Anda di halaman 1dari 5

ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN PEMASANGAN HEMODIALYSYS

CATHETER/ CDL (CATHETER DOUBEL LUMEN)

1. Diagnosa Medis : CKD on HD


2. Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan
Subjek:
• Pasien mengatakan sudah memiliki penyakit ginjal sejak 1 tahun yang lalu
• Pasien mengeluh kakinya bengkak
• Pasien mengatakan 1 minggu yang lalu pasien di anjurkan untuk cuci darah
• Pasien mengatakan setelah dicek lab hasil ureum dan creatinine tinggi
Objek:
• Hasil lab pasien
o Ureum 62.0 mg/dl
o Creatinine 7.55 mg/dl
• Pasien terlihat lemas dan turgor kulit menurun
• Pasien dianjurkan untuk pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double
Lumen)
Diagnosa Keperawatan:
• Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3. Dasar Pemikiran
CKD merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Pasien dengan CKD
dapat bertahan hidup apabila dilakukan Tindakan dialysis (hemodialisis) sebagai pengganti
fungsi ginjal. Tindakan hemodialisis memerlukan akses vaskuler dan penggunaan
Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen) merupakan salah satu akses yang
paling sering digunakan. Biasanya hanya untuk hemodialisis temporer / sementara / jangka
pendek (short term atau kurang dari 3 bulan). Pembuatan akses ini dilaksanakan oleh
seorang spesialis yang kompeten dalam prosedur tersebut dan berfungsi hanya untuk
sementara waktu sambil selanjutnya merencanakan pembuatan AV Shunt sebagai akses
permanen.
4. Alasan dilakukan Tindakan keperwatan (rasional Tindakan)
Pasien mengalami CKD dan harus dilakukan HD secara rutin, 1x dalam seminggu.
5. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen)
6. Standart Operasional Prosedur (SOP)
SOP Pemasangan
• Pasien posisi supine / trendelenburg, maka kepala penderita dapat diputar menjauhi
tempat punksi vena (menoleh berlawanan dengan maksimal)
• Bersihkan kulit sekeliling tempat punksi vena dan pasang kain steril keliling daerah
ini.
• Beri jelly untuk memeriksa letak tusukan menggunakan mesin c-arm x-ray
• Bila penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal ditempat punksi vena.
• Gunakan jarum kaliber besar yang disambung kepada suatu semprit 10 ml, masukkan
0,5 sampai 1 ml air garam (saline), ke dalam pusat segitiga yang dibentuk oleh kedua
caput otot sternokleidomastoideus dan tulang clavicula (akses melalui vena jugularis
interna).
• Setelah kulit dipunksi, arahkan sudut jarum keatas, untuk mencegah jaringan kulit
(plug) menyumbat jarum.
• Arahkan jarum keujung bawah (ekor), paralel dengan permukaan sagital, dengan sudut
30° posterior dengan permukaan depan.
• Majukan jarum dengan lambat sambil mencabut tutup semprit dengan perlahan.
• Kalau tampak aliran darah bebas didalam semprit yang berwarna agak gelap, cabut
semprit dan tutup jarumnya untuk mencegah emboli udara. Kalau pembuluh belum
dimasuki, cabut jarum dan arahkan jarumnya kembali dengan 5°-10° ke lateral.
Catatan: apabila akses yang dipakai vena femoralis, vena cubiti atau vena subclavia,
maka jarum punksi dimasukkan ke vena cubiti atau vena femoralis atau vena subclavia.
Khusus untuk vena subclavia arah jarum punksi dari lateral masuk di daerah sulkus
deltoideo-pektoralis di bawah 1/3 tengah tulang klavikula ke arah ingulum
• Masukkan kawat pemandu sambil memantau electrocardiogram untuk
ketidaknormalan irama atau bisa dipakai c-arm x-ray.
• Cabut jarum sambil menahan kawat pemandu dan majukan kateter melalui kawat
pemandu sampai ke vena cava superior dekat atrium kanan.
• Tes fungsi kateter dan flushing / lock heparin
• Fiksasi dengan menjahit kateter ke kulit (misalnya dengan jahitan), berikan salep
antiseptik dan tutup dengan kasa steril.
• Kateter bisa disambung dengan selang monitor tekanan vena sentral atau botol infus.
• Dapatkan film dada untuk mengetahui posisi kateter intravena dan komplikasi
pneumothorax atau hematothorax yang mungkin terjadi.
7. Prinsip Tindakan
Bersih dan Steril
8. Analisa Tindakan yang dilakukan
• Persiapan pasien sebelum dilakukan Tindakan
Sebelum melakukan pengambilan sampel gas darah, perlu dilakukan persiapan pasien
