1. Curah Hujan
Hasil analisis data curah hujan Kabupaten Konawe Utara yang diperoleh dari
Utara berdasarkan curah hujannya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu curah
hujan rendah, sedang dan tinggi, yang terdiri dari empat macam stasiun, yaitu stasiun
Wilayah Kabupaten Konawe Utara dengan curah hujan yang tinggi berada pada
stasiun Wiwirano yaitu sebesar 250,07 mm/bln dengan jumlah 3.000,78 mm/thn.
Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Asera, Oheo, dan Sebagian Kecamatan Molawe
dan Kecamatan Langgikima. Wilayah dengan curah hujan sedang berada pada stasiun
Asera, yaitu sebesar 204,12 mm/bln dengan jumlah 2.449,38 mm/thn. Wilayah tersebut
wilayah yang memiliki curah hujan rendah ditempati oleh stasiun Lamonae sebesar
109,03 mm/bln dengan jumlah 1.311,54 mm/thn dan stasiun Tinobu sebesar 109,27
mm/bln dengan jumlah 1.311,2 mm/thn. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Motui,
Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi maka daerah tersebut akan
lebih berpengaruh terhadap terjadiya banjir. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
terhadap banjir. Semakin besar pengaruh terhadap bencana banjir maka skornya juga
besar. Pemberian skor untuk parameter curah hujan sebagaimana disajikan pada table
5.2 berikut.
Tabel 5.2:
Klasifikasi Curah Hujan Di Kabupaten Konawe Utara
Kelas Kelas
No Stasiun Curah Hujan
(mm/tahun) Indeks
1 Wiwirano 3.000,78 mm Sangat Basah Tinggi
2 Asera 2.449,38 mm Sedang/Lembab Sedang
3 Lamonae 1.311,54 mm Sangat Kering Rendah
4 Tinobu 1.311,2 mm Sangat Kering Rendah
Sumber : hasil olahan data sekunder tim peneliti, 2017
Gambar 5.1:
Peta Curah Hujan
divalidasi dengan survey lapangan. Kelas penggunaan lahan yang di identifikasi yaitu:
Gambar 5.2:
Penggunaan Lahan Perkebunan Kecamatan Langkikima
Perubahan tata guna lahan yang terjadi misalnya perubahan tata guna lahan dari
mempengaruhi sifat fisis tanah sehingga dapat menurunkan laju infiltrasi tanah atau
meningkatkan aliran permukaan. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
besar terhadap terjadinya banjir apabila dipicu dengan intensitas curah hujan yang
tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka untuk pemberian skor ditentukan dengan
memperhatikan seberapa besar pengaruhnya terhadap banjir. Hasil interpretasi
Gambar 5.3:
Penggunaan Lahan Permukiman Kecamatan Molawe
Tabel 5.3:
Hasil Klasifikasi Penggunaan lahan
Konawe Utara terdiri atas sembilan jenis penggunaan lahan yang di identifikasi
berdasarkan skala 1: 150.000. Penggunaan Lahan berupa Hutan yang terdiri dari hutan
primer, hutan sekunder dan hutan rawa mendominasi daerah Kabupaten Konawe Utara
dengan luas 309.218,63 Ha atau 66,61% dari luas wilayah. Kemudian semak belukar
dengan luas 64.390,18 Ha atau 13,87% dari luas wilayah. sedangkan penggunaan
lahan terkecil yaitu mangrove dan lahan terbuka dengan luas masing-masing lahan
yaitu 2.332,58 Ha dan 3.841,29 Ha atau 0,5% dan 0,8% dari luas wilayah.
3. Kemiringan Lereng
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu: kemiringan lereng 0-8% (datar), 8-25% (landai),
25-40% (curam), dan >40% (sangat curam). Daerah dengan kemiringan lereng 25-40%
merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 279.734,5 Ha atau 60,8% dari luas
wilayah Kabupaten Konawe Utara. Wilayah ini mendominasi sebagian besar kecamatan
Asera, Oheo, Wiwirano, Andowia, Molawe, Lasolo, Lembo, dan Kecamatan Sawa.
