Anda di halaman 1dari 9

SOP Central Venous Dyalisis Catheter Insertion without USG Guidance

for Critical Care Patients.

1. Definisi
Protokol ini meliputi pelaksanaan pemasangan kateter dialisis vena sentral temporer non
tunnelled yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi konsultan terapi intensif ( jika
dijumpai ketiadaan dokter spesialis anestesi konsultan terapi intensif, maka operator dapat
digantikan oleh dokter spesialis anestesi yang terlatih) di ruang rawat intensif dan/atau
ruang gawat darurat dan/atau ruang operasi. Tujuan dari SOP ini agar praktisi klinis dapat
melakukan pemasangan kateter vena sentral dialysis dengan benar dan sesuai standar
keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan pemasangan kateter dialysis vena sentral adalah pemasangan alat
akses vena sentral yang didesain untuk memfasilitasi terapi pengganti ginjal / dialysis pada
pasien yang tidak disertai adanya alat akses vascular hemodialysis jangka Panjang atau
pasien dengan adanya kendala penggunaan alat akses vascular hemodialysis jangka
panjang.

2. Latar belakang
A. Latar
Kewenangan tindakan dokter spesialis anestesi konsultan terapi intensif dan/atai dokter
spesialis anestesi ( jika terdapat kendala untuk menghadirkan dokter spesialis anestesi
konsultan terapi intensif ) untuk melakukan tindakan pemasangan kateter dialysis vena
sentral pada pasien dengan Latar pasien ( pasien rawat jalan vs pasien rawat inap ) dan
populasi ( pasien dewasa vs pasien anak – anak ) ditentukan persetujuan privileges
( otorisasi kewenangan ) oleh komite medik rumah sakit. Jika prosedur akan dilakukan
pada pasien anak, maka disarankan untuk menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
anak – anak seumuran dan ketika melakukan perawatan memenuhi keperluan yang
dibutuhkan anak seusia pasien.

B. Supervisi
Dokter spesialis anestesi konsultan terapi intensif harus melakukan supervisi tindakan
pemasangan bagi dokter Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama jika ditemukan kondisi klinis sebagai
berikut :
a. Pasien mengalami dekompensasi atau intoleransi prosedur pemasangan kateter
dialysis vena sentral temporer.
b. Adanya resistensi yang dijumpai saat melakukan prosedur pemasangan kateter
dialysis vena sentral temporer.
c. Adanya perdarahan yang tidak dapat diatasi.
d. Hasil prosedur pemasangan kateter dialysis vena sentral temporer bersifat abnormal.

3. Indikasi :
Indikasi pemasangan kateter dialysis vena sentral temporer yaitu :
a. Pasien yang memerlukan pharesis.
b. Pasien yang membutuhkan tindakan hemodialisis
c. Pasien yang membutuhkan tindakan terapi penganti ginjal ( Renal Replacement
Therapies )

4. Kontra indikasi
Kontraindikasi relatif pemasangan kateter dialysis vena sentral temporer yaitu :
a. Obstruksi vena
b. Stenosis vena
c. Peningkatan tekanan vena sentral ( untuk pemasangan kateter dialysis vena sentral
temporer yang berlokasi di vena jugularis internal )
d. Pendekatan lokasi pemasangan kateter dialysis vena sentral temporer melalui regio
thoraks harus dihindari jika dijumpai pasien dengan :
d.1. Koagulopati berat ( lihat catatan di bawah )
d.2. Gagal nafas berat, karena sebab apapun ( PaO2/FiO2 < 150 )
d.3. Lapangan paru mengalami hiperekspansi ( asma berat, penyakit bulosa )
e. Lokasi pemasangan terkontaminasi
f. Lokasi pemasangan terdampak trauma ( contoh : trauma femur merupakan kontra
indikasi relatif pemasangan kateter dialysis vena sentral yang mengambil lokasi vena
femoralis pada sisi terdampak )
g. Lokasi pemasangan terdampak trauma luka bakar
h. Pasien sadar yang tidak kooperatif

