A. Hasil Penelitian
tingkat bahaya erosi, dan hasil perhitungan erosi dengan metode USLE
Kabupaten Karanganyar.
1. Gambaran Umum
a. Lokasi
53
54
b. Iklim
2008:43).
digunakan adalah jumlah hari hujan dan data hujan bulanan. Data
pada penelitian ini adalah data hujan selama 10 tahun terhitung dari
tahun 1999-2008.
Q = X 100 %
Tabel 4.2 Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab.
4,3
Q= ×100 0 0
6,2
Q = 69,35 %
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah
12 700
11
rata-rata jumlah bulan kering
10 H 300%
9 G
8 167%
7 F 100%
6 E Tipe D
5 D 60%
4 33,3%
3 C
2 B 14,3%
1 A
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Topografi
Luas Lereng
Lereng Klasifikasi Keterangan (Ha) Prosentase
II landai 2-15 % 1214.857 24.19
III miring 15-40 % 1523.687 30.35
IV terjal < 40 % 2281.656 45.44
Luas Total 5,020.20 100
Sumber : Analisis Peta Lereng Kecamatan Jenawi
.
61
Gambar 4.4
62
d. Penggunaan Lahan
Gambar 4.5
64
e. Jenis Tanaman
dalam satu tahun tanaman padi dan jagung dapat panen selama tiga
kali panen.
f. Tanah
beribu bahkan berjuta tahun yang lalu, dimana lapisan tanah yang
telah matang (solum) terdiri dari zat padat, cair, dan gas. Pada
g. Bentuk lahan
tersebut adalah zone utara, zone tengah dan selatan. Zone utara
dua yaitu kaki volkan (V1) dengan luas 682.026 Ha atau sekitar
penelitian.
70
Ha atau 12.43 %.
h. Kependudukan
2. Satuan Lahan
proses yang dominan yang terjadi pada lahan tersebut (dapat dilihat
dengan (V) yang terdiri dari dua yaitu V1 kaki volkan dan V2 dataran
kaki volakan, asal proses fluvial (F) terdiri dari dua yaitu F 1 dataran
coklat (Lc), mediteran coklat kemerahan (Mck), kelas lereng yang ada
disimbolkan II, kelas 15-40 % III, kelas >40 % IV, di dalam unsur
kebun/perkebuan (Kb).
untuk mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada satuan lahan, sampel
hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng
pada lampiran 1.
liat dan bahan organik yang lebih rendah. Semakin lebih tinggi
kandungan debu dari pada kandungan liat dan bahan organik, maka
No
Sampel Satuan Lahan Nilai LS
1 F1_II_Lc_Kb 0.65
2 V1_III_Ka_Kb 4.2
3 F1_IV_Lc_Kb 23.55
4 D_II_Mck_Pm 0.74
5 F1_III_Lc_Pm 4.6
6 V2_IV_Lc_Pm 28.83
7 F1 _II_Lc_Si 0.65
Sumber : Pengamatan Lapangan, Pengukuran dan Analisis Data
Lanjutan Tabel 4.13
86
8 F1_III_Lc_Si 4.45
9 F2_IV_Lc_Si 31.87
10 F1_II_Mck_Sth 1.27
11 V1_III_Lc_Sth 3.63
12 F1_IV_Lc_Sth 26
13 D_II_Mck_Sb 1.27
14 F1_III_Mck_Sb 4.69
15 F1_IV_Lc_Sb 25.43
16 F2_II_Lc_Tl 1.8
17 V2_III_Ka_Tl 4.2
18 D_IV_Mck_Tl 30.4
Sumber : Pengamatan Lapangan, Pengukuran dan Analisis Data
besar, sehingga akan melindungi tanah lebih lebar. Air hujan yang
tanah.
tetes air hujan tetapi erosi lembar atau bahkan erosi alur yang
87
disebabkan oleh adanya aliran air hujan yang melewati batang dan
ada dilapangan yaitu ubi kayu nilai (C) 0,8, padi nilai (C) 0,01,
jagung nilai (C) 0,7, semak belukar/padang rumput nilai (C) 0,3,
kentang dan perladangan nilai (C) 0,4, alang-alang murni nilai (C)
No
Sampel Satuan Lahan Komposisi Tanaman Indeks C
1 F1_II_Lc_Kb Jagung 0.7
2 V1_III_Ka_Kb Ubi kayu 0.8
3 F1_IV_Lc_Kb Kentang 0.4
Perkebunan/kebun
4 D_II_Mck_Pm campuran 0.2
Perkebunan/kebun
5 F1_III_Lc_Pm campuran 0.2
Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.
