Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, Dan Aktivitas Farmakologis Pada Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) : Review

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Tropical Bioscience: Journal of Biological Science p-ISSN 2776-7558

Vol. 1, No. 2 (Desember 2021) e-ISSN 2776-754X


Hal. 11-18

Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologis


pada Jahe (Zingiber officinale Rosc.): Review

Nutrients content, phytochemical, and pharmacological activities of ginger


(Zingiber officinale Rosc.): A review

DEWI SARI1*, ANAS NASUHA1


Program Studi Biologi, Fakultas Sains, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
1

Banten. Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kp. Andamu'i, Kel. Sukawana, Kec. Curug, Kota Serang 42171,
Banten. Tel. (0254) 200 323. *E-mail: dewisari.student@uinbanten.ac.id

Manuskrip diterima: 24 November 2021. Manuskrip disetujui: 6 Desember 2021

Abstrak. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman rempah-rempah yang berasal dari Asia
Selatan dan telah tersebar luas ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Jahe terdiri dari 3
varietas, yaitu jahe sunti/merah (Z. officinale var. rubrum), jahe gajah (Z. officinale var. officinarum), dan
jahe emprit (Z. officinale var. amarum). Studi ini bertujuan untuk mengkaji karakter botani berbagai
varietas jahe, kandungan zat gizi dan fitokimia, serta potensinya sebagai obat tradisional. Metode
yang digunakan dalam studi ini berupa studi literatur dengan menelaah berbagai referensi, seperti
jurnal ilmiah. Hasil telaah dari berbagai referensi menunjukkan bahwa rimpang jahe mengandung zat
gizi, diantaranya energi (79 kkal/100 g), karbohidrat (17,86 g/100 g), serat (3,60 g/100 g), protein (3,57
g/100 g), sodium (14 mg/100 g), zat besi (1,15 g/100 g), potasium (33 mg/100 g), dan vitamin C (7,7
mg/100 g). Jahe bermanfaat sebagai antioksidan, analgesik, antibakteri, antivirus, dan antiinflamasi.
Selain itu, jahe mengandung senyawa-senyawa fitokimia, diantaranya alkaloid, flavonoid, fenolik,
triterpernoid, dan saponin.
Kata kunci: Aktivitas farmakologis, senyawa fitokimia, jahe, obat tradisional, zat gizi

Abstract. Ginger (Zingiber officinale Rosc.) is a spice plant originating from South Asia and has been
widely distributed throughout the world, including Indonesia. Ginger consists of three varieties,
namely sunti/red ginger (Z. officinale var. rubrum), giant ginger (Z. officinale var. officinarum), and
emprit ginger (Z. officinale var. amarum). The study aimed to review the botanical character of various
varieties of ginger, the content of nutrients and phytochemical, and the potential as traditional
medicine. The method used in this study was the literature study by reviewing several references,
such as scientific journal. The result of review from various references showed that ginger rhizome
contains nutrients, including energy (79 kkal/100 g), carbohydrates (17.86 g/100 g), fiber (3.60 g/100 g),
protein (3.57 g/100 g), sodium (14 mg/100 g), iron (1.15 g/100 g), potassium (33 mg/100 g), and vitamin
C (7.7 mg/100 g). Ginger is useful as antioxidant, analgesic, antibacterial, antiviral, and
antiinflammatory. Moreover, ginger has phytochemical compounds, namely alkaloid, flavonoid,
fenolik, triterpernoid, and saponin.
Keywords: Ginger, nutritional content, pharmacological activity, phytochemical compound,
traditional medicine

