Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN
NOMOR SE-3/BC/2022

TENTANG
PEDOMAN KERJA SAMA PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN
KEGIATAN DALAM RANGKA PENGGUNAAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL
TEMBAKAU DI BIDANG PENEGAKAN HUKUM OLEH PEMERINTAH DAERAH

Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJBC


2. Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam
3. Para Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

A. Umum
Bahwa dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.07/2021 tentang
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau,
dipandang perlu untuk memberikan pedoman bagi Kantor Bea dan Cukai dalam melakukan
kerja sama penyusunan rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam rangka penggunaan
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) di bidang penegakan hukum dengan
pemerintah daerah penerima alokasi DBH CHT yang berada di wilayah kerjanya.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan Surat Edaran ini adalah untuk memberikan pedoman bagi Kantor Bea
dan Cukai dalam melakukan kerja sama penyusunan rencana kerja dan pelaksanaan
kegiatan penggunaan DBH CHT di bidang penegakan hukum dengan pemerintah daerah
agar berjalan efektif dan efisien.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Surat Edaran ini meliputi:
1. Pedoman kerja sama penyusunan rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan penggunaan
DBH CHT di bidang penegakan hukum;
2. Pedoman koordinasi penyediaan/pemeliharaan sarana dan/atau prasarana kegiatan
pemberantasan Barang Kena Cukai (BKC) ilegal.

D. Dasar Hukum
1. Pasal 66C Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.01/2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Otonomi Khusus sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.07/2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Otonomi Khusus;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.01/2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Keuangan; dan
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.07/2021 tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

E. Pedoman Kerja Sama Penyusunan Rencana Kerja


1. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Kanwil DJBC)/Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai (KPUBC)/Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
(KPPBC) melakukan kerja sama penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di
bidang penegakan hukum dengan pemerintah daerah sebagai bahan pembuatan
Rancangan Kegiatan dan Penganggaran (RKP) DBH CHT bersama koordinator
pengelola penggunaan DBH CHT pemerintah daerah dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Kanwil DJBC berkoordinasi dengan koordinator pengelola penggunaan DBH CHT
pemerintah daerah provinsi di wilayah kerjanya yang mendapatkan alokasi DBH
CHT;
b. KPUBC/KPPBC berkoordinasi dengan koordinator pengelola penggunaan DBH
CHT pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah kerjanya yang mendapatkan
alokasi DBH CHT;
c. Dalam hal suatu provinsi/kabupaten/kota berada di lebih dari satu Kanwil
DJBC/KPPBC, koordinasi dilakukan secara bersama oleh Kanwil DJBC/KPPBC
tersebut.
2. Kerja sama penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di bidang penegakan
hukum dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kerja sama penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di bidang
penegakan hukum sebagai bahan RKP DBH CHT pemerintah daerah untuk tahun
anggaran 2022 dilakukan paling lambat bulan Februari 2022;
b. Kerja sama penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di bidang
penegakan hukum sebagai bahan RKP DBH CHT pemerintah daerah untuk tahun
anggaran setelah tahun anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan
paling lambat bulan November pada tahun sebelum pelaksanaan kegiatan.
3. Kerja sama penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di bidang penegakan
hukum paling sedikit membahas tentang rincian kegiatan, target keluaran kegiatan,
perkiraan pagu kegiatan, dan rincian pendanaan pada kegiatan sebagai berikut:
a. Pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan kawasan industri tertentu hasil
tembakau dalam hal terdapat daerah kabupaten/kota yang berpotensi untuk
dibangun Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT);
b. Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
1) Penyampaian informasi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
cukai kepada masyarakat dan/atau pemangku kepentingan dalam bentuk:
a) Sosialisasi yang dikemas dalam kegiatan keagamaan, hiburan rakyat (pentas
seni/budaya dan olahraga), atau dalam bentuk kegiatan lainnya, sepanjang
terdapat penyampaian informasi ketentuan di bidang cukai;
b) Sosialisasi langsung baik secara konvensional tatap muka maupun melalui
media dalam jaringan;
c) Talkshow/podcast melalui media elektronik dan/atau media dalam jaringan;
dan/atau
d) Iklan melalui media cetak, media elektronik, atau media dalam jaringan.
2) Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang cukai.
c. Program Pemberantasan BKC ilegal dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1) Pengumpulan informasi peredaran BKC ilegal;
2) Operasi bersama pemberantasan BKC ilegal dalam bentuk:
a) Pembentukan tim satuan tugas pemberantasan BKC ilegal;
b) Operasi pasar bersama; dan/atau
c) Operasi pemberantasan BKC ilegal baik di wilayah produksi maupun di
wilayah pemasaran.
3) Penyediaan/pemeliharaan sarana dan/atau prasarana pendukung kegiatan
pemberantasan BKC ilegal.
4. Penyusunan rencana kerja penggunaan DBH CHT di bidang penegakan hukum
terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 3 disesuaikan dengan skala
prioritas dan alokasi DBHCHT masing-masing daerah.
5. Untuk mendukung penegakan hukum di bidang cukai baik yang bersifat preventif
maupun represif dapat berjalan efektif, Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC dapat
mengoordinasikan penyediaan/pemeliharaan sarana dan/atau prasarana sebagaimana
dimaksud dalam angka 3 huruf c poin (3) kepada pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan referensi sebagaimana tersebut pada Lampiran.
6. Penyediaan sarana dan/atau prasarana pendukung kegiatan pemberantasan BKC ilegal
hasil koordinasi dengan pemerintah daerah dilakukan dengan metode sewa,
dikecualikan terhadap sarana dan/atau prasarana yang tidak dimungkinkan disediakan
melalui metode sewa.
7. Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC melakukan pembahasan rencana kerja bersama dengan
pemerintah daerah sesuai dengan program atau kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam angka 3 sampai dengan angka 6 sebagai acuan pemerintah daerah dalam
menyusun RKP DBH CHT di bidang penegakan hukum.
8. Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC membuat notula hasil rapat berdasarkan koordinasi
penyusunan rencana kerja dengan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota paling
sedikit memuat:
a. rincian kegiatan;
b. target keluaran kegiatan;
c. perkiraan pagu kegiatan;
d. rincian sumber pendanaan.
9. Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC meminta salinan RKP DBH CHT yang telah disusun oleh
pemerintah daerah untuk digunakan sebagai persandingan dengan hasil rapat
koordinasi serta sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
bersama.
10. Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC dapat menggunakan hasil koordinasi dengan pemerintah
daerah yang termuat dalam RKP DBH CHT dan rincian pagu kegiatan pada notula hasil
rapat sebagai acuan dalam hal pemerintah daerah akan mengalihkan kelebihan
anggaran di bidang penegakan hukum.

F. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan


1. Pejabat Bea dan Cukai melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan berdasarkan
RKP DBH CHT yang disusun oleh pemerintah daerah dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pejabat Bea dan Cukai memberikan saran, masukan dan/atau tindakan yang
diperlukan kepada pemerintah daerah, pengelola KIHT, atau pengusaha pabrik
yang berada dalam KIHT terhadap kegiatan pembangunan, pengelolaan, dan
pengembangan kawasan industri tertentu hasil tembakau.
b. Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai:
1) Pejabat Bea dan Cukai menghadiri kegiatan sosialisasi ketentuan di bidang
cukai sebagai narasumber maupun observer untuk memastikan materi/informasi
yang disampaikan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Isi materi yang disampaikan dapat berasal dari Pejabat Bea dan Cukai maupun
dari pemerintah daerah;
3) Pejabat Bea dan Cukai memastikan isi materi sosialisasi yang sifatnya satu arah
menggunakan media elektronik (videotron, iklan di televisi/radio, dll), media
cetak (koran, majalah, baliho, spanduk, brosur, leaflet, ` dan sejenisnya), atau
media dalam jaringan, harus jelas, mudah dibaca, dan dominan;
4) Seluruh kegiatan sosialisasi ketentuan di bidang cukai dibiayai DBH CHT.
c. Program Pemberantasan BKC ilegal:
1) Pengumpulan informasi peredaran BKC illegal.
a) Penyampaian informasi peredaran BKC ilegal oleh pemerintah daerah pada
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dilakukan melalui
aplikasi berbasis web yang dapat diakses melalui laman
https://siroleg.beacukai.go.id;
b) Penyampaian informasi peredaran BKC ilegal oleh pemerintah daerah selain
sebagaimana dimaksud dalam poin a) dapat menggunakan aplikasi berbasis
web melalui laman https://siroleg.beacukai.go.id atau media penyampaian
informasi lainnya;
c) Pejabat Bea dan Cukai memberikan akses aplikasi sebagaimana dimaksud
pada huruf a) kepada Pejabat Bea dan Cukai dan pegawai pemerintah
daerah. Dalam hal telah dibentuk tim satuan tugas pemberantasan BKC
ilegal, akses aplikasi diberikan kepada pegawai pemerintah daerah yang
termasuk dalam tim satuan tugas;
d) Informasi lain terkait BKC ilegal yang tidak dapat disampaikan melalui aplikasi
sebagaimana dimaksud pada huruf (a), dapat disampaikan melalui media
penyampaian informasi lainnya;
e) Pejabat Bea dan Cukai dapat menindaklanjuti informasi yang diberikan
pemerintah daerah setelah dilakukan analisis intelijen;
f) BKC ilegal terkait pengumpulan informasi pelanggaran seluruhnya diserahkan
kepada Bea dan Cukai.
2) Operasi bersama pemberantasan BKC ilegal.
a) Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC mengusulkan pembentukan tim satuan tugas
pemberantasan BKC ilegal kepada koordinator pengelola penggunaan DBH
CHT pemerintah daerah;
b) Tim satuan tugas dibentuk oleh pemerintah daerah dengan anggota paling
sedikit terdiri atas:
- Pejabat Bea dan Cukai; dan
- Pegawai pada Pemerintah Daerah;
Dalam hal diperlukan dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lainnya;
c) Jumlah anggota tim satuan tugas disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing daerah;
d) Koordinator sarana dan/atau prasarana ditentukan dalam tim satuan tugas
pemberantasan BKC ilegal;
e) Pelaksanaan operasi bersama pemberantasan BKC ilegal dilakukan oleh
Pejabat Bea dan Cukai bersama:
- Tim satuan tugas pemberantasan BKC ilegal; atau
- Dalam hal tidak dimungkinkan dibentuk tim satuan tugas pemberantasan
BKC ilegal, kegiatan dilaksanakan bersama pegawai pemerintah daerah
yang ditentukan oleh koordinator pengelola penggunaan DBH CHT;
f) Pelaksanaan operasi bersama pemberantasan BKC ilegal meliputi:
- Operasi pasar bersama; dan/atau
- Operasi bersama pemberantasan BKC ilegal baik di daerah produksi
maupun di daerah pemasaran sampai dengan tahap penyelesaian
perkara atas hasil penindakan;
g) Pejabat Bea dan Cukai menentukan sasaran dan wilayah operasi bersama
atas analisis intelijen yang dilaksanakan;
h) Barang hasil penindakan diserahkan kepada Bea dan Cukai untuk
ditindaklanjuti.
2. Seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud angka 1 huruf b dan huruf c dibiayai oleh
anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota
yang bersumber dari DBH CHT.
3. Pejabat Bea dan Cukai mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilaksanakan
bersama pemerintah daerah untuk digunakan sebagai laporan penilaian kinerja
pemerintah daerah dalam penggunaan DBH CHT.