Kemiringan 0-8% merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu sebesar 27.302,28 Ha
atau sekitar 5,94% dari luas total wilayah Kabupaten Konawe Utara. Penyebarannya
4. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Tanah dengan tekstur sangat halus memiliki peluang kejadian
banjir yang tinggi, sedangkan tekstur yang kasar memiliki peluang kejadian banjir yang
rendah. Hal ini disebabkan semakin halus tekstur tanah maka akan menyebabkan air
aliran permukaan yang berasal dari hujan maupun luapan sungai sulit untuk meresap
Jenis tanah di Kabupaten Konawe Utara dapat digolongkan dalam 6 jenis tanah
yaitu alluvial dengan tekstur halus, gleisol (agak halus), kambisol (sedang), litosol
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Konawe Utara dari hasil analisis menunjukkan
bahwa jenis tanah yang paling dominan yaitu tanah kambisol dengan tekstur sedang
memiliki persentase tertinggi yaitu 50,9% dengan cakupan luas wilayah sebesar
Andowia, Asera, Oheo, Langgikima dan sebagian wilayah Kecamatan Wiwirano. Jenis
tanah dengan persentase paling kecil ditempati oleh jenis tanah regosol dengan tekstur
agak kasar yaitu sebesar 1.474,2 Ha atau 0.3% daerah yang dicakup meliputi
Kecamatan Sawa. Tanah alluvial dengan tekstur halus di Kabupaten Konawe Utara
memiliki persentase sebesar 3,4% atau seluas 15.803,9 Ha. Wilayah yang dicakup
meliputi Kecamatan Lasolo, Molawe, Andowia, dan Kecamatan Asera. Jenis tanah
gleisol dengan tekstur agak halus di Kabupaten Konawe Utara memiliki luas sebesar
Jenis tanah litosol dengan tekstur kasar di Kabupaten Konawe Utara memiliki Luas
wilayah sebesar 85.315,6 Ha dengan persentase sebesar 18,6%. Wilayah yang dicakup
Sedangkan untuk jenis tanah mediteran dengan tekstur sedang di Kabupaten Konawe
Utara memiliki luas wilayah sebesar 116.468,5 Ha dengan persentase sebesar 25,6%.
Persentase dan luas wilayah jenis tanah di Kabupaten Konawe Utara sebagaimana
Daerah dengan tekstur tanah halus memiliki peluang terjadinya banjir yang
tinggi, sedangkan tekstur yang kasar memiliki peluang kejadian banjir yang rendah.
Hal ini disebabkan semakin halus tekstur tanah maka akan menyebabkan aliran
permukaan yang berasal dari hujan maupun luapan sungai sulit untuk meresap ke
Utara merupakan daerah rawan banjir. Daerah tersebut memiliki kemiringan lereng 0-
8% hingga 0-25% dan tekstur tanah liat berdebu, tanah liat berpasir, lempung berliat,
lempung liat berpasir hingga lempung sehingga laju infiltrasi rendah. Komponen
tersebut kemudian dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi dan penggunaan lahan
yang intesif berupa perkebunan, permukiman, lahan terbuka, dan sawah. Sebaran
Langgikima. Daerah yang memiliki tingkat ancaman sedang yaitu sebesar 211.529,0
Ha atau 45,6 Ha dari luas wilayah Kabupaten Konawe Utara mencakup wilayah
Kecamatan Molawe.
Gambar 5.7:
Daerah Rawan Bencana di Kecamatan Andowia
52.21% dari luas wilayah Kabupaten Konawe Utara. Wilayah ini termasuk daerah yang
aman dari ancaman banjir karena sebagian besar wilayahnya berada di kawasan
perbukitan, yang didominasi oleh kawasan hutan dengan tekstur tanah yang memiliki
laju infiltrasi yang baik berupa tanah litosol, sehingga ketika curah hujan meningkat
secara berlebihan dapat diserap dengan baik. Tingkat ancaman rendah mencakup
sebagian besar wilayah Kecamatan Wiwirano, Asera, Oheo, Lasolo, Lembo, dan
Kecamatan Sawa.
