Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RHINITIS DAN TERAPI KOMPLEMENTER GURAH

Di Susun Oleh :

Nama : Muhammad Habib Alaika

NIM : KP.1901377

Semester : VI

Dosen Pembimbing : Ns. Nur Anisah, S.Kep.,M.Kep.Sp.KJ

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN WIRA HUSADA

YOGYAKARTA

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI KOMPLEMENTER

Laporan Pendahuluan ini telah dibaca dan diperiksa pada

Hari/tanggal : ………………………………..

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Nur Anisah, S.Kep.,M.Kep.Sp.KJ) (Mardiyanti Ani Windari., A.Md. Akp)

Mahasiswa Praktikan

(Muhammad Habib Alaika)

2
A. Konsep Dasar Terapi komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan


usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,
bersifat menyempurnakan. Menurut WHO (World Health
Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, misalnya
jamu yang merupakan produk Indonesia  dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer di negara Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan
sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara
turun – temurun pada suatu negara. Terapi Komplementer  adalah cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung atau
pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

B. Definisi Terapi Komplementer


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional-alternatif atau sering disebut dengan CAM
(Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non konvensional
yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Artinya Pengobatan
komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat
dipakai sebagai pendamping terapi
konvesional/medis. Sedangkan  pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan
yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh

3
seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui
pendidikan yang lain/non medis.

C. Prinsip Dasar Komplementer


1. Mind (pikiran)
Kita semua sudah tau fikiran itu sangat erat kaitannya dengan akal.
System memory atau ingatan, kemampuan intelektual, kecerdasan dan lain
sebagainya. Kesehatan akal pun sangat berpengaruh dengan kesehatan
jiwa dan fisik juga. Jika manusia selalu berfikir positif maka dapat
mennghasilkan energy positif juga yang dapat memengaruhi kesehatran
jiwa dan fisiknya pula. Tingkat kecerdasan manusia dapat diukur denga
tes IQ, atau tes potensi akademik (TPA). (Cushman, 2013).
2. Body (tubuh/fisik)
Secara biologis tubuh manusia terdiri dari kumpulan organ-organ
tubuh yang membentuk suatu sub system yang bekerja seacara kusus,
seperti system pernapasan, system pencernaan, system pengideraan, sisten
saraf, system peredaran darah, system gerak, dan lain sebagainya sehingga
membentuk tubuh manusia seacar utuh. Tubuh secara fisik mudah dikenali
karena kita mampu mengamati secara langsung. Untuk mengetahui apakah
fisik sedang sakit atau tidak dapat dilakukan tes kesehatan, jika tidak ada
gangguan kesehatan pada masing-masing sub system dan pada organ-
organ terkait berarti fisik orang tersebut dapat dikatakan sehat (Cushman,
2013).
3. Soul (jiwa)
Definisi dari jiwa sangatlah banyak ada yang mengatakan, roh,
nyawa, nafsu, perasaan, hati, qalb dan lain sebagainya. Dalam ilmu
psikologi pun jiwa tidak dapat diketahui secara pasti, karena dari esensi
jiwa itu tidak terukur seperti halnya fisik manusia. Dalam hal ini akan
membahas pengertian jiwa dari berbagai sudut pandang. Jiwa dalam

4
bahasa arab disebut (Annafs), jiwa itu sangat erat kaitannya dengan
perasaan, keiinginan, penilaian baik buruk, senang, sedih, tenang, gelisah
dan sebagainya. Karena sifatnya yang labil maka jiwa tidak bisa dikur
secara pasti, tetapi dapat diketahui dengan gejala-gejala atau gangguan-
gangguan yang tampak. Dalam ilmu psikologi untuk mengetahui kondisi
kejiwaan seseorang dapat dilakukan test kepribadian sehingga jika
seseorang mengalami gangguan jiwa dapat diketahui dari hasil diagnosis
melalui test kepribadian tersebut. Orang yang sehat jiwanya akan mampu
mengatasi semua problem yang dihadapinyta dan mampu berinteraksi
dengan lingkungan sosial secara baik (Cushman, 2013).

1. Gurah
a. Pengertian
Gurah dalam bahasa Jawa berarti membersihkan, sedangkan
yang dibersihkan adalah daerah hidung, tenggorok dan sekitarnya.Kyai
Marzuki yang berasal dari Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul,
Yogyakarta pertama kali mengenalkan Gurah pada tahun 1900. Pada
awalnya gurah di pergunakan pada para santri agar dapat membaca Al-
Qur’an secara nyaring. Sebagai pengobatan tradisional gurah
dilakukan dengan cara memasukkan suatu bahan / ramuan tertentu ke
dalam lubang hidung / mulut dengan tujuan menguluarkan kotoran dan
lendir yang ada di hidung maupun rongga-rongga sekitarnya. Cara
pengobatan tradisional ini umumnya diturunkan secara turun –
temurun.

b. Metode
Beberapa pegurah menggunakan bahan dasar ramuan gurah
berupa kulit akar pohon Senggugu. Pembuatannya dengan cara
merebus kulit akar yang sudah dikeringkan di dalam panci tanah. Air

5
dituangkan sampai seluruh kulit akar Senggugu kering terendam dan
direbus hingga air yang tersisa kurang dari setengahnya

Cara penggunaanya adalah dengan meneteskan 3-5 tetes ke


dalam kedua lubang hidung. Pada saat diteteskan, pasien diminta
menahan nafas sejenak, karena bila tidak menahan nafas pasien akan
tersedak dan rasanya akan sakit sekali dan pedih. Setelah itu pasien
diminta untuk menelan cairan yang mengalir dari lubang hidung
tenggorok, sebanyak dua kali .Setelah itu, ditengadahkan selama 1-2
menit, kemudian ditelungkupkan sampai keluar lendir dengan
sendirinya.Pada saat pengeluaran lendir ini pasien tidak boleh
berusahan mengeluarkan lendir lewat hidung tetapi harus melalui
mulut. Apabila pasien berusaha mengeluarkan lendir melalui hidung
dengan paksa, hidung akan terasa pedih dan buntu. Pada umumnya
proses keluarnya cairan ini berlangsung antara 15 satu setengah jam
hingga dua jam, tergantung dari berat tidaknya penyakit. Warna lendir
juga tergantung penyakit yang diderita

A. KONSEP PENYAKIT RHINITIS


a. Pengertian

Rhinitis merupakan kondisi heterogen yang dikaitkan sebagai


respon inflamasi, seperti pada rhinitis alergi. Tetapi dapat juga terjadi
tanpa adanya inflamasi seperti 51 | ISSN: 2721-2882 Rhinitis Idiopatik
(Vasomotor). (Eifan & Durham, 2016)

Rhinitis merupakan radang dan iritasi yang terjadi di membran


mukosa di dalam hidung. Penyakit rhinitis dapat terbagi menjadi dua,

6
yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non-alergi. Rhinitis alergi disebabkan
oleh alergi dari debu, kelupasan kulit hewan tertentu dan terkena
serbuk sari. Sedangkan rhinitis nonalergi, disebabkan oleh infeksi
virus dan bakteri.

Rhinitis merupakan inflamasi pada mukosa hidung. Inflamasi


ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi, alergi,
iritan, obat-obatan dan hormon

b. Etiologi

Salah satu penyebab tersering Rhinitis Akut adalah Infeksi


Saluran Pernapasan Atas. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut yang
disebabkan oleh virus sering muncul dengan discharge hidung yang
tebal, bersin dan obstruksi hidung. Biasanya dapat hilang sendiri 7-10
hari, namun dapat bertahan selama 3 minggu. (Schorer & Pien, 2012)

Human rhinovirus (HRV) merupakan virus yang menyebabkan


lebih dari setengah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Virus lain
seperti coronavirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV),
virus influenza dan paravirus relatif lebih sedikit dalam menjadi
penyebab flu viral. Agen virus tersebut dapat dapat menginfeksi epitel
respirasi hidung dan komponen lain pada traktus respirasi atas dan
bawah setelahinokulasi yang terbawa oleh orang yang terinfeksi virus-
virus tersebut. Meskipun inokulasi oral dapat menjadi sumber
alternatif transfer virus namun resikonya cenderung rendah. (Çatlı, et
al., 2020)

7
c. Klasifikasi

Rhinitis diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu: 1.


Rhinitis Alergi yang dibagi menjadi perenial dan seasonal. 2. Rhinitis
non-Alergi yang diklasifikan menjadi beberapa hal. Klasifikasi
Rhinitis Alergi dan non- Alergi

d. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari Rhinitis Akut Viral ini antara lain hidung
tersumbat dan rinore (Schorer & Pien, 2012). Selain itu produksi
mukus berlebih, bersin, mata berair dan hidung mengalami pruritus
juga didapati pada pasien penderita penyakit ini (Çatlı, et al., 2020).

e. Proses Keperawatan

Pengkajian (Perilaku dan Stimulasi)

1. Bio
a. Gambaran fisik klien: jenis kelamin, umur, berat badan,
tinggi badan, kecacatan (jika ada), dan tanda kekeraasan atau
penelantaran jika ada
b. Penampilan Klien, cara berbicara, kehangatan, respon awal
terhadap wawancara, body expression dll. 2

8
c. Status Kesehatan: Apakah ada diagnosis? Layanan kesehatan
apa yang diterima oleh klien? Apakah klien telah
berkonsultasi dengan sumber lain tentang jenis penyembuhan
untuk masalah kesehatannya? Apakah sedang menggunakan
obat? Catatan kesehatan dan pengobatannya. Apakah
kecanduan terhadap narkotika atau alkohol?. Apakah status
kesehatannya merupakan masalah dalam rencana pelayanan?

2. Sosial
a. Situasi saat ini dan sejarah perpindahan: Latarbelakang
pedesaan atau perkotaan? Daerah asal? Jika pernah pindah
apakah alasannya? Sudah berapa lama mendiami tempat
tinggal saat ini? Bagaimana keeterikatan klien dengan tempat
asalnya? Seberapa sering mengunjungi atau berhubungan
dengan orang disana? Tempat apa yang sangat penting bagi
klien? (dapat menggunakan peta). Kejadian kritis apa yang
menyebabkan dia akhirnya ditempatkan di panti asuhan?
Siapa yang ambil keputusan anak akan masuk ke panti?
(kalau diketahui) Bagaimana Jaringan dukungan saat itu
membantu Klien? Apa yang paling disukai oleh si anak
tentang kehidupan sebelum masuk ke panti? Apa yang paling
tidak disukai? Mengapa? Pertanyaan sama tentang kehidupan
di panti jika anak tinggal di panti.
b. Pekerjaan dan Status Keuangan (Orang tua/pengasuh
utama/wali): Apa pendapatannya, dari pemerintah atau dari
sumber lain yang diterima oleh klien? Siapa yang bekerja
dalam keluarga? Apa pekerjaannya? Apakah klien
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk pemenuhan
kebutuhan dasar? Bagaimana caranya mendukung atau

9
mengatasi masalah sehubungan dengan permasalahan yang
dirancang dalam rencana pelayanan? Apa kesulitan untuk
mendapatkan lebih banyak sumber penghasilan?
c. Hubungan dan Peran dalam Keluarga: Riwayat keluarga dan
isu signifikan yang dihadapi oleh keluarga di masa lalu dan
saat ini. Termasuk status perkawinan yang formal dan
informal, peran anggota keluarga dan konflik antar peran,
struktur keluarga, kompleksitas latar belakang budaya dalam
keluarga, riwayat perpisahan dalam keluarga, orang-orang
yang termasuk dalam keluarga, hubungan
keterikatan/kelekatan klien dengan keluarga atau dengan
orang penting lainnya di luar keluarga? Siapa dan seberapa
sering anak berkomunikasi? Peran anggota keluarga/orang
penting lain dalam proses pengasuhan anak dan perawatan,
siapa yang lakukan apa dalam lingkungan keluarga. 3
d. Keberfungsian sekolah dan keberfungsian dari institusi
lainnya: bagaimana penampilan tugas-tugas sehari-hari,
bagaimana kemampuan menghadapi stress/tekanan, pada
setting-setting mana saja pelaksanaan tugas-tugas itu
berlangsung? Bagaimana keluarga menjamin akses
pendidikan anak-anak mereka? Apa saja yang dapat
menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, atau proses belajar
terganggu? E. Keberfungsian Rekan/Teman Relasi anak
dengan teman-temannya di kampung/ komunitas asal? Di
sekolah? Di Panti? Di komunitas sekitar panti/sekolah?

3. Spiritual
c. Data Spiritual dan Budaya: Apa identitas budaya klien?
Apa agama yang saat ini dianutnya? Bagaimana agama

10
menjadi pendukung atau hambatan bagi klien? Apa sumber
inspirasinya? Apa ada sesuatu yang memberi makna
kehidupan bagi klien? Bagaimana pandangan spiritual klien
terhadap situasi dan permasalahan yang dihadapinya serta
terhadap masa depannya?

D. Diagnosa Keperawatan Yang mungkin Muncul


1. Nyeri Akut
2. Insomnia
3. Gangguan Eliminasi
4. Risiko Ketidakstabilan Glukosa Darah
5. Disfungsi Mobilitas Gastrointestinal.

11
I. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Rencana
Keperawatan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan SIKI (Standar Intervensi
Indonesia) Keperawatan Indonesia)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan O :


Komplementer 1 x 5 Jam, - indentifikasi skala nyeri
diharapakan nyeri pada pasien dapat - Monitor keberhasilan
terkontrol. Terapi Komplementer yang
sudah diberikan
No Kriteria Hasil A T
T : Berikan teknik non

1. Melaporkan nyeri 3 1 famakologi untuk

Terkontrol mengurangi rasa nyeri


(TENS, Hipnosis,
2. Kemampuan 3 1 Akupressure, terapi musik,
mengenali omset terapi pijat, aromaterapi,
nyeri teknik imajinasi terbimbing

3. Kemampuan 3 1 dll)

Mengenali penyebab E:

nyeri - Jelaskan strategi


meredakan nyeri
4. Kemampuan 3 1 - Ajarkan teknik non
menggunakan teknik Farmakologi untuk
non farmakologi mengurangi rasa nyeri.

5 Dukungan orang 3 1

12
terdekat
C : Kolaborasi pemberian
Analgetik jika perlu.

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi


Pola Tidur Keperawatan 1 x 5 jam diharapkan O : identifikasi penurunan
(Insomnia) pasien dapat memenuhi kriteria hasil tingkat energi,
sebagai berikut: ketidakmampuan
berkosentrasi atau gejala lain
No Kriteria Hasil A T
yang mengganggu

1. Keluhan sulit tidur 3 2 kemampuan kognitif


T : ciptakan lingkungan
2. Keluhan sering 3 2 Tenang dan tampa gangguan
terjaga dengan pencahayaan dan

3. Keluhan tidak puas 3 2 suhu ruang nyaman, jika

tidur memungkinkan.
E : jelaskan tujuan, manfaat,
4. Keluhan pola tidur 3 2 batasan, dan jenis relaksasi
berubah yang tersedia (Mis. Musik,

5. Keluhan istirahat 3 2 meditasi, napas dalam, dan

tidak cukup relaksasi otot progresif.


- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
Relaksasi

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan O : identifikasi jenis latihan

13
ketidakstabilan komplementer 1x 5 jam diharapkan dan gerakan yoga sesuai
kadar glukosa pasien memenuhi kriteria hasil sbb: kebutuhan
darah T : lakukan gerakan-gerakan
No Kriteri hasil A T
yoga

1. Mengantuk 3 4 E : edukasi jelaskan alasan


tujuan dan alasan latihan
2. Pusing 3 4 - Mendemonstrasikan

3. Lelah/Lesuh 3 4 gerakan-gerakan Yoga

4. Keluhan Lapar 3 4 C:

5. Gemetar 3 4

6. Berkeringat 3 4

7. Mulut kering 3 4

8. Rasa Haus 3 4

  

14
DAFTAR PUSTAKA

● https://www.scribd.com/document/323721179/Konsep-Dasar-Terapi-
Komplementer.
● https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/200

● http://eprints.undip.ac.id/37319/1/
ALI_ZAENAL_ABIDIN_G2A008013_LAP_KTI.pdf

● https://media.neliti.com/media/publications/106025-ID-analisis-pengaruh-
gurah-pada-penderita-s.pdf

● SDKI SLKI SIKI

15

Anda mungkin juga menyukai