G. Penutup
Para Kepala Kanwil DJBC/KPUBC/KPPBC agar melaksanakan Surat Edaran ini dengan
sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab, serta melakukan pemantauan atas
pelaksanaan Surat Edaran ini di lingkup unit masing-masing yang diberikan wewenang
koordinasi dengan pemerintah daerah di wilayahnya.

Demikian disampaikan untuk diketahui dan dipergunakan sebagai pedoman.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Februari 2022
Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Askolani
LAMPIRAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
CUKAI NOMOR SE-3/BC/2022
TENTANG
PEDOMAN KEPALA KANTOR BEA DAN CUKAI
DALAM KERJASAMA PENGGUNAAN DANA BAGI
HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI BIDANG
PENEGAKAN HUKUM OLEH PEMERINTAH
DAERAH

Sarana dan/atau Prasarana Pendukung Pemberantasan BKC Ilegal

No. Nama Barang Keterangan


Contoh: Heimann Smiths / Smiths Detection tipe
1. Mesin / Mobile X-Ray
ScanVan 8585
2. Kendaraan Operasional Satgas Motor, Minibus, Double Cabin, Pick Up
PC/Komputer/Tablet/Handphone/ Dalam rangka pengoperasian aplikasi Siroleg
3.
software informasi BKC ilegal (sistem informasi rokok ilegal)
4. Action Camera Dokumentasi di lapangan

5. Spy Camera Dokumentasi di lapangan


6. Spy Recorder Dokumentasi di lapangan
7. Alat deteksi pita cukai Mendeteksi keaslian pita cukai palsu
8. GPS Tracker GPS Magnetik Mini
9. Drone Dokumentasi di lapangan
10. Handy Talky (HT) Alat komunikasi 2 arah atau lebih
11. Repeater Penguat sinyal dan memperluas jaringan
12. Teropong Malam Untuk memantau objek di malam hari
13. Nicotin dan Narcotic Test Alat uji dan dokumentasi di lapangan
Jasa Peta Kerawanan Berbasis Aplikasi digunakan bersama bea cukai dan
14.
Aplikasi pemerintah daerah
15. CCTV Pengawasan lokasi terindikasi pelanggaran

16. Saran dan/atau prasarana lainnya yang dapat membantu pemberantasan BKC ilegal

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik


Askolani

Anda mungkin juga menyukai