Anda di halaman 1dari 143

Kapita Selekta Anatomi Terkait dengan Klinis

oleh : Santoso Gunardi

Pembahasan
Anatomi permukaan / proyeksi organ pada
permukaan tubuh
Anatomi organ tubuh secara sepintas
Akibat trauma pada struktur tubuh
Tanda yang dapat dikenali akibat trauma /lesi pada
struktur tubuh
Columna vertebralis dilihat dari lateral

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Anatomi permukaan
processus spinosus V. C2: teraba tonjol tulang yang
terletak paling superior pada garis tengah di bawah
cranium.
Processus spinosus V. C7 terlihat sebagai tonjol pada
garis tengah di dasar leher, bila leher flexi.
Processus spinosus T1 terlihat sebagai tonjol pada
garis tengah, dan lebih mencolok dibanding
processus spinosus C7.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia
Anatomi permukaan
Pangkal spina scapulae terletak setinggi processus
spinosus V. T3
Angulus inferior scapulae terletak setinggi
processus spinosus V. T7.
Processus spinosus V. T12 terletak setinggi titik tengah
garis vertikal yang menghubungkan
angulus inferior scapulae dengan crista iliaca

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Anatomi permukaan
Garis horizontal antar titik tertinggi crista iliaca
masing-masing sisi memotong processus spinosus V.
L4.
Lekukan pada daerah sacral/sacral dimples
menandai posisi spina iliaca posterior superior,
terletak setinggi processus spinosus V. S2.
Ujung coccyx dapat dipalpasi pada dasar columna
vertebralis di antara kedua tonjolan bokong

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Foramen intervertebrale
Dibentuk oleh incisura vertebralis inferior pada
pediculus vertebra di atasnya dengan incisura
vertebralis superior pada pediculus vertebra di
bawahnya
Dilewati N. spinalis dan pembuluh darah.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Discus intervertebralis
terdiri atas annulus fibrosus di bagian luar, yang
mengelilingi nucleus pulposus di bagian tengahnya
Perubahan degeneratif pada annulus fibrosus dapat
menyebabkan herniasi nucleus pulposus. Herniasi
ke arah posterolateral  menekan radix nervus
spinalis di dalam foramen intervertebralis
Dislokasi (subluksasi) atlantoaxialis
karena Lig. transversum atlantis robek akibat trauma
atau rheumatoid arthritis.  mobilitas dens di dalam
canalis vertebralis  berisiko bagi bagian cervicalis
medulla spinalis (menimbulkan quadriplegia)
dan/atau medulla (paralisis pernapasan kematian
mendadak)
CEDERA HYPEREXTENSI (WHIPLASH)
• hyperextensi daerah cervical. Cedera whiplash yang
umum: ketegangan otot paravertebralis dan leher.
Cedera yang lebih berat: Lig. longitudinale anterius
dan tempat lekat bagian anterior discus
intervertebralis robek serta pelebaran celah
intervertebrale.
Art. coxae

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Dislokasi articulatio coxae

ke arah anterior ke arah posterior

Jarang terjadi. Caput femoris karena trauma (mis. lutut


menyangkut pada Lig. yang flexi terdorong ke
iliofemorale. Extremitas belakang). Caput femoris
inferior berotasi ke arah luar menyangkut di posterior
dan abduksi. A. femoralis terhadap Lig. iliofemorale dan
dapat terganggu tepi posterior acetabulum
dapat fraktur. Extremitas
inferior berotasi ke arah
dalam, adduksi, dan tungkai
lebih pendek
Patah tulang collum femoris
Suplai darah untuk caput dan collum didapat dari
cincin arteri yang terbentuk di sekitar pangkal collum
femoris. Patah tulang collum femoris dapat
mengganggu pembuluh-pembuluh darah tersebut
dan menyebabkan nekrosis caput femoris.
Sering pada perempuan tua dengan osteoporosis
Terjadi tepat di sebelah distal caput femoris (yakni,
lokasi subcaput). Extremitas inferior berotasi ke arah
luar dan tungkai lebih pendek

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisii bahasa Indonesia


Pendarahan extremitas inferior

Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human


Anatomy; 2004
Articulatio genu dan ligamenta

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Tes klinis untuk robekan pada ligamenta
cruciata genus
■ Anterior drawer positif apabila caput tibiae bagian
proximal pasien yang terlentang dapat ditarik ke arah
anterior pada femur.
Genus diflexikan 90° dan calcaneus dan plantar pedis
diletakkan di atas suatu alas. Apabila tibia bergerak ke
arah depan  ligamentum cruciatum anterius robek.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Tes klinis untuk robekan pada ligamenta
cruciata genus (2)
■ Posterior drawer test positif apabila caput tibiae
bagian proximal pasien yang terlentang dapat
didorong ke arah posterior pada femur.
Genus diflexikan mendekati 90° dengan pedis dalam
posisi netral. Apabila dataran tibia bergerak ke arah
posterior ligamentum cruciatum posterius robek

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Memeriksa ligg. collaterale tibiale dan fibulare
Genu dextra dilihat dari posterolateral

N. Fibularis communis dapat cedera akibat


trauma dari sisi lateral foot drop
Tendo Achilles putus

Tes Thomson (Simmond): pijat


betis tepat di sebelah distal
diameter maksimum betis. Jika
tendo Achilles baik, terjadi
plantar fleksi kaki
Articulatio talocruralis
.
Diperkuat oleh ligamenta yang menghubungkan
malleolus medialis dan malleolus lateralis menuju
tulang tarsi. Lig. Mediale (deltoideum) terdiri atas
pars tibiotalaris anterior, tibiotalaris posterior,
tibiocalcaneus, dan tibionavicularis.