terlebih dahulu. Persiapan ini termasuk memberi penjelasan pada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan, menenangkan pasien, dan memastikan kesiapan alat
yang akan digunakan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal
Respiratory Care, persiapan pasien yang baik dapat mengurangi kecemasan dan
ketidaknyamanan pada pasien selama Tindakan.
• Teknik pemasangan chateter double lumen
Yang paling harus diperhatikan dalam pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL
(Catheter Double Lumen) adalah menemukan lokasi terbaik untuk penempatan fistula
dimulai dengan pemilihan pembuluh darah yang sesuai salah satu yang disaran kan
yaitu, vena jugularis interna karena merupakan pilihan utama dalam melakukan insersi.
Beberapa alas an yang dapat diberikan menurut jurnal biomedik (JBM) Pertama, vena
jugularis interna merupakan vena superfisial yang besar sehingga mudah
divisualisasikan lewat USG. Kedua, vena jugularis interna kanan langsung secara lurus
bermuara ke vena kava superior dan atrium kanan sehingga memudahkan dalam
prosedur insersi
• Tindakan pencegahan komplikasi
Pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen) dapat
menyebabkan beberapa komplikasi yang ditimbulkan yaitu, Infeksi pasca pemasangan
Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen), Perdarahan selama dan pasca
pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen), Masuknya udara
ke dalam pembuluh darah (emboli udara), Paru tertusuk sehingga udara masuk ke
rongga dada (pneumotoraks atau tensionpneumotoraks) atau darah masuk ke rongga
dada (hematotoraks), Gangguan irama jantung sampai dengan henti jantung. Untuk
mencegah komplikasi tersebut perlu dilakukan Tindakan pencegahan, seperti
memperhatikan letak vena/pembulu darah yang tepat, pemasangan yang sesuai, dan
prosedur yang steril.
9. Kaitkan dengan teori/hasil penelitian terbaru
Akses vaskular yang ideal untuk hemodialisis memungkinkan staf dialisis memberikan
dialisis yang memadai, memiliki patensi yang sangat baik dengan tingkat komplikasi yang
rendah, dan mudah dibuat. Menurut jurnal kedokteran yang ditulis oleh Trianto, dkk (2019),
pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen) berhasil tanpa
komplikasi jika pemilihan pembuluh darah yang tepat dan Teknik yang dilakukan sesuai
dengan prosedur serta pengetahuan dalam perawatannya.
10. Resiko/efek samping dan Tindakan pencegahan
Resiko/Efek samping
• Nyeri Rasa sakit atau nyeri pada saat memberikan anastesi area Tindakan
• Resiko pendarahan dan pasca pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter
Double Lumen) karena area yang ditusuk adalah pembuluh darah besar
• Resiko emboli udara ketika melakukan penusukan
• Gangguan irama jantung karena adanya benda asing di sekitar jantung
Tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko
• Pastikan daerah pengambilan sampel sudah disterilkan
• Tekankan pada pasien untuk tetap tenang, tidak merubah posisi dan rileks selama
prosedur
• Ajak keluarga pasien dan asisten perawat untuk berdoa Bersama agar diberi kelancara
• Berikan anastesi sekitar area yang akan di tusuk
• Gunakan jarum dan peralatan medis steril untuk menghindari infeksi (selama proses
Tindakan)
• Amati pasien setelah prosedur untuk memastikan tidak ada efek samping yang
berbahaya.
• Pastikan peralatan medis yang digunakan dibuang dengan benar setelah digunakan
11. Evaluasi Tindakan dan maknanya
Pasien kooperaktif saat dilakukan Tindakan, pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL
(Catheter Double Lumen) sudah sesuai dengan SOP dan pasien juga sudah terasa nyaman
meskipun terpasang Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen).
12. Tindakan keperawatan lain
Identifikasi adanya pendarahan setelah pemasangan Hemodialysis Catheter/ CDL
(Catheter Double Lumen)
13. Refleksi diri
Alhamdulillah Tindakan yang dilakukan lancar, tidak ada sumbatan pada pembuluh darah
yang dipasang Hemodialysis Catheter/ CDL (Catheter Double Lumen).

Daftar Pustaka

PPNI. (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Trianto, dkk. (2019). Faktor Resiko Infeksi Kateter Hemodialisis Double Lumen. Jurnal Ilmiah
Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai