Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada An.A

Dengan Persalinan sectio secarea indikasi gemeli dan kpd

Rumah Sakit Tentara Ciremai Kota Cirebon

Disusun Oleh :

Ferina damayanti (CKR0190209)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KAMPUS 2 STIKKu

Jl. Pangeran Drajat No 40A, Drajat, Kec. Kesambi, Kota Cirebon,

Jawa Barat 45133

2022
l.Definisi penyakit
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Wanita melahirkan dengan cara
sectio caesareasering kita jumpai di negara berkembang seperti indonesia
(Sarwono,2009).Indikasi dalam sectio caesarea salah satunya adalah gameli.
Gameli merupakan masalah kontroversial obstretic dalam kaitannya dengan
penyebabnya. Gameli lebih sering di lahirkan secara premature sehingga
moralitas gameli menjadi 4 kali lipat di bandingkan moralitas bayi tumggal
.Persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu
maupun janinnya (Sarwono, 2009). Namun banyak juga ibu atau ibu muda yang
menganggap jika kehamilan ganda ini hanya bisa di miliki oleh orang yang
mempunyai keturunan bayi kembar dan menganggap kehamilan kembar bisa di
lihat dari bentuk perutnya apabila ibu memiliki bentuk perut yang besar dan
maju dan melebar maka ibu itu sedang megandung bayi kembar. Namun
faktanya, tidak ada bukti tentang mengenai bentuk perut ibu hamil yang dapat
di jadikan acuan (Sarwono ,2009) Karena kehamilan ganda ini biasanya ibu
lebih khawatir dengan keadaan tersebut. Oleh sebab itu saat datang ke rumah
sakit ibu dengan kehamilan ganda datang dengan keluhan gerakan bayi lebih
aktif tidak seperti kehamilan tunggal biasanya, kondisi seperti ini biasanya di
tangani dengan cara persalinan normal atau sectio caesarea tergantung keadaan
bayi tersebut (Sarwono, 2013)
Melahirkan melalui operasi sectio caesarea baik atas indikasi medis maupun
atas permintaan pihak pasien kini meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dari
observasi peneliti di dapatkan kenyataan angka operasi sectio caesarea dengan
indikasi gameli di rumah sakit swasta setiap tahunnya meningkat. Menurut
organisasi kesehatan (WHO) angka kejadian gameli pada tahun 2013 sebanyak
50-60%. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 35% (Depkes RI
2017). Di Jawa Timur pada tahun 2017 sebanyak 18% (profil Kesehatan Jawa
Timur tahun 2017). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti, jumlah klien yang mengalami post SC dengan indikasi gemeli di
Penyebab yang di sebutkan memiliki kaitan dengan kehamilan ganda yaitu
riwayat keturunan,wanita dengan riwayat persalinan sering, wanita yang hamil
segera setelah berhenti minum pil kb, Hubungan yang signifikan juga telah di
temukan yaitu wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB dan
juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan genetik kembar
(Hallodock, 2018). Pada trimester ketiga atau terahir selaput ketuban mulai
pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terahir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan
aterm merupakan hal yang sangat fisiologis. Kehamilan ganda di sebabkan oleh
adanya faktor, misalnya ras, umur, dan paritas yang mempengaruhi kehamilan
kembar dua telur, faktor obat obatan induksi ovulasi, profertil,clomid, dan
hormon gonadotropin dapat menyebabkan kembar dzigotik dan kembar lebih dari dua,faktor
keturunan dan faktor yang belum di ketahui . (Hallodock,2018).
Komplikasi yang timbul akibat kehamilan ganda adalah persalinan premature,
pre eklamsia, abrupsi plasenta, cacat lahir, resiko kehilangan janin keterikatan
tali pusar, perdarahan post partum, pembatasan pertumbuhan intrauterine
(IUGR) (Fadhilah, 2013). Pada ibu terjadi korioaminonitis sedangkan pada bayi
dapat terjadi asfiksia , terlilit tali pusar, omfalitis (Sarwono, 2009)
Berbagai masalah yang timbul akibat post partum dengan sectio caesarea
indikasi kehamilan ganda membutuhkan keterampilan dan pengetahuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Penatalaksanaan kehamilan
ganda dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola akan
membawa akibat meningkatnya angka morbilitas dan mortalitas ibu maupun
bayinya (Norma, 2013).
ll.Etiologi
Indikasi ibu di lakukan sectio caesarea adalah rupture uteri iminen
pendarahan antepartum, kehamilan ganda. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan
janin besar melebihi 4.000gram. Dari faktor sectio caesarea di atas
dapat di uraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut : CPD
(Chepalo Pelvik Disproportion), PEB, bayi kembar, kelainan letak, ketuban pecah
dini. (Manuba 2010)
Penyebab ketuban pecah dini ini belum jelas, akan tetapi ada beberapa
keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini diantanya sebagai berikut
(Mitayani, 2009) :
1. Trauma : amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
