Anda di halaman 1dari 8

1

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Risiko Kesehatan dan Kebutuhan Layanan Kesehatan pada Remaja dan Dewasa
Muda di Indonesia (Data Sekunder)
Risk Mapping and Need of Health Care Analysis of Indonesian Adolescent/Young Adult
(Secondary Data)

TIM PENELITI

1. Dr. Pudji Lestari, dr., M. Kes

2. Dr. Endang Retno Surjaningrum, M. Psych

3. Dr. Sulistiawati, dr., M. Kes

4. Linda Dewanti, dr., M. Kes., MHSc., PhD


2

I. LATAR BELAKANG
Dampak kesehatan dan kesejahteraan remaja semakin terbukti sebagai landasan
bagi kesehatan dan kesejahteraan individu sepanjang hidup mereka dan kehidupan anak-
anak mereka. Masa remaja memberikan kesempatan untuk pengembangan kapasitas dan
pemberdayaan pemuda untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri
dan, dengan melakukan itu, dapat meningkatakan kemungkinanan kesejahteran generasi
berikutnya.(1)
Intervensi yang ditargetkan pada remaja dan dewasa muda/Adolescent and Young
Adult (AYA) tidak hanya akan meningkatkan kesehatan mereka, tetapi juga akan membantu
mempersiapkan mereka untuk kehamilan, persalinan, pemberian makan, dan pengasuhan
anak; serta memberdayakan mereka melalui informasi dan kesempatan untuk menghidupi
diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat.
Saat ini, remaja dan dewasa muda (AYA) di Indonesia menghadapi berbagai masalah
kesehatan. Masalah kesehatan yang sering dikaitkan dengan populasi ini adalah masalah
reproduksi kesehatan, termasuk kehamilan remaja beserta risiko komplikasi, hubungan
seksual pranikah, konseling prakonsepsi yang terbatas, dan kurangnya pendidikan seksual
yang layak. Berbagai faktor risiko psikososial gangguan jiwa juga sering dialami oleh AYA
seperti bullying, kecanduan pornografi dan internet, depresi dan kecemasan, kejahatan
dunia maya, dan masalah psikologis yang terkait dengan dampak karantina dari pandemi
COVID-19.
Tiga beban gizi buruk (kurang gizi, kelebihan gizi, dan defisiensial) yang
meningkatkan risiko penyakit tidak menular dan penyakit terkait gizi lainnya juga
mempengaruhi populasi AYA.(2) Prevalensi anemia di antara usia muda (15-24 tahun)
adalah 32% (3) yang dapat berlangsung lama sampai dewasa dan mempengaruhi kehamilan.
Sebuah survei terhadap lebih dari 3000 responden usia muda yang dilakukan oleh Fakultas
Kedokteran dan Universitas Indonesia selama pandemi global COVID-19 ini, mengungkapkan
bahwa meskipun populasi ini memiliki pengetahuan yang baik tentang COVID-19, mereka
memiliki sikap dan perilaku yang buruk, seperti menolak untuk pakai masker, tidak
mematuhi social distancing dan budaya kebersihan tangan rendah.(4)
Perawatan primer ramah remaja dan dewasa muda (AYA) diperlukan untuk
memberikan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi untuk populasi tertentu. Untuk
dianggap ramah AYA, layanan kesehatan harus dapat diakses (dapat diperoleh), dapat
diterima, adil (dapat diperoleh oleh semua), sesuai (menyediakan pelayanan kesehatan yang
mereka butuhkan) dan efektif (pelayanan kesehatan yang tepat diberikan dalam cara yang
benar, dan memberikan kontribusi positif bagi kesehatan mereka) untuk populasi khusus ini.
(5)
Keterlibatan remaja dan dewasa muda sebagai mitra kunci dalam dan mengadvokasi
kesehatan mereka sendiri dan pengembangan sangat diperlukan. Melibatkan AYA dan
mencari perspektif mereka tentang desain AYA, perawatan primer yang ramah dan
intervensi kesehatan lainnya secara bersamaan dapat meningkatkan pola dan kemampuan
berpikir kritis, memperkuat kedudukan sosial dan hubungan mereka dengan orang dewasa,
3

membangun harga diri dan keterampilan kepemimpinan sebagai agen perubahan, dan
memberi rasa pemberdayaan. (6)
Remaja dan dewasa muda di berbagai negara termasuk di antara yang paling kecil
kemungkinannya untuk memiliki akses keperawatan kesehatan preventif dan memiliki
tingkat penggunaan perawatan primer terendah dari semua kelompok usia. (5) Pusat
kesehatan berbasis sekolah/School-based health centers (SBHC) (termasuk perguruan tinggi
dan universitas) menyediakan akses pelayanan kesehatan preventif yang mudah bagi
kelompok remaja dan dewasa muda tertentu.
School-based health centers berperan sebagai model untuk meningkatkan hubungan
antara kesehatan dan pendidikan serta sistem masyarakat untuk meningkatkan pencegahan
dan perawatan primer. SBHC dapat memberikan titik masuk ke sistem kesehatan dan
sumber perawatan primer. Dengan lebih dari 7,5 juta siswa dan 400.000 staf, universitas
menawarkan potensi besar sebagai pengaturan untuk mempromosikan kesehatan serta
menghasilkan kapasitas dan kemampuan untuk masa depan. Universitas yang
mempromosikan kesehatan telah dipromosikan oleh WHO (7) dan saat ini telah didukung
oleh ASEAN Universities Network (AUN) (8) dimana UI, UGM dan UNAIR merupakan anggota
AUN dan juga menjadi fokus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak 2019.(7)
Kesehatan mahasiswa menarik perhatian yang besar dari tiga universitas di
Indonesia, beberapa laporan mengungkapkan informasi yang mengkhawatirkan. Universitas
adalah periode kehidupan yang penting bagi AYA selama masa transisi menuju kemandirian,
dan mempersiapkan serta menyesuaikan diri untuk kehidupan dewasa, kemandirian
keuangan dan pekerjaan. Sebuah laporan mengungkapkan bahwa lebih dari 30% mahasiswa
baru UI mengalami kelebihan berat badan dan obesitas sedangkan lebih dari 25% memiliki
tekanan darah tinggi. Laporan lain juga mengungkapkan bahwa lebih dari 50% lulusan UGM
di satu fakultas terindikasi mengalami gangguan kesehatan dalam seleksi kerja di Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Berdasarkan laporan penelitian di Universitas Airlangga (UNAIR), ditemukan bahwa
gangguan kecanduan internet di kalangan mahasiswa 1,5 kali lipat berpeluang
menyebabkan gangguan tidur (Kasiani dan Muhdi, 2018); sedangkan dukungan keluarga dan
dukungan sosial berkorelasi dengan penyalahgunaan narkoba di antara remaja di Jawa
Timur (Rizal et al., 2020). Oleh karena itu, terdapat kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan AYA di universitas agar mereka, dan Indonesia sebagai sebuah negara, dapat
mengalami pengembalian investasi yang optimal dalam pendidikan dengan keterlibatan
yang lebih baik dalam pekerjaan dan kepemimpinan di masa depan di mana mereka akan
menjadi contoh bagi komunitas mereka, dan secara khusus akan memberikan kesempatan
yang lebih baik untuk kesehatan dan kemakmuran di masa depan.
Saat ini di Indonesia, pelayanan kesehatan yang disasar AYA sebagian besar terfokus
pada masalah seperti kesehatan reproduksi dan penyalahgunaan zat serta obat-obatan
terlarang. Namun, terdapat berbagai macam masalah kesehatan tambahan pada populasi
ini yang dapat berkontribusi pada peningkatan beban penyakit di Indonesia, seperti gizi
kurang/lebih, gangguan jiwa, penyakit kardiovaskular dan diabetes, cedera kecelakaan dan
4