Pasien dengan koagulopati dengan indikator sebagai berikut :


a. INR > 2,0 atau APTT > 50 detik  perlu diperbaiki dengan FFP dan/atau FFP.
b. INR 1,5 – 2,0 atau APTT 40 – 50 detik  perbaiki dengan FFP, atau harus
menggunakan lokasi vena jugularis internal atau vena femoralis
c. Trombosit < 50.000  perlu dikoreksi dengan terapi transfusi 1 pak ( 5 U ) platelet.
d. Jika koagulopati tidak terkontrol maka dilakukan pemasangan kateter dialysis vena
sentral dengan pendekatan femoral. Hal yang sama perlu dipertimbangkan untuk pasien
– pasien yang mendapatkan terapi anti koagulan dalam waktu dekat.
Jika dijumpai pasien – pasien dengan kontraindikasi koagulopati, pemasangan kateter
dialysis vena sentral dengan bantuan bimbingan USG lebih disarankan.

5. Persiapan
Alat yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemasangan kateter dialysis vena
sentral :
a. Larutan desinfektan ( campuran antara alkohol 70 % dan Chlorhexidine 2% ( atau
Octenidin 0,1% ))
b. Kasa steril secukupnya
c. 1 perangkat kateter dialysis vena sentral ( 1, 2, 3, 4 lumen kateter dialysis vena sentral )
dalam keadaan tertutup steril.
d. Opsite atau Tegaderm ( sebagai penutup luka paska pemasangan kateter dialysis vena
sentral )
e. Anestestik lokal ( lidokain 1% atau 2% , krim EMLA )
f. Suture material ( dapat digunakan Silkam 3.0 atau sejenisnya non absorble suture
material )
g. Spuit 3 cc sebanyak 2 buah, spuit 5 cc sebanyak 1 buah. Kemudian diisikan larutan
saline steril sebanyak 1 cc untuk spuit 3 cc dan larutan saline steril sebanyak 1-2 cc
untuk spuit 5 cc.
h. Needle no. 18 G ( umumnya disiapkan  Surflo Terumo no. 18 G panjang untuk
pasien dewasa atau  Surflo Terumo no. 22 G untuk pasien anak )
i. Set alat bantu pasang kateter dialysis vena sentral ( pinset surgical, pinset anatomical,
gunting jaringan, gunting benang, scalpel, needle holder medium, klem medium )
j. Gaun, sarung tangan, duk steril
k. Cairan NaCl 0,9% steril untuk keperluan flush
l. Larutan solute heparin dengan konsentrasi 300 iu/ml
m. Kabel monitoring untuk keperluan tranduser gelombang vena sentral ( jika tidak
tersedia maka dapat digantikan menggunakan bantuan ECG 3 lead )

6. Prosedur tindakan
a. Evaluasi pre prosedur tindakan pemasangan :
a.1.Melakukan re-evaluasi kebutuhan klinis akan pemasangan kateter dialysis vena
sentral, status koagulasi, kemampuan pasien untuk kooperatif selama prosedur
dilakukan.
a.2.Melakukan tindakan pemasangan kateter dialysis vena sentral secara
berkolaborasi tim.
b. Mempersiapkan alat yang diperlukan saat melakukan pemasangan kateter dialysis
vena sentral.
c. Persiapan pasien :
c.1.Mendiskusikan ( inform consent ) dengan pasien dan keluarga mengenai
keperluan pemasangan kateter dialysis vena sentral.
c.2. Mendokumentasikan hasil diskusi ( inform consent ) pada rekam medis
pasien.
c.3.Jika pasien tidak dapat dilakukan diskusi ( inform consent ), maka dapat
dilakukan diskusi dengan keluarga penangung jawab pasien.
c.4.Melakukan time out pre pemasangan
c.5.Memposisikan pasien dalam posisi senyaman mungkin bagi pasien serta posisi
tersebut harus memungkinkan akses yang adekuat bagi sisi yang akan
dilakukan tindakan pemasangan kateter dialysis vena sentral ( vena jugularis
internal, vena femoralis atau vena subclavia ). Untuk sisi pemasangan vena
femoralis, posisi pasien sebaiknya dalam keadaan terbaring lurus. Untuk sisi
pemasangan vena jugularis interna, pasien dapat diposisikan dalam posisi
Tredelenburg ( jika pasien dapat mentolelir posisi Tredelenburg ). Untuk sisi
pemasangan vena subclavia, pasien dapat diberikan ganjal di bahu ipsilateral
sisi pemasangan setinggi +/- 5 - 6 cm dan berada dalam posisi Tredelenburg
( jika pasien dapat mentolelir ganjal dan posisi Tredelenburg ).
c.6.Pastikan bahwa saluran lajur tekanan dengan transduser terkoneksi dengan
bedside monitor. ( jika tidak tersedia, maka dilakukan pemasangan ECG 3
sandapan terkoneksi dengan bedside monitor ).

d. Prosedur tindakan :
d.1. Lakukan prosedur cuci tangan steril 6 langkah
d.2. Kenakan gaun tindakan, masker, sarung tangan, pelindung rambut steril, dan
kaca mata pelindung mata secara steril.
d.3. Menyiapkan pengisian ( flushing ) semua lajur ( ports ) dengan larutan saline
( NaCl 0,9% ) steril.
d.4. Desinfektan area yang akan dilakukan pemasangan kateter dialysis vena
sentral dan kemudian dibiarkan mengering dengan sendirinya. Ketika
melakukan tindakan desinfektan dengan menggunakan larutan desinfektan
campuran alkohol dengan Chlorhexidine, tindakan desinfektasi dilakukan
dengan gerakan sirkuler dari sentral menuju lateral ke arah luar.
d.5. Menutupi ( draping ) area pemasangan pada bagian tubuh pasien secara
benar dan rapi.
d.6. Lakukan identifikasi anatomikal lokasi pemasangan kateter dialysis vena
sentral dengan menggunakan lidokain 1% - 2%.
d.7. Untuk sisi lokasi Vena Femoralis :
d.7.1. Jika pasien obesitas morbid, maka sebelum melakukan identifikasi
posisi anatomikal, pannus berlebih pasien dapat diatasi dengan
memposisikan regio femur pasien pada posisi fleksi dan eksorotasi
dari ipsilateral panggul pasien atau posisi kaki katak ( frog-leg
position). Kemudian seorang penolong dapat menarik panus berlebih
pasien atau dengan menggunakan plester steril agar dapat menfiksasi
pannus pasien ke rel tempat tidur. Jika pasien tidak dalam keadaan
obesitas morbid, maka dapat langsung dilanjutkan ke Langkah
berikutnya.
d.7.2. Ketika terlihat, identifikasi tepat lokasi pemasangan dengan
mengidentifikasi ligamentum inguinale. Dengan mengidentifkasi
terlebih dahulu spina iliaka superior anterior (SIAS) serta tuberositas
pubikum, ligamentum inguinale adalah garis yang menghubungkan
antara SIAS dengan tuberositas pubikum.
d.7.3. Kurang lebih 2 cm distal ligamentum inguinalis, lakukan identifikasi
pulsasi arteri femoralis. Jika sudah terdapat pulsasi a. femoralis, maka
sisi insersi kateter adalah 1 cm medial dari pulsasi terbesar.
d.7.4. Phungsi lokasi pemasangan tersebut dengan menggunakan spuit 3 ml
jarum no. 21 sebagai jarum penemu vena.
d.7.5. Jika vena telah ditemukan dengan menggunakan jarum penemu,
dengan membiarkan jarum terfiksasi, maka melakukan phungsi 
Surflo Terumo no. 18 G panjang disambungkan pada spuit 5 ml
dengan menelusuri arah jarum penemu. Setelah  Surflo Terumo no.
18 G masuk ke dalam vena femoralis sedikit, segera pisahkan 
Surflo Terumo no. 18 G panjang dari spuit 5 ml, kemudian evakuasi
perlahan needle keluar, segera sambungkan kembali spuit 5 cc dengan
kateter silikon dari  Surflo Terumo no. 18 G panjang. Setelah itu,
