Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KEBERADAAN KOPERASI DALAM SYSTEM PASAR”

OLEH :

Nama : Yasmin aulia fitriyani

Nim : 1900861201063

Mata kuliah : Manajemen Usaha Kecil Dan Koperasi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BATANGHARI JAMBI

TAHUN 2022
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Keberadaan
System Koperasi Dalam Pasar” tak lupa shalawat serta salam kita selalu
mengiringi baginda Rasulullah Muhammad SAW karena atas berkat beliaulah kita
mampu mengenal agama yang benar yaitu adinul islam.
Akhir kata semeoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh sempurna untuk itu penulis menerima kritik
dan saran yang berifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir
kata penulis sampaikan terima kasih.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
1. Kekuatan dan Kelemahan Koperasi Dalam Pasar.........................................3
2. Koperasi dalam Rantai Tata Niaga...............................................................4
3. Sasaran Integrasi Vertikal Melalui Koperasi................................................6
4. Sikap Terhadap Kebijakan Harga Koperasi.....................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan


relatif homogen,berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam
pelaksanaan kegiatannya, koperasidilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomiyang sarat dengan nilai etika bisnis.
Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, sepertimenolong diri sendiri, percaya
pada diri sendiri dan kebersamaan akan melahirkan efeksinergis. Efek ini akan
menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untukmampu bersaing
dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkankoperasi
sebagai badan usah yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-
tujuan ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas.
Disinilahkoperasi harus tetap mempertahankan hidupnya agar dapat bersaing
dalam pasar.
Dalam persaingan pasar, koperasi haruslah mampu mempertahankan dirinya
agar parapelanggan tetap mau berkerjasama dengan koperasi. Dalam makalah ini
akan di bahasbagaimana koperasi menaganaliis harga, mengigat bahawa pasar tak
lepas dari harga –hargayang selau bersaing dengan ketat. Mulai bagaiman
koperasi memproduksi barang denganmurah mampu bersaing dengan para penjual
dan bagaimana koperasi mempertahankandirinya dalam pasar persaingan
sempurna dan tak sempurna dengan motode pertahanan harga pasar.

1
B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan ulasan tersebut maka ada beberapa pokok perumusan


masalah yang berkaitan dengan judul kepemilikan dalam islam yaitu:
1. Apa kekuatan dan kelemahan koperasi dalam system pasar ?
2. Bagaiamana koperasi dalam rantai tata niaga ?
3. Kepada siapa sasaran integrasi vertical melalui koperasi ?
4. Bagaiamana sikap terhadap kebijakan harga koperasi?

C. Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan diatas, hingga tujuan dalam


penyusunan makalah ini yaitu:
1. Agar dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan koperasi dalam system pasar
2. Agar dapat menetahui koperasi dalam rantai tata niaga
3. Agar dapat mengetahui sasaran integrasi vertical melalui koperasi
4. Agar dapat sikap terhadap kebijakan harga koperasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kekuatan dan Kelemahan Koperasi Dalam Pasar

Koperasi sebagai bagian dari sistem pasar secara keseluruhan,


Koperasi akan bersaing dengan perusahaan- perusahaan lain yang bukan
Koperasi.  Koperasi harus mampu menggunakan kekuatan- kekuatan yang
dimiliki, mampu mencari peluang yang dapat meningkatkan pertumbuhan,
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada dan memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada dalam tubuh Koperasi.
Kekuatan-kekuatan Koperasi :

 Economies of Scale (adanya pembelian barang yang banyak)


    Bagaining position di pasar (kekuatan dalam penawaran produk)
    Kemampuan dalam menghadapi ketidakpastian (uncertainly), adanya internal
market dan eksternal market, risiko ditanggung bersama.
   Pemanfaatan inter-linkage market dan transaction cost sebagai akibat self
control dan self management. Anggota harus mempunyai sifat altruisme.