Ancaman banjir dengan ancaman tinggi sebesar 49.978,52 Ha atau 10.77% dari
luas wilayah. Daerah yang memiliki ancaman besar yaitu: Kecamatan Asera,
Tabel 5.6:
Luas dan Persentase Tingkat Ancaman Banjir di Kabupaten Konawe Utara
Kelas Indeks
No Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1 Andowia 8602.57 9051.05 4172.19
2 Asera 103538.52 61345.11 12290.70
3 Langgikima 6866.01 19088.13 6500.86
4 Lasolo 29580.37 5413.10 1004.38
5 Lembo 7379.61 3907.91 2204.51
6 Molawe 15211.18 9290.67 11544.50
7 Motui 655.38 1754.42 1570.87
8 Oheo 20779.87 17648.45 7632.19
9 Sawa 3326.69 4243.39 1732.84
10 Wiwirano 60364.52 26215.51 1325.48
Jumlah 256.304,7 157.957,7 49.978,52
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
Berdasarkan data riwayat kejadian, Andowia, Asera, dan Lasolo merupakan
daerah dengan tingkat kerawanan tertinggi baik dari frekuensi dan besaran dampak.
Tabel 5.7:
Riwayat Kejadian Bencana Kabupaten Konawe Utara
No. Tahun Kejadian Besaran Dampak
1 13-05-2017 Terjadi di Kecamatan Lasolo dengan 4 desa terendam.
2 6-07-2016 Terjadi di 3 Kecamatan, yaitu Andowia, Asera, dan Lasolo
dengan 12 desa. air setinggi 1-2,5 meter. 735 rumah
terendam banjir. 1354 jiwa mengungsi
3 25-07-2013 Banjir melanda Desa Tapuuwatu dan Desa Longeo yang
berada di Kecamatan Asera. Sementara di Kecamatan
Andowia, banjir melanda Desa Puusuli, Desa Puuwonua,
Desa Laronanga dan Desa Labungga. 2.000 rumah
terendam, 1 orang meninggal dunia dan 8.000 jiwa
mengungsi.
4 07-2006 Banjir banndang di Kecamatan Asera 97 unit rumah ambruk,
64 rumah hanyut serta sejumlah 485 warga kehilangan
tempat tinggal
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
Gambar 4.5:
Peta Ancaman Bencana Banjir
jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur. Setiap
komponen tersebut dikelaskan menjadi 3 kelas indeks penduduk terpapar yaitu: rendah,
sedang dan tinggi. Kepadatan penduduk dan rasio orang cacat Kabupaten Konawe
Utara berada pada kelas rendah, dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu
Kecamatan Asera, dan Kecamatan Wiwirano. Komponen rasio jenis kelamin dan rasio
kelompok rentan di Kabupaten Konawe Utara berada pada kelas indeks tinggi, yang
artinya pada komponen tersebut tingkat keterpaparan penduduk akibat ancaman banjir
bencana banjir. Semakin tinggi jumlah penduduk miskin disuatu wilayah maka tingkat
Wiwirano dan tinggi di Kecamatan Oheo. Indeks penduduk terpapar terhadap ancaman
Keterangan :
Tingkat Ancaman Rendah
Tingkat Ancaman Sedang
Tingkat Ancaman Tinggi
Hasil analisis semua komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk
dan indikator kelompok rentan, yaitu: semua wilayah di Kabupaten Konawe Utara
Tabel 5.8:
Indeks Penduduk Terpapar
Kelas Indeks
No Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1 Sawa - 0,4 -
2 Motui - 0,4 -
3 Lembo - 0,4 -
4 Lasolo - 0,4 -
5 Molawe - 0,4 -
6 Asera - 0,4 -
7 Andowia - 0,4 -
8 Oheo - 0,44 -
9 Langgikima - 0,4 -
10 Wiwirano - 0,4 -
Sumber: Hasil olahan data tim peneliti, 2017
Gambar 4.6:
Peta Indeks Penduduk Terpapar
diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu:
rendah, sedang dan tinggi. Selain dari ditentukannya kelas indeks, penghitungan
satuan rupiah.
Tabel 5.9:
Komponen Indeks Kerugian
Kelas Indeks
Luas
Kontribusi Blok Fas Fas.