non-kecelakaan dan juga penyakit menular endemik. Sebagai contoh, banyak remaja putri di
Indonesia yang menderita anemia, dan dapat berlangsung dalam waktu yang lama sehingga
dapat mempengaruhi kehamilan mereka di masa depan. Wanita hamil dengan anemia
dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti persalinan dengan preeklamsia atau
bayi lahir dengan anemia, hal ini tentunya dapat menimbulkan risiko kesehatan lebih lanjut
bagi anak-anak.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa memberdayakan AYA untuk
memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan tidak hanya
akan meningkatkan status kesehatan mereka sendiri tetapi juga meningkatkan kesehatan
generasi mendatang. Keterlibatan AYA juga merupakan hal yang penting dalam respons
pandemi karena mereka dapat berfungsi sebagai mitra yang sangat efektif dalam respons
kesehatan masyarakat, yaitu dengan menjadi pendidik dan agen perubahan di antara rekan-
rekan serta di lingkungan komunitas mereka.

II. TUJUAN
Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah kesehatan fisik dan mental pada usia 15-24 tahun, pola pencarian
layanan kesehatan dan faktor-faktor determinannya.
Tujuan Khusus
1. Identifikasi masalah fisik pada usia 15-24 tahun
2. Identifikasi kesehatan mental pada usia 15-24 tahun
3. Identifikasi pola pencarian layanan kesehatan pada usia 15-24 tahun
4. Identifikasi faktor-faktor determinan pada usia 15-24 tahun

III. KERANGKA KONSEP

1. Lingkungan
- Rural/Urban
- Slum/Elite
2. Akses Terhadap
- Internet
- Media
1. Latar belakang Keluarga 1. Karakteristik
- Sosial –Ekonomi - Usia 15-24 tahun
- Pendidikan & Pekerjaan - Pendidikan
Orangtua - Pekerjaan
- Jumlah Saudara Masalah Kesehatan - Personality
- Jumlah Orang Serumah - Urutan Kelahiran
2. Fungsi Keluarga
- Non-fungsi/Fungsional
Pola Pencarian
Pelayanan
5

IV. METODE
IV.1 Desain Penelitian
Analisis data sekunder
Protokol :
1. Data IFLS
A. buka web site IFLS di https://www.rand.org/well-being/social-and-behavioral-
policy/data/FLS/IFLS.html;
B. register
C. download data IFLS 5
D. Cetak USER guide
E. tentukan variabel yang ingin dicari (masalah kesehatan remaja, pencarian layanan
remaja, pencarian layanan kesehatan, faktor risiko kesehatan remaja)
F. cari variabel (yang tersedia) melalui kuisioner yang sesuai
G. cari data dari variabel yang tersedia yang mendekati variabel yang terpilih
H. Analisa data
2. Data BPJS
A. buka Syarat permintaan data publik BPJS di
https://e-ppid.bpjs-kesehatan.go.id/eppid/#/home/otherberanda/7
B. mengisi formulir permohonan data, mengisi formulir pakta integritas penelitian,
mengisi formulir pakta integritas data sampel
C. Mengisi sesuai dengan permintaan tentang masalah kesehatan pada usia 15-24
tahun di Layanan Primer pada tiga area di Jawa (Jabodetabek, DIY 5 kab/kota dan
Surabaya raya –Surabaya, Sidoardjo, Gresik)
D. Bersama surat resmi dari institusi dan proposal, mengirimkan kepada BPJS melalui
alamat email yang disediakan.
3. Data Riskesdas
A. Mengunduh laporan riskedas Provinsi di https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-
riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
B. Analisis tentang data kesehatan remaja pada laporan tersebut
IV.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Indonesia, November 2021 – Oktober 2022
IV.3. Sumber Data
1. IFLS5 Survey
2. BPJS (masalah kesehatan pada usia 15-24 tahun di Layanan Primer)
3. Riskesdas (data mentah tentang physical activity, kesehatan reproduksi dan
kesehatan mental pada usia 15-24 th)
6

