan IUD meliputi, pada
minggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan - perempuan
pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih berat dan lebih lama,
bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan
sendirinya sesudah 3 bulan.
_
semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan hasil berupa
peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut dapat diperoleh
pada kunjungan ulang ini.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir)
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen
_
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah bila
diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan
d. Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan mendapatkan
jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada kunjungan tersebut bidan
akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat penapisan umum yaitu
pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur klamedia dan gonorea, tes
laboratorium rutin lain dan pengulangan kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan
diatas. Pengarahan supaya klien memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi
bila muncul masalah atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya
dapat ditinjau kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.
_
L. WAKTU PEMASANGAN IUD
Menurut Manuaba, 2010 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB,
waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang
dan perdarahan tidak begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah
sakit. Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan pasca
persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah sakit.
4. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku
dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.
_
4. Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung
IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu
dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
6. Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil kembali setelah IUD dilepas dan
gunakan kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan
ektopik.
7. IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya
dan bagian perut tidak boleh dipijat.
8. Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh
benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.
9. Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun
daya kerjanya belum habis.
_
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu
badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya
oedem, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.
_
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD
2. Ansietas berhubungan dengan terjadinya efek samping penggunaan alat
kontrasepsi IUD
_
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC :
Berhubungan dengan: Pain Level, Pain Management
penggunaan alat pain control, Lakukan pengkajian nyerisecara
kontrasepsi IUD comfort level komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan
kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien
tidak mengalami nyeri, dengan Gunakan teknik komunikasi
kriteria hasil: terapeutik untuk mengetahui
Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, mampu Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan) Pilihdan lakukan penanganan
Melaporkan bahwa nyeri nyeri (farmakologi, non
berkurang dengan farmakologi, dan inter personal)
menggunakan manajemen Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri menentukan intervensi
Mampu mengenali nyeri Ajarkan tentang teknik
(skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dalam,
dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
Menyatakan rasa nyaman hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokterika ka
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgesik
bergantung tipe dan beratnya
nyeri
Monitor vital sign sebelum
_
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
_
DAFTAR PUSTAKA