11
Zat Gizi, Fitokimia, Aktivitas Farmakologis Jahe Sari & Nasuha

PENDAHULUAN Indonesia, rimpang jahe banyak digunakan


sebagai bahan obat tradisional, bumbu
Obat tradisional merupakan salah masakan, dan minuman herbal (Santoso,
satu warisan budaya bangsa yang harus 2008).
dikembangkan dan dilestarikan secara Jahe termasuk ke dalam suku
terus-menerus guna mempertahankan Zingiberaceae (temu-temuan) yang
kesehatan tubuh. Di Indonesia, peran dari berkhasiat sebagai obat. Bagian tanaman
obat tradisional sangat besar dalam jahe yang paling banyak dimanfaatkan
pelayanan kesehatan masyarakat. Tanaman adalah rimpangnya. Di Indonesia, jahe
obat di Indonesia sangat melimpah, karena yang paling banyak dibudidayakan dan
Indonesia termasuk negara yang memiliki dimanfaatkan dapat dibedakan menjadi 3
keanekaragaman hayati (mega- (tiga) varietas, yaitu jahe merah, jahe gajah,
biodiversitas) yang tinggi. Namun, masih dan jahe emprit. Jahe merah atau jahe sunti
banyak tanaman obat yang belum paling banyak dimanfaatkan, karena
dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh tingginya kandungan minyak atsiri dan zat
masyarakat sekitar (Notoatmodjo, 2007). gingerol, sehingga dipercaya lebih efektif
Tanaman rempah-rempah untuk menyembuhkan berbagai jenis
merupakan salah satu kelompok tanaman penyakit (Santoso, 2008). Berdasarkan
yang sering dimanfaatkaan sebagai obat paparan tersebut maka studi ini bertujuan
tradisional. Sebagian besar tanaman untuk mengkaji karakter botani berbagai
rempah-rempah memiliki khasiat bagi varietas jahe, kandungan zat gizi dan
kesehatan tubuh, diantaranya dapat fitokimia, serta potensinya sebagai obat
memberikan daya tangkal (preventif) yang tradisional.
kuat terhadap serangan berbagai penyakit
dan dapat meningkatkan kondisi
KARAKTER BOTANI
kesehatan tubuh (promotif) (Agustinisari
dan Zakaria, 2006). Salah satu jenis
Jahe termasuk ke dalam divisi
tanaman rempah-rempah yang paling
Magnoliophyta, kelas Monocotyledoneae,
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
ordo Zingiberales, dan famili
adalah jahe (Zingiber officinale Rosc.).
Zingiberaceae (USDA, 2020). Jahe
Jahe diduga berasal dari Asia Selatan
merupakan tanaman herbaceus, memiliki
dan tersebar luas ke seluruh penjuru dunia,
rhizoma, bersifat perenial, tinggi tanaman
termasuk Indonesia. Di Cina, jahe telah
di atas tanah dapat mencapai 90 cm.
digunakan sebagai penyedap makanan
Rhizoma bersifat aromatik, berwarna
sejak abad VI Sebelum Masehi. Jahe juga
kuning pucat. Daun memiliki bangun
dimanfaatkan oleh masyarakat Yunani
lanset-lonjong, sempit dan panjang, lebar
sebagai obat herbal untuk mengobati
2-3 cm, helaian daun berangsur-angsur
vertigo, mual, dan mabuk selama di
meruncing ke arah ujung daun, memiliki
perjalanan (Goulart, 1995). Di Asia, jahe
pelepah dan tangkai daun yang pendek,
digunakan sebagai bumbu masakan dan
duduk daun berselang-seling. Perbungaan
obat tradisional (Ware, 2017). Adapun di

12
Tropical Bioscience: Journal of Biological Science p-ISSN 2776-7558
Vol. 1, No. 2 (Desember 2021) e-ISSN 2776-754X
Hal. 11-18