No Kecamatan Lahan
PDRB Permukiman Kritis Umum
Produktif
(*Milyar) (Ha) (Unit) (Unit)
(*Juta)
1 Sawa 4717.08 346,45 1 10
2 Motui 2243.82 255,4 1 10
3 Lembo 7873.20 177,07 1 11
4 Lasolo 8698.14 216,16 2 30
5 Molawe 959.65 70,96 2 13
>1,4
6 Asera 10707.63 39,03 1 20
7 Andowia 470.96 218,96 2 10
8 Oheo 262.35 2 12
9 Langgikima 908.50 1 12
10 Wiwirano 1937.11 2 23
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
PDRB, blok permukiman dan ketersediaan fasilitas umum, berada di kelas tinggi.
sedangkan fasilitas kritis berada pada tingkat keterpaparan sedang untuk semua
5.4. Kerentanan
Penentuan kerentanan didasarkan pada PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012 terdiri
kerentanan tersebut diberi bobot berbeda, yaitu: kerentanan sosial 40%, kerentanan
penduduk, rasio jenis kelamin, dan rasio kelompok umur. Kerentanan sosial
merespon kejadian bencana atau ancaman banjir. Berikut hasil analisis indeks
kerentanan sosial.
Tabel 5.11:
Hasil Analisis Kerentanan Sosial
Kelas Indeks
No Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1 Sawa - 0,4 -
2 Motui - 0,4 -
3 Lembo - 0,4 -
4 Lasolo - 0,4 -
5 Molawe - 0,4 -
6 Asera - 0,4 -
7 Andowia - 0,4 -
8 Oheo - 0,44 -
9 Langgikima - 0,4 -
10 Wiwirano - 0,4 -
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
abrasi pantai terhadap komunitas ekonomi di suatu daerah. Idealnya indikator yang
digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktif dan data Produk
interpretasi penggunaan lahan yang diperoleh melalui data sekunder yang dikonversi ke
nilai rupiah berdasarkan nilai penggunaan lahan. Luas lahan produktif di Kabupaten
Konawe Utara sebesar 38.778,44 Ha, yang terdiri dari lahan perkebunan/pertanian.
Kecamatan Asera dan Kecamatan Lasolo merupakan daerah dengan luas lahan
produkrif terluas yaitu 10.707,63 Ha dan 8.698.14 Ha. Hasil analisis kerentanan
Berdasarkan PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012, parameter yang digunakan untuk
diperoleh dari data BPS Kecamatan dalam Angka tahun 2016. Indeks kerentanan fisik
Tabel 5.12:
Parameter Kerentanan Fisik
Kelas Bobot
No Parameter Indeks
Rendah Sedang Tinggi (%)
1 Fasilatas Umum <500 500-1 M >1 M 50
2 Fasilitas Kritis <500 500-1 M >1 M 50
Sumber: Hasil modifikasi tim peneliti (PERKA BNPB No 2, tahun 2012)
Setiap fasilitas umum dan fasilitas kritis tersebut dikonversi ke nilai rupiah,
sehingga kerentanan fisik akibat ancaman bencana banjir dapat ditentukan. Fasilitas
Sedangan fasilitas kritis yaitu: rumah sakit dan puskesmas. Hasil analisis terhadap
kerentanan fisik yang melibatkan seluruh indikator di atas menunjukkan bahwa wilayah
Tabel 5.13:
Hasil Analisis Kerentanan Sosial
Kelas Indeks
No Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1 Sawa - - 0.8
2 Motui - - 0.8
3 Lembo - - 0.8
4 Lasolo - - 0.8
5 Molawe - - 0.8
6 Asera - - 0.8
7 Andowia - - 1
8 Oheo - - 0.8
9 Langgikima - - 0.8
10 Wiwirano - - 0.8
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
penutupan/penggunaan lahan yaitu hutan lindung (HL), hutan suaka alam (HSA), hutan
bakau/mangrove (HM), semak belukar (SB) dan rawa (RW). Indeks kerentanan
lingkungan berbeda-beda untuk masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-
rata bobot jenis tutupan lahan/penggunaan lahan. Kawasan hutan lindung adalah
hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada
kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan
erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung diperuntukkan bagi
konservasi hidro-orologis. Kawasan lain di luar kawasan hutan, juga dimungkinkan
ditetapkan menjadi kawasan lindung bila sesuai dengan kriteria yang ada. Hutan
wilayah Kabupaten Konawe Utara kecuali di Kecamatan Motui. Sedangkan luas hutan
alam berupa hutan primer, sekunder maupun hutan lahan basah seluas 140.805,05 Ha,