88
Perkebunan/kebun
6 V2_IV_Lc_Pm campuran 0.2
7 F1 _II_Lc_Si Padi 0.01
8 F1_III_Lc_Si Padi 0.01
9 F2_IV_Lc_Si Padi 0.01
10 F1_II_Mck_Sth Jagung 0.7
11 V1_III_Lc_Sth Kacang tanah 0.2
12 F1_IV_Lc_Sth Perladangan 0.4
Semak belukar/padang
13 D_II_Mck_Sb rumput 0.3
14 F1_III_Mck_Sb Alang-alang murni 0.001
Semak belukar/padang
15 F1_IV_Lc_Sb rumput 0.3
16 F2_II_Lc_Tl Ubi kayu 0.8
17 V2_III_Ka_Tl Jagung 0.7
18 D_IV_Mck_Tl Jagung 0.7
Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.
2006:67)
89
No
Sampe
l Satuan Lahan Pengelolaan Lahan Indeks P
1 F1_II_Lc_Kb Kerapatan tinggi 0.1
2 V1_III_Ka_Kb Kerapatan sedang 0.5
3 F1_IV_Lc_Kb Kerapatan sedang 0.5
4 D_II_Mck_Pm Kerapatan Tinggi 0.1
5 F1_III_Lc_Pm Kerapatan Tinggi 0.1
6 V2_IV_Lc_Pm Kerapatan Sedang 0.5
7 F1 _II_Lc_Si Teras kualitas tinggi 0.04
8 F1_III_Lc_Si Teras kualitas tinggi 0.04
9 F2_IV_Lc_Si Teras kualitas tinggi 0.04
Guludan dengan
10 F1_II_Mck_Sth rumput penguat 0.5
Guludan dengan
11 V1_III_Lc_Sth rumput penguat 0.5
Strip rumput
permanent baik, rapat
12 F1_IV_Lc_Sth dan berlajur 0.04
13 D_II_Mck_Sb Sebagian rumput 0.10
14 F1_III_Mck_Sb Sebagian rumput 0.10
15 F1_IV_Lc_Sb Tak terganggu 0.01
16 F2_II_Lc_Tl Teras bangku baik 0.20
17 V2_III_Ka_Tl Teras tradisional 0.35
18 D_IV_Mck_Tl Teras tradisional 0.35
Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data
90
Kabupaten Karanganyar.
12,948 Ha, Desa Jenawi 21,845 Ha, Desa Lempong 39,614 Ha,
ketela pohon dan kacang tanah dengan pola tanam larikan pada
9,955 Ha, Desa Lempong 69,428 Ha, Desa Menjing 64,783 Ha,
Ha, Desa Balong 427,449 Ha, Desa Gumeng 738,254 Ha, Desa
Erosi Sangat Erosi Ringan Erosi sedang Erosi Berat Erosi Sangat
Desa
ringan (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Berat (Ha)
Angramanis - 44.383 - 80.571 676.339
Balong 4.824 - 73.319 48.591 427.449
Gumeng - 12.948 - 42.901 738.254
Jenawi 0.625 21.845 16.135 9.955 288.235
Lempong - 39.614 322.544 69.428 321.352
Menjing 35.122 - 89.065 64.783 258.888
Seloromo 46.674 0.569 80.861 79.941 359.852
Sidomukti 50.653 28.001 63.186 147.784 332.837
Trengguli 8.808 - 57.867 2.382 73.054
Jumlah 146.706 147.360 702.977 546.336 3476.260
Prosentase 2.92 2.93 14.00 10.88 69.25
Sumber : Analisis Peta Kajian Tingkat Bahaya Erosi Pada Satuan Lahan di
Kecamatan Jenewi Kabupaten Karanganyar
101
6. Prioritas Konservasi
a. Prioritas I
bahaya erosi tanah dan kerusakan lahan yang lebih parah lagi.
b. Prioritas II
c. Prioritas III
103
perhatian yang serius agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak
d. Prioritas IV
kealam kelas tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dapat dilakukan
konservasi lahan.
e. Prioritas V
supaya tetap terjaga sumber daya lahan yang tidak berubah tanpa
tingkat bahaya erosi dipengaruhi oleh solum tanah dan besarnya erosi
solum tanah lebih dari 90 cm. Luas keseluruhan klas tingkat erosi
masih dalam, yaitu lebih besar dari 90 cm, kondisi lereng landai
bahaya erosi.
lebih dari 90cm (dalam). Daerah yang masuk dalam kategori klas
konservasi lahan yang baik, yaitu membuat pola tanam yang sesuai
kerusakan lahan yang lebih parah lagi, yang pada akirnya lahan
merupakan kelas bahaya erosi yang paling tinggi. Luas klas erosi
yang sangat tipis. Pada daerah yang memiliki klas tingkat bahaya
metode yaitu vegetatif, fisik, dan kimiawi. 1) metode fisik atau sipil
teknis seperti penerasan, dam pengendali, dam penahan dan gully plug.