soliter, tangkai perbungaan berbentuk berbentuk lanset, berselang-seling pada


silindris. Kelopak superior, gamosepalus, batang semu yang tegak, panjang helaian
memiliki 3 cuping, bergigi, membelah daun 15-25 cm dan lebar 20-35 cm. Tinggi
terbuka di salah satu sisi. Mahkota terdiri tanaman sekitar 85 cm. Batang berbentuk
dari tiga helaian, berbentuk lonjong hingga bulat besar dan berwarna hijau muda.
lanset (Kawai, 1994; Rehman et al., 2011). Panjang daun 15-25 cm.
Tanaman jahe merupakan salah satu Jahe emprit memiliki rimpang
tanaman yang dapat beradaptasi pada dengan bobot 0,5-0,7 kg per rumpun,
perbedaan suhu, dan termasuk ke dalam rimpang berukuran kecil dan berlapis-
tanaman terna atau tanaman tahunan, lapis, panjang rimpang sekitar 11 cm,
memiliki batang semu dengan tinggi 30-70 daging rimpang berwarna putih
cm, hidup merumpun, berkembang biak, kekuningan. Tinggi tanaman 40-60 cm
serta bentuk rimpang yang dihasilkan (Syukur dan Nur, 2006).
beragam. Habitatnya pada dataran tinggi
ataupun dataran rendah (Rukmana, 2000).
KANDUNGAN GIZI
Jahe memiliki bunga majemuk yang
muncul di permukaan tanah, berbentuk
Rimpang jahe mengandung berbagai
malai, tongkat atau bulat telur yang
jenis zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh,
sempit, dan sangat tajam (Wardana, 2002).
diantaranya energi, karbohidrat, serat,
Di Indonesia, jahe yang banyak protein, sodium, zat besi, potasium, dan
dibudidayakan terdiri dari 3 varietas, yaitu vitamin C (Tabel 1). Selain itu, rimpang
jahe sunti/merah (Z. officinale var. rubrum), jahe juga mengandung magnesium, fosfor,
jahe gajah (Z. officinale var. officinarum), dan
seng, folat, vitamin B6, vitamin A,
jahe emprit (Z. officinale var. amarum). riboflavin, dan niasin (Ware, 2017).
Ukuran rimpang pada jahe merah paling
Kandungan karbohidrat pada rimpang jahe
kecil dibanding kedua varietas lainnya.
berperan sebagai penghasil energi,
Rimpangnya berwarna merah muda
menjaga kesehatan jantung, menjaga massa
hingga jingga muda. Jahe merah memiliki
otot, dan memperlambat kelelahan. Energi
batang yang agak keras, berbentuk bulat
merupakan salah satu hasil metabolisme
kecil, dan memiliki tinggi tanaman 14,05- karbohidrat, protein, dan lemak. Kelebihan
48,23 cm. Kandungan minyak atsiri pada energi disimpan dalam bentuk glikogen
jahe merah lebih tinggi sehingga memiliki sebagai cadangan energi jangka pendek
rasa yang pedas dan sering dimanfaatkan dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan
sebagai bahan jamu dan farmasi. Daunnya
jangka panjang. Adapun protein
hijau lebih gelap daripada jahe gajah atau
bermanfaat sebagai zat pembangun sel,
jahe emprit.
pendorong metabolisme tubuh, cadangan
Sementara itu, ukuran rimpang jahe
makanan, menjaga keseimbangan pH
gajah paling besar dibanding kedua
tubuh, dan antibodi. Vitamin C sebagai zat
varietas lainnya, rimpang berbuku-buku, pengatur dan antioksidan (Rohyani et al.,
bagian dalam rimpang berwarna putih 2015). Serat berperan untuk meningkatkan
kekuningan, ujung daun runcing,

13
Zat Gizi, Fitokimia, Aktivitas Farmakologis Jahe Sari & Nasuha

kepadatan feses, menurunkan kadar lemak bagi ibu hamil sebagai sumber
dalam darah, mencegah kanker usus besar, pembentukan sel-sel darah merah (Fuada
dan sebagai pelindung sistem pencernaan et al., 2019).
(Yustika, 2018). Zat besi (Fe) bermanfaat

Tabel 1. Kandungan zat gizi pada rimpang jahe

No Jenis Zat Gizi Nilai Gizi per 100 g


1 Energi 79 kkal
2 Karbohidrat 17,86 g
3 Serat 3,60 g
4 Protein 3,57 g
5 Sodium 14 mg
6 Zat besi 1,15 g
7 Potasium 33 mg
8 Vitamin C 7,70 mg
Sumber: Ware (2017)