dengan kelas indeks kerentanan lingkungan tinggi. Hasil analisis kerentanan lingkungan
Tabel 5.14:
Parameter Kerentanan Lingkungan
Kelas Indeks
Hutan Hutan Semak
No Kecamatan Mangrove Rawa
Lindung Alam Belukar
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha)
1 Sawa 476.39 199.94 - 1196.35 -
2 Motui - 27.69 - - -
3 Lembo 7768.93 1666.86 - - -
4 Lasolo 18544.43 12497.18 463.76 1843.9 464.31
5 Molawe 10854.95 14934.41 156.29 4592.64 2508.81
6 Asera 104920.71 55927.11 109.28 5448.06 375.64
7 Andowia 7631.63 5699.44 - 1196.35 806.62
8 Oheo 26481.16 14070.56 - 6138.85 -
9 Langgikima 3376.91 4992.09 - 18950.87 -
10 Wiwirano 25092.92 30789.77 - 24616.26 876.65
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
Tabel 5.13:
Hasil Analisis Kerentanan
Kelas Indeks
No Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1 Sawa - - 0.80
2 Motui - 0.48 -
3 Lembo - - 0.73
4 Lasolo - - 1.00
5 Molawe - - 1.00
6 Asera - - 1.00
7 Andowia - - 0.93
8 Oheo - - 0.80
9 Langgikima - - 0.80
10 Wiwirano - - 0.93
Sumber: Hasil analisis tim peneliti, 2017
5.5. Kapasitas
(Kerangka Aksi Hyogo-HFA). HFA yang disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia
Indikator HFA
adalah:
dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya, dengan
indikator pencapaian:
pemerintahan,
b) Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan pengurangan
indikator:
c) Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk skala besar
ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat; dengan indikator:
pemulihan,
c) Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta analisis manfaat
hasil riset,
termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi
bahaya,
ekonomi,
codes),
siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan
pasca bencana,
sistematis.
pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan didukung dengan
kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti
waktu. Hasil analisis kapasitas daerah diseluruh kecamatan di Konawe Utara yaitu
Peta risiko bencana disusun dengan melakukan overlay peta ancaman, peta
kerentanan dan peta kapasitas. Peta risiko bencana disusun untuk tiap-tiap bencana
yang mengancam suatu daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah peta
ancaman selesai. Peta risiko telah dipersiapkan berdasarkan grid indeks atas peta
ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas. Daerah Kabupaten Konawe Utara
dengan Luas 28.072,21 Ha adalah daerah dengan risiko tinggi atau 51% dari luas
kajian risiko bencana memperlihatkan bahwa, kajian risiko bencana diperoleh dari
indeks dan data yang sama dengan penyusunan peta risiko bencana. Perbedaan yang
terjadi hanya pada urutan penggunaan masing-masing indeks. Urutan ini berubah
disebabkan jiwa manusia tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, tingkat
menggunakan matriks seperti pada matriks 6.1 dengan menghubungkan kedua nilai
indeks dalam matriks tersebut. Berdasarkan matris tingkat ancaman diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Konawe Utara berada pada tingkat rendah (0,0 – 0,33),
Keterangan:
kerugian. Bencana banjir dapat menimbulkan kerugian yang berbeda-beda pada setiap
daerah yang disebabkan oleh kondisi sosial, ketersedian sarana dan prasarana. Tingkat
ancaman bencana dan indeks kerugian. Tingkat kerugian akibat bencana banjir di
Kabupaten Konawe Utara berada pada tingkat sedang dan tinggi. Hal tersebut diartikan
bahwa kerugian akibat adanya bencana pada skala sedang dan tinggi akan
menyebabkan tingkat kerugian yang besar. Tingkat kerugian sedang terjadi pada skala
Matriks 6.2:
Tingkat Kerugian Bencana Banjir
Tingkat Indeks Kerugian
Ancaman Rendah Sedang Tinggi
Rendah
Sedang
Keterangan :
Keterangan:
Keterangan:
daerah.