IV.4 Populasi Target dan Subjek


Data Sekunder
Populasi : Adolesent 15-24 th

IV.5 Besar Sampel : disesuaikan dengan data sekunder yang tersedia

IV.6. Kriteria Inklusi : usia 15 sd 24 thn


-

IV.7 Variabel Penelitian


A. Masalah Kesehatan
B. Pola Pencarian Pelayanan
C. Latarbelakang Keluarga
 Sosial –Ekonomi
 Pendidikan & Pekerjaan Orangtua
 Jumlah Saudara
 Jumlah Orang Serumah
D. Fungsi Keluarga
 Non-fungsi/Fungsional
E. Lingkungan
 Rural/Urban
 Slum/Elite
F. Akses Terhadap
 Internet
 Media
G. Karakteristik
 Usia 15-24 tahun
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Personality
 Urutan Kelahiran

IV.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data


Deskriptif dan Analitik
7

IV.9 Etika Penelitian


1. Informed consents,
2. Ethical Clearance dari Universitas Airlangga

V. Tim Peneliti

No Nama Peran Institusi Kontak


1 Dr. Pudji IFLS, UNAIR Pudjilestari70@fk.unair.ac/id
Lestari, dr., M. Riskesdas Telp. 081281699233
Kes ORCID ID : 0000-0003-4725-4676
2 Dr. Endang Kontribusi UNAIR endang.surjaningrum@psikologi.unair.ac.id
Retno Data Telp. 08111619848
Surjaningrum, Sekunder ORCID ID : 0000-0001-5815-4510
M. Psych Mahasiswa
3 Dr. Koordinasi UNAIR sulistiawati@fk.unair.ac.id
Sulistiawati, PLK Telp. 08123076528
dr., M. Kes ORCID ID : 0000-001-7907-5598
4 Linda Dewanti, BPJS, UNAIR linda-d@fk.unair.ac.id
dr., M. Kes., Riskesdas Telp. 081231670967
MHSc., PhD ORCID ID : 0000-0001-7300-0309

VI. JADWAL
Time table penelitian

Jan’ Feb’ Maret April Mei Juni Juli Agust’ Sept Okt
22 22 ’22 ’22 ’22 ’22 ’22 22 ’22 ’22
Membuat Proposal
Koordinasi
Permohonan Data
Pengumpulan Data
Sekunder
Analisis Data
Penyusunan Outline
Manuskrip
Pencarian Jurnal
PenulisanManuskrip
Editing Manuskrip
Submit
8

Daftar Pustaka
1. Patton GC, Sawyer SM, Santelli JS, Ross DA, Afifi R, Allen NB, et al. Our future: a
Lancet commission on adolescent health and wellbeing. Lancet.
2016;387(10036):2423-78.
2. World Health Organization. Leaving no adolescent behind in health and development
in Indonesia Geneva: World Health Organization; 2017 [Available from:
https://www.who.int/life-course/partners/innov8/indonesia-adolescents/en/.
3. National Institute of Health Research and Development. Basic Health Research 2018.
Jakarta: Ministry of Health of the Republic of Indonesia, National Institute of Health
Research and Development; 2018.
4. Fuady A, Khoe LC, Azzahra TB, Lestari HM, Sutanto RL, Yo EC, Suryoadji KA,
Sudarsono NC, Findyartini A. Good knowledge but poor practice towards COVID-19
among Indonesian youth. Asia Pac J Public Health. 2021 Jul;33(5):605-607
5. World Health Organization. Making health services adolescent friendly. Geneva:
World Health Organization; 2012.
6. SPRING and Save the Children. Engaging Adolescents to Accelerate Progress on the
First 1,000 Days. Arlington: Save the Children; 2018.
7. World Health Organization Regional Office for Europe. Health promoting
universities : concept, experience and framework for action. Tsouros AD, Dowding G,
Thompson J, Dooris M, editors. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe; 1998.
8. AUN Health Promotion Network. AUN Healthy University framework. Bangkok:
ASEAN University Network; 2017.
9. Alliance for Health Policy and Systems Research. Health policy and systems research:
a methodology reader. Gilson L, editor. Geneva: World Health Organization; 2012.

Anda mungkin juga menyukai