STUDI FITOKIMIA hipoglikemik, antioksidan, dan antiiflamasi


(obat peradangan) (Yuliningtyas et al.,
Berdasarkan hasil uji fitokimia 2019). Jahe juga mengandung senyawa
terhadap ekstrak total metanol dari triterpenoid yang bermanfaat sebagai
rimpang jahe yang dilakukan oleh Kaban et antioksidan, pengobatan penyakit diabetes,
al. (2016), jahe mengandung berbagai dan mempercepat penyembuhan luka
kelompok senyawa metabolit sekunder, (Sutardi, 2016). Jahe juga mengandung
diantaranya alkaloid, flavonoid, fenolik, senyawa fenolik aktif, seperti gingerol dan
triterpenoid, dan saponin. Herawati dan shogaol, yang bermanfaat sebagai
Saptarini (2019) telah melaporkan adanya antioksidan, menjaga kesehatan jantung,
kandungan flavonoid pada rimpang jahe menurunkan berat badan, mencegah
merah, dimana kadar flavonoid pada kanker usus, dan memperbaiki sistem
rimpang jahe merah sekitar 0,0068%, kekebalan tubuh (Yuliningtyas et al., 2019).
dimana jenis flavonoid yang berhasil Menurut Kikuzaki dan Nakatani (1993),
diidentifikasi berupa 7,4’-dihidroksiflavon. kandungan fenol pada jahe yang bersifat
Kandungan alkaloid pada rimpang antioksidatif mampu melindungi sel-sel
jahe bermanfaat sebagai bahan analgesik tubuh dari kerusakan. Senyawa fenol juga
(obat pereda nyeri), obat batuk, dan pereda diketahui memiliki efek antiproliferatif dan
migrain. Selain itu, jahe juga mengandung bersifat toksik terhadap sel kanker (Lin et
flavonoid yang bermanfaat sebagai al., 1996). Selain itu, jahe juga mengandung
analgesik, antitumor, antioksidan, gingerol yang bersifat antiinflamasi dan
antiinflamasi, antibiotik, anti alergi, dan antioksidan yang sangat kuat (Kwang et al.,
diuretik. Senyawa saponin sebagai 1998; Aryanta, 2019). Gingerol diduga
antikoagulan (obat pembekuan darah), mampu menyembuhkan mual-mual pada
antikarsinogenik (obat pencegah kanker), wanita hamil, mengurangi rasa sakit, nyeri

14
Tropical Bioscience: Journal of Biological Science p-ISSN 2776-7558
Vol. 1, No. 2 (Desember 2021) e-ISSN 2776-754X
Hal. 11-18

otot, mengatasi penyakit osteoarthritis, rimpang jahe juga berpotensi sebagai


menurunkan kadar gula darah, antipiretik dan antibakteri (Mascolo et al.,
menurunkan risiko penyakit jantung, 1989). Berbagai hasil kajian juga telah
mencegah gangguan pencernaan yang menunjukkan adanya kemampuan jahe
kronis, mengurangi rasa sakit saat sebagai imunomodulator, antitumor,
menstruasi, mencegah penyakit kanker antiapoptosis, antihiperglikemik, dan
(terutama kanker pankreas, payudara, dan antihiperlipidemia. Jahe juga mengandung
ovarium), meningkatkan fungsi otak, dan zat antioksidan kuat yang mampu
mengurangi risiko serangan berbagai mengurangi atau mencegah pembentukan
penyakit infeksi (Aryanta, 2019). radikal bebas (Amin et al., 2006).

Aktivitas Antioksidan
AKTIVITAS FARMAKOLOGIS Senyawa antioksidan berguna dalam
mencegah timbulnya penyakit dan
Senyawa aktif yang terkandung pada menghambat proses penuaan (Rehman et
jahe sebagian besar berupa minyak atsiri, al., 2011). Berdasarkan hasil uji aktivitas
yaitu sekitar 1-3% dari bobot tanaman. antioksidan pada rimpang jahe merah yang
Senyawa aktif utama pada minyak atsiri dilakukan Herawati dan Saptarini (2019),
pada jahe merupakan kelompok dilaporkan bahwa ekstrak rimpang jahe
sesquiterpen, seperti bisapolen, zingiberen, merah menunjukkan adanya aktivitas
dan zingiberol. Senyawa-senyawa aktif antioksidan kuat. Kandungan senyawa
tersebut memiliki berbagai efek fisiologis antioksidan pada jahe merah tersebut
yang berperan penting dalam berpotensi mengendalikan stres oksidatif.
pemeliharaan dan penyembuhan penyakit Antioksidan akan mentrasfer proton ke
(Mascolo, 1989; Rehman et al., 2011). radikal DPPH dengan abstraksi langsung
Senyawa-senyawa aktif pada atom H-fenol serta melalui proses transfer
rimpang jahe memiliki berbagai efek elektron, sehingga mampu menetralkan
farmakologis diantaranya sebagai obat sifat radikal bebas dari DPPH dengan
karminatif, stimulan terhadap gastro membentuk DPPH-H (2,2-diphenyl-1-
intestinal tractus, antispasmodik, digestif, picrylhidrazyn) yang memiliki reaktivitas
stomachic, vasodilator, expectorant, lebih rendah dibanding DPPH. Selain
bronchodilator, analgesik, antiflatulen, menghambat produksi radikal bebas, jahe
mengatasi masalah pencernaan, antitusif, juga diduga mampu meningkatkan
sebagai pencahar, meningkatkan aktivitas produksi antioksidan di dalam tubuh
berbagai enzim di usus, pereda rasa sakit, (Srivastava dan Mustafa, 1992).
meredakan rasa sakit dan peradangan
Analgesik
(antiinflamasi) pada penderita rematik
Berdasarkan hasil uji perbandingan
(Rehman et al., 2011; Kiuchi et al., 1992),
efek analgesik perasan rimpang jahe merah
serta merangsang sirkulasi darah (Shoji et
dengan aspirin dosis terapi pada mencit
al., 1982). Selain memiliki efek
yang dilakukan Mantiri et al. (2013),
antiinflamasi dan analgesik, ekstrak etanol
ekstrak air jahe merah memiliki efektivitas

15
Zat Gizi, Fitokimia, Aktivitas Farmakologis Jahe Sari & Nasuha

yang lebih cepat yaitu sekitar 30 menit, menunjukkan bahwa jahe merah
daripada menggunakan aspirin dosis yang mengandung 5-10% sesquiterpen, yaitu
memakan waktu sekitar 60 menit. Hal ini senyawa berupa zingiberen, b-bisabolene,
dapat dikatakan bahwa perasan jahe merah sesquiphellandrene, dan curcumen. Selain itu,
memiliki efektivitas terhadap analgesik minyak atsiri pada jahe merah juga dapat
atau sebagai obat pereda nyeri, karena meningkatkan aktivitas natural killer untuk
unsur senyawa yang terkandung dalam melisiskan virus dan dapat berinteraksi
jahe memiliki hubungan dengan efek dengan lipid virus sebelum masuk ke
analgesik, seperti senyawa gingerol, dalam sel. Adanya minyak atsiri ini diduga
shogaol, zingeron, diarylheptanoid, dan dapat berpotensi terhadap inhibisi virus
derivatnya, khususnya paradol yang dapat influenza secara in vitro (Ulfah dan
menyebabkan berkurangnya rasa nyeri Mutakin, 2017).
dikarenakan dapat menghambat enzim
Aktivitas Antiinflamasi
siklooksigenase sehingga menurunkan
Jahe mengandung berbagai senyawa
pembentukan atau biosintesis
kimia, diantaranya gingerol, shogaol, dan
prostaglandin (Mantiri et al., 2013).
zingeron. Jahe merah mengandung
Aktivitas Antibakteri senyawa gingerol tertinggi daripada jahe
Berdasarkan analisis data yang lainnya. Senyawa-senyawa tersebut dapat
diperoleh dari penelitian Aliyah (2020) memberikan aktivitas antiinflamasi
tentang pengaruh uji antibakteri ekstrak (Kementerian Pertanian, 2008). Inflamasi
rimpang jahe terhadap pertumbuhan merupakan suatu keadaan respons
bakteri, dikatakan bahwa tingkat jaringan akibat kerusakan jaringan, baik
konsentrasi ekstrak rimpang jahe secara kimia, mekanik, ataupun dari
berbanding lurus dengan diameter zona mikroorganisme. Secara turun-temurun,
hambat bakteri uji yang menunjukkan jahe dimanfaatkan sebagai obat alternatif
adanya pengaruh aktivitas dari kandungan untuk meredakan dan mengurangi rasa
senyawa dari ekstrak rimpang jahe sakit (inflamasi) yang disebabkan oleh
terhadap pertumbuhan bakteri. Hal ini osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
dikarenakan rimpang jahe mengandung (Dharma et al., 2016). Senyawa [6]-gingerol
antimikrobia yang merupakan golongan yang terdapat pada rimpang jahe telah
senyawa aktif yang memiliki aktivitas terbukti mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri seperti minyak atsiri, flavonoid, antiinflamasi. Senyawa ini dapat
fenol, dan terpenoid. Senyawa tersebut menghambat sitokin yang dapat
berpotensi menghambat pertumbuhan meningkatkan sel radang. Selain itu,
bakteri patogen yang dapat menyebabkan senyawa ini dapat menghambat
penyakit pada manusia seperti E. coli meningkatknya NF-kB, yaitu salah satu
(Nursal et al., 2006). komponen inflamasi (Roufogalis, 2014).

Aktivitas Antivirus
Berdasarkan hasil uji aktivitas
antivirus pada rimpang jahe merah

16
Tropical Bioscience: Journal of Biological Science p-ISSN 2776-7558
Vol. 1, No. 2 (Desember 2021) e-ISSN 2776-754X
Hal. 11-18

SIMPULAN Roscoe) pada tikus putih jantan. J


Farmasigea 1 (2): 79-84.
Rimpang jahe (Z. officinale Rosc.) Fuada, N., Setyawati, B., Salimar,
mengandung zat gizi, diantaranya energi Purwandari, R. 2019. Hubungan
pengetahuan makanan sumber zat besi
(79 kkal/100 g), karbohidrat (17,86 g/100 g),
dengan status anemia pada ibu hamil.
serat (3,60 g/100 g), protein (3,57 g/100 g), MGMI 11 (1): 49-60.
sodium (14 mg/100 g), zat besi (1,15 g/100 Goulart, F.S. 1995. Super Healing Foods.
g), potasium (33 mg/100 g), dan vitamin C New York: Penguin Putnam Inc.
(7,7 mg/100 g). Selain itu, rimpang jahe Hapsoh, Yaya, H., Elisa, J. Budidaya dan
juga mengandung berbagai senyawa Teknologi Pasca Panen. Medan: USU
Press.
fitokimia, diantaranya alkaloid, flavonoid,
Herawati, I.E., Saptarini, N.M. 2019. Studi
fenolik, triterpernoid, dan saponin.
fitokimia pada jahe merah (Zingiber
Berdasarkan aktivitas farmakologis, jahe officinale Roscoe var. Sunti Val).
berguna dalam aktivitas antioksidan. Majalah Farmasetika 4 (1): 22-27.
Ekstrak air jahe juga mengandung senyawa Kaban, A.N., Daniel, Saleh, C. 2016. Uji
gingerol, shogaol, zingeron, zingiberin, fitokimia, toksisitas, dan aktivitas
sesquiphellandrene, minyak atsiri, flavonoid, antioksidan fraksi n-heksan dan etil
asetat terhadap ekstrak jahe merah
fenol, dan terpenoid.
(Zingiber officinale var. rubrum). Jurnal
Kimia Mulawarman 14 (1): 24-28.
DAFTAR PUSTAKA Kementrian Pertanian. 2008. Status
Teknologi Hasil Penelitian Jahe. Bogor:
Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Agustinisari, I., Zakaria, F.R. 2006.
Aromatik.
Pengaruh ekstrak rimpang jahe
Kikuzaki, H., Nakatani, N. 1993.
(Zingiber officinale Roscoe) segar dan
Antioxidant effects of some ginger
tunas jahe terhadap proliferasi
constituents. Journal of Food Science 58
beberapa alur sel kanker. Jurnal
(6): 1407-1410.
Pascapanen 3 (1): 50-59.
Kiuchi, F., Iwakami, S., Shibuya, M.,
Al-Amin, Z.M. 2006. Anti-diabetic and
Hanaoka, F., Sankawa, U. 1992.
hypolipidaemic properties of ginger
Inhibition of prostaglandin and
(Zingiber officinale) in streptozotocin-
leukotriene biosynthesis by gingerols
induced diabetic rats. Br J Nut 96: 660-
and diarylheptanoids. Chem Pharm Bull
666.
40: 387-391.
Aryanta, I.W.R. 2019. Manfaat jahe untuk
Kwang, K., Kyung, S., Jong, L., Sang, L.,
kesehatan. Jurnal Widya Kesehatan 1 (2):
Young, S. 1998. Inhibitory effects of [6]-
39-43.
gingerol, a major pungent principle of
Dewantari, R., Lintang, M., Nurmiyati.
ginger, on phorbol ester-induced
2018. Jenis tumbuhan yang digunakan
inflamation, epidermal ornithine
sebagai obat tradisional di daerah eks
decarboxylase activity and skin tumon
Karesidenan Surakarta. Bioedukasi 11
promotion in ICR mice. Canc Iet 129:
(2): 118-123.
39-144.
Dharma, S., Adelinda, E.S., Suharti, N.
Lin, Y.L., Juan, I.M., Chen, Y.L., Liang,
2016. Uji efek antiinflamasi ekstrak
Y.C., Lin, J.K. 1996. Composition of
etanol rimpang jahe (Zingiber officinale
polyphenol in fresh tea leaves and

17
Zat Gizi, Fitokimia, Aktivitas Farmakologis Jahe Sari & Nasuha

associations of their oxygen-radical Santoso, H.B. 2008. Ragam dan Khasiat


absorbing capacity with Tanaman Obat. Yogyakarta: PT
antiproliferative action in fibroblast Agromedia Pustaka.
cells. J Agric Food Chem 44 (6): 1387- Shoji, A., Iwasa, T., Takemoto, Y. 1982.
1394. Cardiotonic principles of ginger
Mascolo, R., Jain, S.C. 1989. (Zingiber officinale Roscoe). J Pharmac
Ethnopharmacologic investigation of Sci 71: 1174-1175.
ginger (Zingiber officinale). J Ethnopharm Srivastava, K.C., Mustafa, T. 1992. Ginger
27: 29-140. (Zingiber officinale) in rheumatism and
Mantiri, N.C.A. 2013. Perbandingan efek musculoskeleta disorders. Med
analgesik perasan rimpang jahe merah Hypothesis 39 (4): 342-348.
(Zingiber officinale var. rubrum) dengan Sutardi. 2016. Kandungan bahan aktif
aspirin dosis terapi pada mencit (Mus tanaman pegagan dan khasiatnya
musculus). Jurnal e-Biomedik (eBM) 1 (1): untuk meningkatkan sistem imun
518-523. tubuh. Jurnal Litbang Pertanian 35 (3):
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan 121-130.
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Syukur, A., Nur, I. 2006. Kajian pengaruh
Cipta. pemberian macam pupuk organik
Nursal, W., Sri, Wilda, S. 2006. Bioaktifitas terhadap pertumbuhan dan hasil
ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc.) tanaman jahe. Jurnal Ilmu Tanah dan
dalam menghambat pertumbuhan Lingkungan 6 (2): 124-131.
koloni bakteri Escherichia coli dan Ulfah, N.N., Mutakin. 2017. Aktivitas
Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis 2 (2): antivirus ekstrak lima tanaman
64-66. rimpang terhadap penghambatan
Rehman, R., Akram, M., Akhtar, N., Jabeen, virus influenza H5N1 dengan metode
Q., Saeed, T., Shah, S.M.A., Ahmed, K., in vitro. Farmaka 15 (3): 153-161.
Shaheen, G., Asif, H.M. 2011. Zingiber USDA [United States Department of
officinale Roscoe (pharmacological Agriculture]. 2020. The Plants
activity). Journal of Medicinal Plants Database Version 5.1.1. Diakses pada
Research 5 (3): 344-348. 04 Juli 2021, dari
Rohyani, I.S., Aryanti, E., Suripto. 2015. https://www.plants.usda.gov/.
Potensi nilai gizi tumbuhan pangan Wardana, H.D. 2002. Budidaya secara
lokal Pulau Lombok sebagai basis Organik Tanaman Obat Rimpang.
penguatan ketahanan pangan nasional. Jakarta: Penebar Swadaya.
Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan 1 Yuliningtyas, A.W., Santoso, H., Syauqi, A.
(1): 43-47. 2019. Uji kandungan senyawa aktif
Roufogalis, B.D. 2014. Zingiber officinale minuman jahe sereh (Zingiber officinale
(ginger): A future outlook on its dan Cymbopogon citratus). Jurnal Ilmiah
potential in prevention and treatment Biosaintropis 4 (2): 1-6.
of diabetes and prediabetic states. New Yustika, G.P. 2018. Peranan karbohidrat
Journal of Science 2014: 1-15. dan serat pangan untuk pemain sepak
Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. bola. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Yogyakarta: Kanisius. Indonesia 8 (2): 49-56.

18

Anda mungkin juga menyukai