2. Peningkatan tekanan itrauterus, kehamilan kembar, atau polihidromnion.
3. Infeksi vagina, serviks atau karioaminionitis streptokokus, serta bakteri
vagina.
4. Selaput amnion yang mempunyai setruktur yang lemah/ selaput terlalu tipis.
5. Keadaan abnormal dari fetus separti malpresentasi.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut (Nugroho, 2010) :
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cirri pucat dan
bergaris warna darah.
3. Demam, nyeri perut, bercak vagina yang banyak
4. Denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.
lll.Manifestasi klinis
Menurut Sarwono (2009) manifestasi klinis yang terdapat pada sectio
caesarea yaitu :
1 Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2 Panggul sempit
3 Ketuban pecah dini
4 Rupture uteri
5 Partus lama
6 Letak lintang
7 Letak bokong
8 Pre eklamsia
9 Gemeli
lll. Panatalaksanaan
Menurut Sarwono (2009) Penatalaksanaan yang di lakukan kepada pasien
post op sectio caesarea yaitu:
1 Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondidi pasien, cek tanda vital tiap 15 mennit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika diperluhkkan
2. Diet
Pemeriksaan cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu di mulailah pemberian minuman dan makan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh di lakukan pada 6-10 jam pasca operasi,
berupa air putih.
3 Mobilisasi
Mobilisasi di lakukan secara bertahap meliputi:
1) Miring kanan dan kiri dapat di mulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat di lakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, Penderita dapat di dudukan selama 5 menit dan di
minta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat di ubah menjadi posisi setengah
duduk (semi fowller)
5) Selanjutnya selama berturut- turut, hari demi hari, Pasien di anjurkan belajar
duduk selama sehari , belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca operasi.
lV. Komplikasi
Menurut sarwono (2009) komplikasi yang sering terjadi pada ibu post op
sectio caesarea adalah:
1 Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
2 Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang cabang arteri uterine ikut terbuka karena atau atonia uteri
3 Komplikasi- komplikasi lainnya antara lain luka kandung kemih ,
embolisme paru yang sangat jarnang terjadi.
4 Kurang kuatnya paru pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi rupture uteri
Komplikasai ketuban pecah dini menurut Sujiyatini (2009) :
Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan
KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada karion dan amnion). Resiko kecacatan dan
kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal yang tejadi pada KPD preterm.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2010) pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
V.Diagnosa banding
Pembesaran perut tidak selalu menjadi tanda pasti kehamilan, perlu
didiagnosa banding meliputi :tumor kandungan atau mioma uteri, kista
ovarium, hematometra, kandung kemih yang penuh (Manuaba, 2010)
B.Pengkajian
l.Wawancara
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit
dengan alasan datang keluhan perut kencang dan keluar cairan dari jalan
lahir.
ll.Pemeriksaan fisik
keadaan umum cukup baik
kesadaran composmentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80.x/menit
Suhu: 36 C
RR : 22 x/menit
lll.Pemeriksaan diagnostik
2 Breathing
1). Inspeksi : RR:22x/mnt, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak
terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat
bantu nafas
2) Palpasi : tidak ada nyeri dada, vocal fremitus normal
3) Perkusi : sonor
4) auskultasi : suara navas vesikuler, tidak ada suara tambahan
seperti sonor dan whezing
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
3 Blood
1). Inspeksi : Tidak ada siarnosis, tidak ada clubing finger, tidak
ada pembesaran JVP
2) Palpasi : CRT< 3 detik, akral hangat, tidak ada nyeri dada,
pulsasi kuat di radialis, nadi: 80x/meni
3). Perkusi : tidak ada
4) auskultasi : bunyi jantung S1 S2 Tunggal, tidak ada bunyi jantung
abnormal seperti murmur, dan gallop, irama jantung reguler.
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
4 Brain
1). Inspeksi :Kesadaran Composmentis, GCS 4-5-6 , orientasi
baik, ( orang, waktu, tempat) tidak ada nyeri kepala, tidak ada
kaku kuduk, tidak ada kejang, istirahat/tidur: di rumah sakit siang
5 jam, malam 8 jam, saat di rumah siang 3 jam/ hari, malam 8 jam/hari.
Tidak ada kelainan nervus cranialis, Mata: pupil isokor,
reflek cahaya baik, konjungtiva merah muda, sclera putih/ tidak
ikterus, ketajaman pengelihatan normal, tidak ada alat bantu,
Hidung : bentuk normal dan simetris, mukosa hidung lembab,
tidak ada sekret, ketajaman penciuman normal, Telinga: bentuk
normal dan simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak ada alat

bantu pendengaran, Perasa: dapat merasakan ,manis, pahit, asam,


Peraba: normal
2) Palpasi : tidak ada
3) Perkusi : tidak ada
4) auskultasi : tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
5 Bladder
1). Inspeksi : bentuk alat kelamin normal dan bersih, jumlah urine
700cc/ 24 jam warna kuning, terpasang dower cateter, ada
perdarahan70cc, lochea rubra2)
Palpasi : terdapat nyeri tekan, karena ada luka post op sectio
caesarea , TFU 2 jari di bawah pusat
3). Perkusi : tidak ada
4) auskultasi : tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
6 Bowel
1). Inspeksi : Mulut bersih, mukosa bibir lembab, Terdapat luka
jahitan post SC bentuk vetical kurang lebih 15 cm luka tertutup
kasa steril, kasa terlihat kering, terdapat striae dan linea
2) Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus kuat dan
baik, teraba keras, adanya nyeri tekan pada luka post op SC
3). Perkusi : Sonor
4) auskultasi : Bising usus 10x/mnt pada saat pengkajian pasien
belum BAB Lain-lain : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi, dengan P: post op SC, Q: Nyeri seperti di sayat, R : perut
bagian bawah, S: skala nyeri 7 T: Hilang timbul ( saat di buat
gerak) wajah tampak menyeringai
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
7 Bone
1). Inspeksi : Terdapat adanya hiperpigmentasi aerolamamae dan
papila mamae, terapat kerak, colostrum keluar sedikit 10cc. Kulit
lembab tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada odema pada
tangan dan belum bisa miring kanan dan kiri, aktivitas di tempat tidur dan di
seka dan vulva hygin oleh perawat, pasien terlihat menyeringai
jika bergerak ke kanan dan ke kiri, pasien mengatakan tidak bisa
aktivitas secara mandiri
2) Palpasi : Turgor kulit<2 detik, kekuatan otot 5,5,4,4
3) Perkusi : tidak ada
4) auskultasi :tidak ada
Masalah Keperawatan: Hambatan mobilitas fisik
8 Pengindraan
1.) Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya normal,

konjungtiva merah muda, sclera putih, palpebra normal,


strabismus tidak ada

2.) Palpasi : tidak ada


3.) Perkusi : tidak ada
4.) Auskultasi : tidak ada
3.1.9.9 Endokrin (B8)
1.) Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak
ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada luka gangreng,
tidak ada pus, tidak ada pus

2.) Palpasi : tidak ada


3.) Perkusi : tidak ada
4.) Auskultasi : tidak ada
lV.Analisa Data

No DATA SUBJEKTIF DAN Etiologi Masalah


OBJEKTIF
1 Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Adanya insisi
luka setelah operasi. pembedahan
P : nyeri luka setelah operasi
Q : nyeri seperti di iris
R : abdomen bagian bawah
S : skala nyeri 7
T : saat bergerak
Do : Pasien menahan sakit,
tranfusi darah 2 kolft.
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 365 oC
Hb : 8,2 g/dl sebelum tranfusi
Hb : 12,2 g/dl setelah tranfusi
2. Ds : Pasien mengatakan luka operasi Resiko Peningkatan
terasa panas. infeksi kerentangan
Pasien mengatakan tidak terhadap bakteri
mengetahui bagaimana perawatan sekunder
luka post operasi. pembedahan
Do : Terpasang infuse RL 20tpm,
terdapat luka insisi, jahitan ± 14
cm, jahitan horizontal, luka masih
tertutup perban (pada abdomen
bagian bawah), di sekitar luka
tidak ada pembengkaan dan kemerahan

3 Ds : Pasien mengatakan tidak tahu Kurang Kurang


tentang perawatan payudara yang pengetahuan informasi
benar. tentang
Do : ASI belum keluar, payudara perawatan
teraba kenyal, putting susu payudara
menonjol, adanya nyeri tekan
saat dilakukan pemeriksaan fisik.
C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.Nyeri akut berhubungan dengan trauma perenium s
2. payudara bengkak dan involusi uterus.
3. infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
4. Resti kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan payudara.

D.Rencana asuhan keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
keperawatan
1 Nyeri akut Setelah 1. Kaji skala 1.Membedak -pasien
berhubungan dengan dilakukan nyeri pasien. an mengatakan
adanya insisi tindakan 2. Evaluasi karakteristik nyeri
pembedahan keperawatan tekanan nyeri, serta berkurang
selama 3x24 darah dan membantu -kondisi
jam, di nadi. membedakan pasien
harapkan 3. Anjurkan nyeri pasca membaik
nyeri dapat menggunaka operasi dan
berkurang n terjadinya
dengan teknik nafas komplikasi.
kriteria hasil : dalam,relaksi 2. Nyeri
a. Pasien dan distraksi. dapat
mengatakan 4. Berikan menyebabka
nyeri posisi yang n gelisah
berkurang. nyaman. serta TD dan
b. Ekpresi 5. Kolaborasi Nadi
wajah rileks pemberian meningkat.
c. Skala nyeri analgesik 3.Merileksasi
0-1 atau sesuai ndikasi kan otot,
sampai hilang mengalihkan
perhatian
dan sensori
nyeri.
4. Dapat
mngurangi
tekanan pada
luka
insisi.
5.meningkat
kan
kenyamanan.
2 Resiko infeksi Setelah 1. Monitor ku 1.Peningkata -pasien
berhubungan dengan dilakukan dan n suhu mengatak
peningkatan tindakan vital sign. tubuh infeksi
kerentangan terhadap keperawatan 2. Tinjau menandakan tidak terjadi
bakteri sekunder selama 3x24 ulang infeksi. lagi
pembedahan. jam, di leukosit dan 2. Leukosit -kondisi
harapkan hemoglobin. meningkat pasien
infeksi tidak 3. Observasi dan membaik
terjadi kondisi hemoglobin
dengan luka deng rendah akan
kriteria hasil : cara seiring
a. Tidak ada menjaga terjadi resiko
tanda tanda kebersihan infeksi.
infeksi seperti sekitar luka 3.Mengetahu
tidak dan i seberapa
demam/ S : lingkungan besar kondisi
36-37 oC. pasien. luka
b. Tidak ada 4. Kaji luka yang terjadi
kemerahan pada dan
dan abdomen mencegah
pembengkaa dengan kontaminasi
n menganti dari luar.
disekitar luka pembalut 4.Mengidenti
luka fikasi
sesuai apakah ada
dengan tanda tanda
kebijakan infeksi dan
rumah adanya pus.
sakit. 5. Antibiotik
5. Kolaborasi untuk
pemberian mencegah
antibiotik terjadinya
infeksi
3 3. Kurang pengetahuan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk -pasien
berhubungan dengan dilakukan pengetahuan mengetahui mengatakan
kurang informasi tindakan tentang sejauh mana mampu
tentang keperawatan perawatan tingkat memperaga
perawatan payudara selama 1x30 payudara. pengetahuan kan cara
menit, di 2. Ajarkan pasien. perawatan
harapkan pada 2. Perawatan payudara
pasien pasien cara payudara
mengerti perawatan dapat
tentang payudara. melancakan
perawatan 3. Berikan pengeluaran
payudara penjelasan ASI.
dengan tentang 3.Pengetahua
kriteria hasil : manfaat n tentang
a. Pasien perawatan manfaat
mampu payudara. perawatan
memperagak 4. Anjurkan payudara
an cara pasien sebagai
perawatan untuk motifasi
payudara melakukan untuk
dengan urut perawatan melakukan
secara payudara perawatan.
mandiri. dengan 4. Dengan
b. Pasien cara mandiri perawatan
dapat setiap pagi payudara
menyebutkan dan dapat
2manfaat sore. melancarkan
perawatan 5. Beri pujian ASI.
payudara. bila pasien 5. Dengan
mampu memberikan
melakukan pujian pada
nya pasien
dapat aktif
melakukan
perawatan
payudara.

E. Daftar pustaka

Maryani. (2016). Determinan Persalinan Sectio Caesarea. Diakses dari


http://schollar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=determinan
+persalinan+seksio+caesarea+di+rsud+wates+kulon+progo+tahun+2016&
btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DI,flOBiFfS4cJpada tanggal 27 juni pada
pukul 20.00 wib
Nursalam, 2009. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan.
Salemba Medika, Jakarta
Nirmayanibarchi, 2012. Makalah Kesehatan Maternal. Online diakses pada tanggal
10 September, 2019. Melalui https : // Nirmayanibarchi.blogspot.com. jam
21.04 WIB
Prawiroharjo, Sarwono. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009.
Jakata : Tridasa Printer
Saifudin,2009 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta Sani, 2013. Makalah Kebidanan Gemeli. Online diakses pada tanggal 13 September
2019, melalui web. https ://sani-sanpig. blogspot.com/2013/05/ MakalahGemeli. jam 00.36 WIB
Sujiatini, 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Nuha Medika.
Wilkinson, J M.
Tya, Arisma. Makalah Kehamilan Ganda. Online diakses pada tanggal 15

Anda mungkin juga menyukai