sembari melakukan insersi kateter silikon  Surflo Terumo no. 18 G
panjang masuk ke dalam vena femoralis, lakukan aspirasi perlahan
darah vena. Jika darah vena mudah diaspirasi, lepaskan Kembali spuit
5 cc dari kateter silikon daripada  Surflo Terumo no. 18 G panjang,
kemudian dilakukan insersi kawat pemandu ( guide wire / “J” wire )
sejauh mungkin, dengan tetap mempertahankan ujung distal kawat
pemandu terlihat dan tetap dalam jangkauan ( +/- 8 cm dari ujung
distal kawat pemandu ).
d.7.6. Setelah itu kateter silikon daripada  Surflo Terumo no. 18 G panjang
dapat dievakuasi, sembari tetap menfiksasi kawat pemandu ( guide wi-
re ) pada tempatnya.
d.7.7. Insisi kecil pada kulit lokasi insersi kawat pemandu dengan kedalaman
yang cukup sehingga dapat menembus lapisan dermis dengan
menggunakan scalpel.
d.7.8. Pasangkan dilator pada kawat pemandu, dengan menggunakan
gerakan memutar, masukan dilator hingga melewati resistensi kulit
pasien. Insersi dilator cukup sedalam 5 – 7,5 cm dengan tujuan
mendilatasi kulit dan jaringan sub kutan.
d.7.9. Evakuasi dilator dari kawat pemandu dengan tetap menfiksasi kawat
pemandu pada lokasi pemasangan.
d.7.10. Lewatkan kateter IV di atas kawat dan majukan ke hub, hingga
memungkinkan ujung distal kawat pemandu melewati salah satu lajur
dari kateter. Kemudian dengan tetap menfiksasi ujung distal kawat
pemandu, kateter dialysis vena sentral diinsersi masuk ke dalam vena
femoralis.
d.7.11. Evakuasi kawat pemandu.
d.7.12. Lakukan konfirmasi penempatan kateter dialysis vena femoralis
dengan melakukan aspirasi darah dari semua lajur kateter.
d.7.13. Flush semua lajur dengan larutan normal saline
d.7.14. Injeksikan larutan solute heparin ( 300 iu/ml ) sesuai dengan
kebutuhan yang tertera pada masing – masing lajur, dengan tujuan
menjaga patensi masing – masing lajur kateter dialysis tersebut.
d.7.15. Jika pasien dalam keadaan sadar atau sedasi minimal, gunakan
anestetik lokal lidokain 1% pada lokasi jahitan kulit.
d.7.16. Bersihkan Kembali dengan larutan desinfektan campuran alkohol
dengan klorheksidin, disc fiksator kateter dialysis
d.7.17. Jahit disc fiksator ke kulit
d.7.18. Untuk mencegah tarikan pada tempat penyisipan, jahit kateter pada
tempat kedua sehingga segmen kateter yang melengkung atau
melingkar terletak di antara kedua tempat tersebut.
d.7.19. Bersihkan lokasi pemasangan, tutup dengan tutup transparent dressing
(  Op-site atau  Tegaderm )
d.7.20. Pisahkan alat tajam dan tempatkan pada kotak sampah yang sesuai
d.7.21. Segera lakukan pemeriksaan foto roentgen untuk menyingkirkan
kemungkinan terjadinya pneumothoraks.

