Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Makhluk hidup dan lingkungannya adalah dua hal yang tak terpisahkan
dan saling membutuhkan. Hamparan samudera, bukit, pegunungan, sungai,
danau, semuanya merupakan bagian dari lingkungan alam. Lingkungan alam
sendiri merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup. Lingkungan hidup
mencakup seluruh lingkungan alam seperti lingkungan fisik, biologi, dan sosial.
Itulah mengapa pengertian lingkungan hidup lebih luas daripada lingkungan
alam. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang
berupa makhluk hidup. Baik itu manusia, binatang, maupun tumbuhan. Intinya,
semua yang memiliki nyawa dan tergolong sebagai makhluk yang bernafas
adalah bagian dari lingkungan hidup.

Dari pengertian lingkungan hidup tersebut, dapat disimpulkan bahwa


semua manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Oleh karena itu, kita harus
memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tersebut. Bukan
justru sebaliknya, menjadi predator untuk merusak kelestarian lingkungan hidup.

Semakin berkurangnya wilayah hutan dan langkanya jenis binatang


tertentu merupakan bukti dari rusaknya lingkungan hidup. Faktor terbesar yang
menjadi penyabab fenomena tersebut adalah kerakusan manusia.

Atas nama industrialisasi dan hawa nafsu, manusia menjadi penghancur


bagi kehidupan kedua jenis makhluk hidup tersebut. Bahkan dewasa ini, manusia
tidak lagi memikirkan nilai-nilai kemanusiaan sehingga secara moral dan
spiritual, manusia modern telah mengalami kemunduran yang besar dalam
sejarah kehidupannya.

Berkurangnya hutan di dunia menyebabkan tidak ada penyaring udara


kotor yang berdampak semakin menipisnya lapisan ozon. Lubang ozon di
atmosfer semakin besar akibat polusi udara hasil pembakaran industri besar
langsung meluncur ke angkasa. Sebab, hutan yang berfungsi sebagai penyerap
karbon dioksida, jumlahnya tidak sebanding dengan polusi udara yang terjadi.
Demikian pula dengan kehidupan binatang. Penangkapan beberapa jenis
binatang, secara tidak langsung sebenarnya sudah merugikan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, dilakukan praktikum kajian lingkungan hidup ini, guna
untuk lebih mengetahui keadaan lingkungan di sekitar kita. Selain itu, guna untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi.
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Lere Kecamatan Palu Barat – Palu lebih dikenal dengan nama
Kampung Lere, adalah pusat Kerajaan Palu tempo dulu (abad XVII- abad XX.
Disini terdapat peninggalan sejarah seperti Souraja (Istana Raja Palu), juga
terdapat Makam Datokarama (Abdul Raqi) ulama dari Sumatera Barat yang
menyebarkan Agama Islam di Lembah Palu pada kira-kira abad XVII.
Kelurahan Lere adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Palu Barat, Kota Palu. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk berkisar 8939
jiwa, kepala keluarga berjumlah 2081 KK, yang terdiri 4022 laki-laki dan 4480
perempuan, (Menurut BPS 2009). Rata-rata masyarakat di Kelurahan Lere
bermata pencaharian sebagai nelayan karena daerah kelurahan Lere terletak
tidak jauh dari pinggir pantai.

Wilayah pesisir teluk palu terdiri atas 26 Desa/ Kelurahan yang masuk
dalam wilayah administratif Kab. Donggala dan Kota Palu dengan potensi SDA
yang cukup besar, baik yang berada disepanjang pesisir maupun yang ada
diwilayah laut teluk palu. Jika melihat model pembangunan disepanjang pesisir
teluk palu yang saat ini diterapkan oleh Pemda (Kab.Donggala dan Kota Palu)
secara jelas dan nyata adalah untuk Peningkatan PAD. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa bidang usaha dipesisir teluk palu yang memberikan pemasukan
terbesar bagi daerah yang perkembangannya juga sangat pesat, yaitu tambang
galian C, tempat wisata (rumah makan/restoran, dan penginapan) dan kawasan
industri dipalu utara.

Kelurahan Lere merupakan kawasan yang mayoritasnya ialah penduduk


asli suku Kaili. Namun, seiring dengan perkembangan zaman desa ini sudah
didiami oleh berbagai suku. Sebagian besar penduduk desa ini sudah bisa
berbahasa Indonesia dengan lancar, akan tetapi sebagian kecil masih terbawa
dengan bahasa dari suku mereka masing-masing. Kelurahan Lere memiliki
berbagai fasilitas yang memadai, diantaranya sarana pendidikan, transportasi,
olahraga, penerangan, kesehatan, dan sarana peribadatan. Pelayanan
kesehatan di desa ini juga sudah cukup baik, terlihat sudah tersedia Puskesmas
dan sebagian besar penduduknya sudah memanfaatkannya dengan baik.
Dengan cukup tersedianya fasilitas pada desa ini, sehingga kondisi kesehatan
masyarakat terbilang baik.
Sungai yang terdapat dibawah jembatan langsung berhubungan dengan
pantai teluk palu. Diantara sungai terdapat daratan yang disebut sedimentasi.
Didaratan tersebut terdapat pohon mangrove yang dapat menyerap air jika
terjadi gelombang pasang. Panjang bibir pantai sekitar 181 m yang terdiri dari 2
m sungai kering setelah itu ada sungai basah sepanjang 60 m, terdapat lagi
sungai kering sepanjang 73 m, sungai basah 24 m dan sungai kering 3 m.
Keadaan disekitar jembatan ponulele tersebut dahulunya rawa, dan banyak
ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan diantaranya pohon mangrove yang dapat
menyerap air jika terjadi gelombang pasang. Setelah dilakukan perubahan
disekitar jembatan tersebut yaitu yang dulunya daerah rawa sekarang menjadi
daerah yang kiranya taman wisata. Dilihat dari perubahan tersebut, ada dampak
negatifnya yaitu dimana pohon-pohon yang dapat melindungi masyarakat sekitar
dari gelombang pasang terlihat berkurang. Tetapi terdapat pohon yang baru
ditanam disekitaran sedimentasi tersebut, kiranya untuk mengganti pohon-pohon
yang telah dimusnahkan. Pohon-pohon mangrove hamper terlihat punah
disekitar wilayah tersebut. Terlihat beberapa pohon mangrove disamping jalan
raya. Jalan raya tersebut membatasi antara laut dengan rawa yang masih
terdapat beberapa pohon mangrove. Dilihat dari perubahan menjadi jalan raya
tersebut, akan menimbulkan masalah bagi pohon mangrove tersebut. Kiranya
pohon tersebut tidak akan bertahan lama lagi. Karena air yang diserapnya lagi
tidak berhubungan langsung dengan air laut lagi. Jadi lama kelamaan air
disekitar pohon tersebut akan berubah menjadi air tawar, sehingga pohon
tersebut tidak akan bertaha lama. Dan nantinya akan menjadi ancaman bagi
masyarakat sekitar.

Permasalahan lain adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat


mengenai pentingnya pelestarian terhadap lingkungan sekitar serta kondisi sosial
ekonomi masyarakat disekitar Teluk Palu masih rendah. Hal ini menyebabkan
terjadinya penghancuran hutan mangrove. Maraknya pencemaran Teluk Palu
yang bersumber dari ulah dan aktivitas masyarakat memproduksi limbah
diperparah dangan relatif rendahnya inisiatif dan kesadaran semua pihak dalam
mencegah dan menanggulangi pencemaran. Semua permasalahan tersebut
adalah merupakan bencana masa depan kawasan pesisir dan laut teluk palu.
Pembuangan sampah penduduk terdapat diluar rumah masing-masing.
Akan tetapi sampah itu kemudian di buang kesungai, yang apabila air pasang
atau terjadi banjir sampah tersebut akan kembali ke lingkungan pemukiman
warga”. Kata ibu masrani salah satu warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Ia
juga mengatakan bahwa jarak ke puskesmas tidak terlalu jauh dan disamping
puskesmas terdapat saluran air yang tergenang oleh sampah
BAB III

ANALISIS KUALITATIF LINGKUNGAN

A. Komponen Fisik Kimia


1. Tanah atau Lahan
Bentuk lahan pada wilayah lere ada gejala perubahan bentuk
lahan yang sedang. Dengan daratan yang ditutupi oleh tumbuhan
antara 5-10%. Tidak terdapat humus, karena tanahnya terbuka.
Kecuali disekitaran tanah yang ditumbuhi tanaman. Air tanah
diwilayah lere drainasenya jelek, tanahnya padat kadang tergenang
dan kadang juga retak. Sumber mineralnya sedikit dieksploitasi tanpa
proses lanjutan. Ekosistem di wilayah lere tersebut mantap kalau
dengan pengelolaan secara intensif. Produktivitasnya rendah, rumput
atau alang-alang.
2. Air Sumur atau Ledeng
Air sumur atau ledeng masyarakat di daerah lere berwarna
kuning, hal ini mungkin dipengaruhi karena kondisi tanah yang
kurang baik. Dengan rasa payau, dan berbau kalau dicium langsung.
Air sumur/ledeng terlihat keruh dan pada musim kemarau
kelangsungan perairannya kering.
3. Air Sungai
Air sungai dilingkungan ini berwarna agak coklat dan memiliki rasa
payau serta agak berbau kalau dicium langsung. Kondisi airnya keruh
berlumpur. Kelangsungan air sungai ini, apabila musim kemarau ada
perubahan tapi tidak sampai kering. Keadaan dilingkungan ini dapat
mengakibatkan pencemaran air. Pencemaran air yaitu masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, atau komponen lain oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air menurun ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air dapat berupa gas, bahan – bahan terlarut, dan
partikulat. Pencemaran memasuki badan air dengan berbagai cara,
misalnya melalui tanah, limpahan pertanian, limbah domestik dan
perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain – lain.

4. Atmosfer
Suhu udara di daerah peneiltian ini, yaitu di daerah lere berkisar
antara 28-30 0C. Dimana penyinaran matahari terlihat 6-8 jam sehari.
Dan tembus pandang jauh dan jelas.

B. Komponen Biologi
Pada daerah kelurahan Lere bagian muara sungai dan pinggiran
sungai, penyusun ekosistem kawasan tersebut dari hasil pengamatan
tersusun atas komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik di kelurahan
Lere pada kawasan sungai dan pantai terdapat 11-20 jenis tumbuhan,
sebagian besar antara lain pohon kelapa (cocos nucifera ), pohon pisang
(Musa sp), pohon kayu jawa (Lanea grandis), dan Mangrove (Avecenia
Sp) dan beberapa jenis hewan (3-5 jenis). Adapun komponen abiotiknya
yaitu seperti air, tanah, batu, pasir, kerikil, cahaya, suhu ,angin dan
sebagainya.
Di daerah ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman flora dan
fauna. Untuk keanekaragaman flora terdapat sekitar 11-20 jenis
tumbuhan. Diantaranya pohon kelapa, pohon pisang, bakau, pohon
mangga, dll. Dan untuk keanekaragaman fauna terdapat 3-5 jenis hewan.
Diantaranya hewan laut, kucing, dll. Dari keanekaragaman flora dan
fauna tersebut, ada beberapa diantaranya yang dapat bernilai ekonomis.
Untuk jenis flora ekonomis terdapat 3-5 jenis tanaman ekonomis, yaitu
pohon kelapa, pohon pisang, dan pohon mangga. Sedangkan jenis fauna
ekonomis terdapat 3-5 jenis fauna ekonomis. Potensi pemanfaatannya
bias dikatakan cukup. Dilihat dari lingkungan sekitar kelurahan lere
potensi hama dan penyakitnya bias dikatakan besar. Karena lingkungan
yang tidak dirawat dan dilindungi. Masih banyak sampah yang berserakan
dimana-mana. Dan juga masih terlihat genangan air yang cukup banyak,
sehingga nantinya dapat menyebabkan penyakit. Eutrofikasi (proses
perkembangan tumbuhan air yang cepat karena memperoleh zat
makanan yang berlimpah akibat pemupukan yang berlebihan)
dikelurahan lere yaitu sudah ada pendaratan, dan sudah ada juga
rumput-rumput.

C. Komponen Sosekbud (Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi)


1. Sosial Budaya
Pada umumnya dalam menjalani kehidupan, manusia tidak dapat
hidup sendiri, melainkan cenderung hidup bersosialisasi dan
berbudaya. Kepadatan penduduk diwilayah lere lebih dari 100 orang.
Pertambahan penduduk selama 10 tahun terakhir lebih dari 3,50%,
angka kelahiran per 1000 orang per tahun sekitar 20-30 orang, angka
kematian bayi per 1000 orang per tahun kurang dari 25 orang, angka
kematian anak-anak per 1000 orang per tahun yaitu kurang dari 5
orang.
Di daerah ini, kelurahan lere tenaga kerja dalam masyarakat
kurang dari 40% penduduk berumur di bawah 25 tahun. Dan
perbandingan antara wanita dan pria, yaitu sebanding atau sebaliknya
0,80 – 0,89%. Dalam 1 KK terdiri dari 3-4 orang. Dan terdiri dari 2
suku, yaitu kaili dan bugis. Namun yang lebih dominan adalah suku
kaili. Fasilitas pendidikan di daerah ini sudah cukup lengkap, yaitu ada
sampai SLTA dan taman kanak-kanak. Dengan besar kelas sekitar 30-
35 orang. Persentase anak umur 7-12 tahun yang masih sekolah
sekitar 60-70%. Tingkat pendidikan guru SD rata-rata kebanyakan S1.
Persentase penduduk yang mampu berbahasa Indonesia diatas
70%. Penduduk (diatas 7 tahun) yang aktif menjalankan perintah
agama sekitar diatas 60% karena tersedianya fasilitas peribadatan
disekitar wilayah lere tersebut. Adat istiadat dan budaya tradisional
yang terdapat diwilayah lere masih dilestarikan dan dikembangkan,
karena mayoritas asli dari lere tersebut sebagian besar suku kaili.
2. Sosial Ekonomi
Pada kelurahan lere ini, masih ada sekitar 5-10% tenaga kerja
mencari pekerjaan. Pendapatan penduduk rata-rata perorang
perbulan diatas Rp. 1.000.000,-. Keadaan harga bahan kebutuhan
pokok yaitu sama dengan indeks harga konsumen.

D. Komponen Kesmas (Kesehatan Masyarakat)


Pada umumnya, bangunan rumah di lingkungan ini setengah
permanen dan jenis keadaannya baik. Lantai rumah dan dinding rumah
berjenis kedap air dan mudah dibersihkan serta atap rumahnya bukan
atap kandungan asbes. Pada umumnya masyarakat sekitar daerah itu
tidak memiliki tempat pembuangan sampah, karena masyarakat lebih
sering membuang sampah ke sungai dan karena tidak adanya fasilitas
tempat sampah dari pemerintah setempat. Fasilitas dalam rumah
umumya tersedia WC dan kamar mandi.
Pada daerah ini, ketersediaan perumahan rata-rata jumlah
penghuni per rumah yaitu 5-10 orang. Keadaan kesehatan penduduk,
persen seminggu sekali sakit yaitu sekitar 5-10%. Adapun cara mengatasi
keadaan sakit, persentase yang mendapat pertolongan dokter, rumah
sakit, puskesmas, menteri kesehatan, dsb sekitar di atas 50%. Dan
jumlah petugas kesehatan lebih dari 1 orang.

E. Sarana dan Prasarana Umum


Masyarakat diwilayah lere sebagian besar sudah mempunyai
kendaraan sendiri. Wilayah lere tersebut merupakan tempat yang dapat
dicapai dengna kendaraan umum. Pelayanan air bersih tiap 1.000 orang
yaitu sekitar lebih dari 200 orang. Akan tetapi ada juga yang masih
mendapatkan air yang kurang bersih karena pengaruh dari sungai yang
berdekatan dengan perumahan masyarakat lere tersebut. Pelayanan
listrik tiap 1.000 orang lebih dari 200 orang.

BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
masih perlu kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan sekitar. Karena melihat sungai-sungai yang
tercemar akibat sampah dari masyarakat sekitar. Hal ini juga perlu diatasi
dengan dibuatnya drainase, sehingga dapat mencegah tergenangnya air
ketika terjadi hujan.

IV.2. Saran
Disarankan agar perlu dilakukan penyampaian kepada masyarakat untuk
lebih menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Serta pemerintah
perlu membuat drainase untuk mencegah terjadinya genangan air saat
hujan.

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

DI KELURAHAN LERE, KECAMATAN PALU BARAT


NAMA : NAJEIYAH

STAMBUK : G 701 11 002

KELAS :A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
hidayah dan rahmat-Nya yang diberikan kepada praktikan berupa
kesehatan rohani dan jasmani sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan praktikum kajian lingkungan hidup yang dapat diselesaikan
dengan baik.

Dalam menyelesaiakn penulisan laporan ini, praktikan banyak


menemukan hambatan, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari
pihak-pihak yang telah membantu serta para asisten praktikum kajian
lingkungan hidup yang telah banyak membimbing kami dengan baik,
praktikan dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa
praktikan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu dalam membuat laporan ini hingga laporan lengkap
praktikum kajian lingkungan hidup ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tidak lupa praktikan menyadari bahwa penulisan laporan


lengkap ini masih belum sempurna, oleh karena itu untuk memperbaiki
laporan lengkap ini praktikan mengharapkan kritik-kritik dan saran-
saran yang membangun. Semoga laporan lengkap ini bermanfaat bagi
praktikan khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta dapat
dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi pedoman bagi praktikan-
praktikan kajian lingkungan hidup selanjutnya. Atas perhatiannya
diucapkan terima kasih.

Palu, 20 November
2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. i

Daftar Isi ……………………………………………………………….. ii

BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………….. 1

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………………... 3

BAB III Analisis Kualitatif Lingkungan


a. Komponen Fisik Kimia ………………………………………………………. 5
b. Komponen Biologi ………………………………………………………. 6
c. Komponen Sosekbud ………………………………………………………. 6
d. Komponen Kesmas ………………………………………………………. 8
e. Sarana dan Prasarana ………………………………………………………. 8

BAB IV Penutup
Kesimpulan ……….………………………………………………………. 9
Saran ……….………………………………………………………. 9

Lampiran ………..……………………………………………………. . 10

Anda mungkin juga menyukai