Kelemahan-kelemahan Koperasi berdasarkan prinsip-prinsip, yaitu :

 Prinsip keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, ini akan melemahkan


permodalan dalam jangka panjang.
 Perinsip kontrol secara demokratis.
 Prinsip pembagian sisa hasil usaha berdasarkan jasa anggota.
 Prinsip bunga yang terbatas atas modal.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh Koperasi untuk memperkecil tingkat


kelemahan yaitu:

1. Koperasi dapat membatasi jumlah anggota asal pembatasan itu tidak


artifisial (pembatasan yang dibuat-buat)
2. Koperasi dapat memberikan preferensi tertentu terhadap jumlah modal
yang dimasukkan oleh para anggota.

3
3. Bunga modal yang terbatas adalah bunga yang wajar; artinya bunga yang
sama di pasar.
4. Pemasukan modal pada Koperasi merupakan jasa, semakin besar modal
yang dimasukkan semakin besar jasanya.

2. Koperasi dalam Rantai Tata Niaga

Pada dasarnya ada tiga pelaku dalam sistem ekonomi pasar, yaitu
produsen, konsumen, dan perantara (pedagang). Pengertian produsen
disini harus dipahami secara khusus. Produsen adalah orang atau badan
yang menghasilkan prodak tertentu. Produk tersebut bisa berupa produk
akhir yang langsung di konsumsi, bisa pula produk antara yang digunakan
untuk proses produksi berikutnya. Jadi rumah tangga konsumen yang
menghasilkan input bisa dipandang sebagaiprodusen, demikian pula rumah
tangga konsumen yang menghasilkan barang-barang untuk dikonsumsi
dikatakan sebagai produsen.
Konsumen adalah orang atau badan yang menggunakan suatu
produk. Rumah tangga perusahaan dapat dikatakan sebagai konsumen
dalam hal penggunaan input. Sedangkan pedagang adalah orang atau
badan yang membeli produk tetapi bukan untuk dikonsumsi melainkan
untuk dijual kembali. Pedagang merupakan mediator penghubung antara
produsen dan konsumen. Dalam pengertian ini, pedagang bisa berupa
pedagang besar (wholsaler), agen penjualan, dan pengecer. Pedagang besar
biasanya tidak melayani konsumen akhir melainkan para pengecer, Sedang
agen ada yang melayani konsumen akhir tetapi ada pula yang tidak.
Disini pedagang besar, agen dan pengecer dianggap sebagai
pedagang, sehingga jalur tata niaganya hanya hanya meliputi produsen,
pedagang dan konsumen. Dalam menjual produknya, produsen bisa
menjual langsung ke konsumen, tetapi bisa juga keperantara (pedagang).
Produsen dapat melakukan pemasaran olehnya sendiri atau memutuskan
untuk menjual kepada pedagang yang kemudian oleh pedagang dijual
kekonsumen akhir. Tentunya produsen yang rasional akan  memakai

4
pedagang sebagai pengganti melakukan pemasaran dan distribusi produk
olehnya sendiri jika keunggulan lewat pedagang lebih besar daripada
melakukan pemasaran sendiri.
Bila koperasi dimasukkan dalam analisis di atas, maka seorang
produsen mempunyai 3 alternatif yang mungkin dipilih yaitu:

1. Menjual langsung ke konsumen


2.   Menjual ke pedagang
3. Menjual ke koperasi

Dalam hal ini produsen akan memilih alternatif  yang dapat


memberikan kelebihan yang paling besar (dalam memaksimumkan profit
atau penjualannya). Jika produsen telah menjual beberapa dari produknya
lewat perantara (pedagang), koperasi harus memberikan paling sedikit
keunggulan yang sama dengan keunggulan yang diberikan pedagang agar
koperasi menjadi alternatif yang dipilih oleh produsen.
Bagi seorang konsumen yang akan membeli barang-barang
keperluannya sebenarnya juga mempunyai 3 alternatif, yaitu:

1. Membeli dari produsen secara langsung


2. Mengontrak dari pedagang
3. Membeli dari koperasi

Dalam hal ini keputusan buat seorang anggota potensial atau


koperasi konsumen pada prinsipnya akan sama dengan produsen tadi yang
berpikir akankah produknya dijual melalui koperasi. Seorang konsumen
yang rasional kana membeli kepada koperasi jika koperasi memberikan
paling tidak keunggulan yang sama dengan  keunggulan yang diberikan
para pedagang.
Tetapi bila seorang produsen membutuhkan beberapa input untuk
keperluan produksinya, alternatif yang harus dipilih akan menjadi 4, yaitu
agar ia dapat:

a) Membeli input dari produsen input


b) Mengontrak Menyediakan input olehnya sendiri
c) dengan pedagang input

5
d)   Berdagang dengan sebuah koperasi

Konsumen dapat bekerja sama dalam mendirikan koperasi


konsumen dan dengan itu langsung bersaing dengan pengecer lainnya.
Para pengecer dapat mendirikan koperasi yang kegiatannya berupa
membeli dari pedagang besar atau bahkan kontrak langsung dengan
produsen. Maka dengan cara itu sangat mungkin bahwa koperasi disetiap
tingkat rantai tata niaga akan bersaing satu dengan yang lain,

1) Koperasi konsumen bersaing satu dengan lain (kompetisi horizontal)


2)  Koperasi konsumen dapat juga konflik dengan tingkat yang lebih rendah baik
wholsaler maupun produsen (kompetisi vertikal/kompetisi saluran)
3)  Pada tingkat wholsaler (pedagang besar), koperasi dengan keanggotaan dan
interest yang berbeda bisa bersaing dengan koperasi yang dimiliki oleh para
pengecer atau tingkat yang sama dari rantai tata niaga.

Konflik yang mungkin timbul antakoperasi yang dibentuk tanpa


integrasi vertikal dapat berupa, koperasi yang anggotanya para produsen
akan mencoba untuk menetapkan harga tinggi untuk pengecer, sedangkan
koperasi yang anggotanya para pengecer ingin membayar harga serendah
mungkin kepada para produsen. Konflik tersebut hanya bisa
dipecahkan  bila koperasi yang dimiliki oleh para produsen akan
berintegrasi maju dengan mendirikan toko-toko pengecer sendiri atau
koperasi para pengecer berintegrasi mundur dengan mendirikan produsen
sendiri.

3. Sasaran Integrasi Vertikal Melalui Koperasi

Menurut RA SUPRIYONO (1985) integrasi vertikal merupakan


salah satu strategi alternatif dalam masyarakat memperluas lingkup
kegiatannya dengan melaksanakan integrasi ke belakang (hulu-backward)
atau ke depan (hilir-forward).
Integrasi ke belakang bertujuan membantu kelancaran atas
kemanfaatan sumber-sumber bahan mentah dan dengan demikian dapat
meminimumkan risiko kekurangan bahan mentah serta menjamin biaya

6
bahan yang rendah, sehingga perusahaan memiliki keuntungan strategi
dibandingkan dengan para pesaingnya.
Integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin
kelancaran penjualan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Porter (1996), integrasi vertikal merupakan kombinasi dari proses-
proses produksi, distribusi, dan atau proses ekonomi lainnya yang secara
teknologi berbeda dalam batas-batas satu perusahaan tunggal.
Manfaat integrasi vertical :

1. Penghematan atau penekanan biaya dalam produksi


2. Penghematan atau penekanan biaya dalam penjualan
3. Penghematan atau penekanan biaya dalam pembelian
4. Penghematan atau penekanan biaya transaksi untuk transaksi-transaksi pasar
5. Pengendalian bersama dan bidang-bidang lainnya

Jika pasar lebih efisien dalam arti mempunyai biaya relatif lebih
rendah dari memanfaatkan pelayanan melalui integrasi vertikal, maka pasa
yang akan dipilih, jika integrasi vertikal lebih efisien daripada kegiatan
transaksi di pasar, maka integrasi vertikal yang akan dipilih.
Menurut Ima Suwandi (1985) ada tiga bentuk integrasi vertikal di
Indonesia :

1. Bentuk Federasi (federated)


2. Bentuk pemusatan (centralized)
3. Bentuk campuran

4. Sikap Terhadap Kebijakan Harga Koperasi

Bila dilihat dari peranan anggota dalam koperasi sangat begitu


dominan, maka setiap harga yang akan ditetapkan koperasi harus
dibedakan antara harga untuk anggota dengan harga untuk non anggota.
Hal inilah yang membedakan kebijakan harga di koperasi dengan
perusahaan nonkoperasi.
Segmen pasar dalam koperasi terbagi dua, yaitu anggota dan bukan
anggota, sedangkan perusahaan nonkoperasi adalah masyarakat umum

7
yang tidak punya kaitan kepemilikan dengan perusahaan tersebut.
Perbedaan ini mengharuskan daya analisis yang lebih tajam dalam melihat
peranan koperasi dalam pasar yang bersaing. Pada koperasi-koperasi yang
mampu menyatukan unit-unit usaha pada industri hulu sampai dengan
industri hilir melalui integrasi vertikal, umumnya mempunyai anggota
yang cukup banyak terutama anggota-anggota ditingkat koperasi primer.
Anggota-anggota koperasi primer pada umumnya penghasil input untuk
produk yang diproduksi dan dijual oleh kopersai-koperasi yang lenih
tinggi, akan tetap membutuhkan produk tersebut. Kebutuhan ini mungkin
timbul karena fungsi dan kualitas produk berbeda dengan fungsi dan
kualitas input. Misalkan, dalam industri rokok, integrasi vertikal akan
terbentang dari pemilik input seperti petani tembakau dan cengkeh hingga
perusahaan pembuat rokok. Para petani cengkeh atau tembakau dapat
membentuk koperasi primer yang bertugas sebagai produsen bahan baku
rokok. Kemudian beberapa koperasi primer tersebut dapat membentuk
koperasi sekunder yang bertugas membuat/memproduksi rokok. Dengan
cara ini anggota koperasi primer dapat memiliki perusahaan rokok.
Mengingat fungsi rokok berbeda denga fungsi tembakau atau cengkeh,
umumnya anggota yang berada di koperasi primer akan membutuhkan
rokok untuk dikonsumsi atau dijual kembali. Dalam kasus seperti ini
seharusnya pelayanan yang diberikan kepada anggota harus berbeda
dengan pelayanan kepada non anggota baik dalam segi harga maupun
fasilita-fasilitas lainnya.
Bila anggota tersebut dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan tentang harga, maka koperasi tidak dapat menentukan harga
pada saat keuntungan maksimum. Harga tidak lagi didasarkan pada prinsip
profit motive tetapi sudah memperhatikan pelayanan kepada anggota.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Koperasi memiliki peluang seiring dengan kritis yang terjadi di


Indonesia dan Asia pada umumnya. Kegagalan industry besar untuk
menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan, memberikan peluang
bagi operasi untuk menyatakan dirinya sebagai fundamental
perekonomian.
Untuk menggapai peluang itu dan menetapkan kembali operasi
sebagai “soko guru” diperlukan perubahan radikal ( mengubah dari akar
masalah) dan komprehensif. Yang harus dibenahi segera adalah pertama,
reorientasi dan organiasi koperasi. Koperasi di orientasi dan
diorganisasikan sebagai bangun perusahaan yang prefesional. Koperasi
harus berdiri tegak sebagai bangun perusahaan yang mandiri dan efisien.
Kedua, reaktualisasi peranan pemerintah seperti disebutkan pada uraian
sebelumnya.
Koperasi jangan lagi dieksplotasi menjadi jargon politik
kepentingan. Ketiga, pembenahan system ekonomi Indonesia sehingga
kembali pada cita-cita didirikannya Negara Repbulik Indonesia. System,
praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik, liberal,
perkoncoan harus segera diganti dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya
dapat berkembang dan tidak ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat.

9
B. Saran

1. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi untuk menambah


pengetahuan tentang perkoperasian
2. Perlunya peran aktif semua anggota dalam pengembangan koperasi

Daftar Pustaka

https://infomanajerna.blogspot.com/2012/11/organisasikoperasi-dalam-sistem-
pasar-a.html
https://natassiaagnes.blogspot.com/2016/11/keberadaan-koperasi-dalam-sistem-
pasar.html
https://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/12/bab-3-dan-bab-4.pdf
http://ardyasha.blogspot.com/2015/11/bab-7-koperasi-dalam-berbagai-
struktur.html

10

Anda mungkin juga menyukai