d.8. Untuk sisi lokasi Vena Jugularis Internalis :


d.8.1. Lakukan identifikasi tepat lokasi pemasangan dengan
mengidentifikasi segitiga Sternocleidomastoideus. Dengan
mengidentifkasi terlebih dahulu otot sternocleidomastoideus pars
sternalis, otot sternocleidomastoideus pars manubrium sterni serta
clavicula, maka segitiga khayal sternocleidomastoideus dapat
ditemukan.
d.8.2. lakukan identifikasi pulsasi arteri karotis. Jika sudah terdapat pulsasi
a. karotis, maka sisi insersi kateter adalah 1 – 2 cm lateral dari
pulsasi terbesar.
d.8.3. Phungsi lokasi pemasangan tersebut dengan menggunakan spuit 3
ml jarum no. 21 sebagai jarum penemu vena.
d.8.4. Jika vena telah ditemukan dengan menggunakan jarum penemu,
dengan membiarkan jarum terfiksasi, maka melakukan phungsi 
Surflo Terumo no. 18 G panjang disambungkan pada spuit 5 ml
dengan menelusuri arah jarum penemu. Setelah  Surflo Terumo
no. 18 G masuk ke dalam vena femoralis sedikit, segera pisahkan 
Surflo Terumo no. 18 G panjang dari spuit 5 ml, kemudian evakuasi
perlahan needle keluar, segera sambungkan kembali spuit 5 cc
dengan kateter silikon dari  Surflo Terumo no. 18 G panjang.
Setelah itu, sembari melakukan insersi kateter silikon  Surflo
Terumo no. 18 G panjang masuk ke dalam vena femoralis, lakukan
aspirasi perlahan darah vena. Jika darah vena mudah diaspirasi,
lepaskan Kembali spuit 5 cc dari kateter silikon daripada  Surflo
Terumo no. 18 G panjang, kemudian dilakukan insersi kawat
pemandu ( guide wire / “J” wire )
d.8.5. Insersi kawat pemandu sejauh 10 hingga 15 cm untuk lokasi insersi
vena jugularis interna dextra atau sejauh 15 hingga 20 cm insersi
vena jugularis interna sinistra atau hingga timbul irama jantung
ektopik ( jika dijumpai irama jantung ektopik, segera evakuasi kawat
pemandu hingga irama jantung ektopik menghilang ) dengan tetap
mempertahankan ujung distal kawat pemandu terlihat dan tetap
dalam jangkauan
d.8.6. Setelah itu kateter silikon daripada  Surflo Terumo no. 18 G
panjang dapat dievakuasi, sembari tetap menfiksasi kawat pemandu (
guide wire ) pada tempatnya.
d.8.7. Insisi kecil pada kulit lokasi insersi kawat pemandu dengan
kedalaman yang cukup sehingga dapat menembus lapisan dermis
dengan menggunakan scalpel.
d.8.8. Pasangkan dilator pada kawat pemandu, dengan menggunakan
gerakan memutar, masukan dilator hingga melewati resistensi kulit
pasien. Insersi dilator cukup sedalam 5 cm dengan tujuan mendilatasi
kulit dan jaringan sub kutan.
d.8.9. Evakuasi dilator dari kawat pemandu dengan tetap menfiksasi kawat
pemandu pada lokasi pemasangan.
d.8.10. Lewatkan kateter IV di atas kawat dan majukan ke hub, hingga
memungkinkan ujung distal kawat pemandu melewati salah satu
lajur dari kateter. Kemudian dengan tetap menfiksasi ujung distal
kawat pemandu, kateter dialysis vena sentral diinsersi masuk ke
dalam vena femoralis.
d.8.11. Evakuasi kawat pemandu.
d.8.12. Lakukan konfirmasi penempatan kateter dialysis vena femoralis
dengan melakukan aspirasi darah dari semua lajur kateter.
d.8.13. Flush semua lajur dengan larutan normal saline
d.8.14. Injeksikan larutan solute heparin ( 300 iu/ml ) sesuai dengan
kebutuhan yang tertera pada masing – masing lajur, dengan tujuan
menjaga patensi masing – masing lajur kateter dialysis tersebut.
d.8.15. Jika pasien dalam keadaan sadar atau sedasi minimal, gunakan
anestetik lokal lidokain 1% pada lokasi jahitan kulit.
d.8.16. Bersihkan Kembali dengan larutan desinfektan campuran alkohol
dengan klorheksidin, disc fiksator kateter dialysis
d.8.17. Jahit disc fiksator ke kulit
d.8.18. Untuk mencegah tarikan pada tempat penyisipan, jahit kateter
pada tempat kedua sehingga segmen kateter yang melengkung atau
melingkar terletak di antara kedua tempat tersebut.
d.8.19. Bersihkan lokasi pemasangan, tutup dengan tutup transparent
dressing (  Op-site atau  Tegaderm )
d.8.20. Pisahkan alat tajam dan tempatkan pada kotak sampah yang sesuai
d.8.21. Segera lakukan pemeriksaan foto roentgen untuk memastikan ujung
proksimal kateter dialysis vena sentral serta menyingkirkan
kemungkinan terjadinya pneumothoraks.

d.9. Untuk sisi lokasi Vena subklavia :


d.9.1. Lakukan identifikasi tepat lokasi pemasangan dengan
mengidentifikasi manubrium sternum, sternal notch, clavicula.
Identifikasi lokasi insersi yaitu titik inferior dari pertengahan os
clavicula ( atau 1 hingga 2 cm inferior dari pertengahan clavicula
atau 1/3 medial tulang clavicula )
d.9.2. Letakan jari telunjuk operator pada sternal notch dan ibu jari pada
lokasi insersi.
d.9.3. Phungsi lokasi pemasangan tersebut dengan menggunakan spuit 5
ml yang dipasangkan dengan introducer needle sebagai jarum
penemu vena.
d.9.4. Pertahankan tekanan negatif pada tangkai penyedot spuit 5 cc
dengan halus, sembari memasukkan perlahan introducer needle
seiringan dengan gerakan ekspirasi pasien.
d.9.5. Segera hentikan insersi introducer needle jika terdapat darah yang
masuk ke dalam spuit ( terdapat sensasi menembus tahanan
dinding ketika ujung daripada introducer needle menembus masuk
lumen vena subklavia ).
d.9.6. Jika insersi introducer needle telah sedalam 3 – 4 cm, tetapi tidak
ditemukan darah yang masuk ke dalam spuit, maka segera evakuasi
introducer needle secara perlahan hingga mendekati lapisan dermis
pasien, kemudian dilakukan reinsersi dengan mengubah sedikit
sudut mengarah ke kranial pasien.
d.9.7. Lakukan insersi kawat pemandu ( guide wire / “J” wire ) via
introducer needle
d.9.8. Insersi kawat pemandu sejauh 15 hingga 20 cm atau hingga timbul
irama jantung ektopik ( jika dijumpai irama jantung ektopik, segera
evakuasi kawat pemandu hingga irama jantung ektopik
menghilang ) dengan tetap mempertahankan ujung distal kawat
pemandu terlihat dan tetap dalam jangkauan
d.9.9. Setelah itu introducer neddle dapat dievakuasi, sembari tetap
menfiksasi kawat pemandu ( guide wire ) pada tempatnya.
d.9.10. Insisi kecil pada kulit lokasi insersi kawat pemandu dengan
kedalaman yang cukup sehingga dapat menembus lapisan dermis
dengan menggunakan scalpel.
d.9.11. Pasangkan dilator pada kawat pemandu, dengan menggunakan
gerakan memutar, masukan dilator hingga melewati resistensi kulit
pasien. Insersi dilator cukup sedalam 5 cm dengan tujuan mendilatasi
kulit dan jaringan sub kutan.
d.9.12. Evakuasi dilator dari kawat pemandu dengan tetap menfiksasi kawat
pemandu pada lokasi pemasangan.
d.9.13. Lewatkan kateter IV di atas kawat dan majukan ke hub, hingga
memungkinkan ujung distal kawat pemandu melewati salah satu
lajur dari kateter. Kemudian dengan tetap menfiksasi ujung distal
kawat pemandu, kateter dialysis vena sentral diinsersi masuk ke
dalam vena femoralis.
d.9.14. Evakuasi kawat pemandu.
d.9.15. Lakukan konfirmasi penempatan kateter dialysis vena femoralis
dengan melakukan aspirasi darah dari semua lajur kateter.
d.9.16. Flush semua lajur dengan larutan normal saline
d.9.17. Injeksikan larutan solute heparin ( 300 iu/ml ) sesuai dengan
kebutuhan yang tertera pada masing – masing lajur, dengan tujuan
menjaga patensi masing – masing lajur kateter dialysis tersebut.
d.9.18. Jika pasien dalam keadaan sadar atau sedasi minimal, gunakan
anestetik lokal lidokain 1% pada lokasi jahitan kulit.
d.9.19. Bersihkan Kembali dengan larutan desinfektan campuran alkohol
dengan klorheksidin, disc fiksator kateter dialysis
d.9.20. Jahit disc fiksator ke kulit
d.9.21. Untuk mencegah tarikan pada tempat penyisipan, jahit kateter
pada tempat kedua sehingga segmen kateter yang melengkung atau
melingkar terletak di antara kedua tempat tersebut.
d.9.22. Bersihkan lokasi pemasangan, tutup dengan tutup transparent
dressing (  Op-site atau  Tegaderm )
d.9.23. Pisahkan alat tajam dan tempatkan pada kotak sampah yang sesuai
d.9.24. Segera lakukan pemeriksaan foto roentgen untuk memastikan ujung
proksimal kateter dialysis vena sentral serta menyingkirkan
kemungkinan terjadinya hematothoraks, pneumothoraks maupun
hematopneumothoraks.

7. Pasca prosedur tindakan :


a. Lakukan segera foto röntgen untuk memastikan lokasi ujung proksimal kateter dialysis
vena sentral, serta menyingkirkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi :
7.a.1 Pneumothoraks ( resiko dapat meningkat disebabkan apex pleura ( terutama
sisi kiri ) berada di dekat insersi jarum introducer , khususnya sisi lokasi vena
jugularis interna serta vena subklavia )
7.a.2 Phungsi arterial
7.a.3 Hematoma ( resiko dapat meningkat terutama pada sisi lokasi pemasangan
vena subklavia karena os klavikula menghalangi penerapan tekanan eksternal
untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena subklavia)
7.a.4 Kerusakan dinding vena
7.a.5 Hemothoraks
7.a.6 Emboli udara
7.a.7 Penempatan lokasi ujung proksimal kateter dialysis vena sentral yang salah
7.a.8 Aritmia atau perforasi atrial ( umumnya disebabkan karena kawat pemandu )
7.a.9 Kerusakan syaraf
7.a.10 Infeksi
7.a.11 Thrombosis
7.a.12 Kerusakan katup trikuspid
b. Dokumentasikan indikasi pemasangan kateter dialysis vena sentral, lokasi insersi, hal
– hal terkait inform consent, terapi yang diberikan, jalannya prosedur, time out,
bagaimana toleransi pasien terhadap procedural, konfirmasi lokasi pemasangan
melalui pemeriksaan penunjang foto röntgen.

8. Indikator keberhasilan tindakan :


Indikator keberhasilan adalah dilakukan konfirmasi lokasi ujung proksimal kateter dialysis
vena sentral serta ketiadaan kemungkinan komplikasi – komplikasi yang mengancam
nyawa pasien oleh dokter spesialis radiolgi melalui pemeriksaan penunjang foto röntgen.

Daftar Pustaka :
1. Jakarta Critical Care Alumni ( JCCA ) Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif Indonesia cabang DKI Jakarta, Pedoman Tata Laksana Medis ICU esdisi 2,
Jakarta 2019.
2. Bank Corinna und Lemmen Sebastian. SOP Zentraler Venenkatheter ( ZVK ) Anlage und
Pflege, Krankenhaushygiene up2date 2017; 12: 222 – 226.
3. https://www.msdmanuals.com/professional/critical-care-medicine/how-to-do-central-
vascular-procedures/how-to-do-infraclavicular-subclavian-vein-cannulation
4. https://medicalaffairsdocs.ucsf.edu/sites/g/files/tkssra2526/f/wysiwyg/
Standardized_Procedures/Central%20lines.pdf

Anda mungkin juga menyukai