Lig. laterale terdiri atas : Lig. talofibulare anterius, Lig.


calcaneofibulare, dan Lig. talofibulare posterius

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Ligamenta talocruralis

Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human Anatomy; 2004


Ligamentum mediale (deltoideum)

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Cedera articulatio talocruralis
Dapat berupa patah tulang atau disrupsi ligamentum.
Sering terjadi karena inversi sendi  Lig. talofibulare
anterius dan Lig. calcaneofibulare dari ligamentum
laterale mengalami disrupsi. Sekali mengalami
disrupsi, mengakibatkan regio talocruralis menjadi
inversi  seringkali menyebabkan patah tulang pada
malleolus medialis atau robekan parsial Lig. mediale
(deltoideum)

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Articulatio intertarsale
untuk inversi, eversi, supinasi, dan pronasi kaki
■ Inversi dan eversi adalah memutar seluruh regio
plantaris pedis, masing-masing ke arah dalam dan ke luar.
■ Pronasi adalah memutar bagian depan kaki ke
arah lateral, relatif terhadap regio dorsalis pedis; supinasi
adalah gerak sebaliknya
• Art. Subtalaris
• Art. talocalcaneonavicularis
• Art. Calcaneocuboidea

• 2 sendi terakhir disebut sendi


tarsi transversa
Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia
Pelvis dan ikat-ikatnya

Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human Anatomy; 2004


Abduksi pelvis

Abduksi oleh Mm. glutaeus


medius dan minimus
Tanda Trendelenburg
terjadi pada
• kelemahan atau paralisis musculi abductores (glutaeus
medius dan glutaeus minimus) pelvis.
• pasien berdiri pada satu extremitas. Apabila berdiri
pada extremitas yang sakit, pelvis tampak turun saat
extremitas inferior yang sehat diangkat/berayun
Sebab :
1. Kelemahan otot abductor panggul, misalnya paresis N.
glutaeus superior
2. Masalah art coxae: dislokasi coxae kongenital
3. Masalah nyeri art coxae: osteoarthritis.
Langkah Trendelenberg
• Pada langkah
Trendelenberg, fungsi
otot abductor jelek ketika
beban berat ditahan pada
sisi yang terganggu
separuh pelvis sisi
kontralateral akan turun
Foot drop terjadi pada kelumpuhan N. peroneus communis.
Langkah kaki diangkat tinggi untuk menyembunyikan
kelemahan kaki.
Penderita dengan perbedaan panjang tungkai dapat berjalan
pada ujung jari kaki (talipes equinus) sisi tungkai yang lebih
pendek, dengan kompensasinya fleksi panggul dan lutut pada
sisi tungkai yang lebih panjang.
Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia
Dislokasi articulatio sternoclavicularis
• Karena trauma pada ujung medial clavicula
• Dislokasi clavicula ke posterior dapat mengenai
pembuluh-pembuluh darah besar
Patah tulang clavicula
sering patah karena tulang ini
kecil dan gaya besar disalurkan
dari extremitas superior menuju
tubuh.
Lokasi: sepertiga tengah,
proximal dari perlekatan Lig.
coracoclavicularis.
Akibatnya: pergeseran fragmen
proximal ke atas karena tarikan
M. sternocleidomastoideus dan
pergeseran fragmen distal ke
bawah karena tarikan M.
deltoideus dan gravitasi.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia
Dislokasi art. acromioclavicularis
Trauma kecil merobek
capsula articularis dan Lig.
sendi acromioclavicularis 
art. acromioclavicularis
terpisah.
Trauma berat memutus Lig.
conoideum dan Lig.
trapezoideum dari Lig.
coracoclavicularis  clavicula Tampak: lengan menggantung lebih
elevasi dan subluksasi ke rendah; pembuncitan puncak bahu
atas. karena perpindahan clavicula ke atas;
penekanan ke bawah ujung lateral
clavicula dan melepaskannya,
menyebabkan pantulan kembali (“ tanda
Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia tuts piano”)
Wing scapula /scapula alata

Karena kerusakan N. thoracalis longus yang


mempersarafi M. serratus anterior
Dislokasi art. humeri
Dislokasi ke anteroinferior dan terkait dengan trauma. Caput
humeri terletak di sebelah antero inferior terhadap
processus coracoideus scapulae.

Kontur bulat bahu hilang, teraba lekukan di bawah acromion,


dan caput humeri teraba pada axilla.

N. dan A. axillaris serta divisi dan fasciculus plexus brachialis


dapat cedera karena kompresi oleh caput humeri
Efek “pemanjangan” humerus dapat meregangkan N. radialis
yang melekat di dalam sulcus nervi radialis kelumpuhan
N. radialis wrist drop
Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia
Dislokasi art humeri
Patah tulang humerus
• N. radialis dan A. profunda brachii bisa teregang atau
terputus , menyebabkan kerusakan dan hilangnya fungsi.
• Gejala: kelemahan sendi radiocarpea (wrist drop, akibat
hilangnya persarafan untuk musculi extensorum)
dan perubahan sensoris
kulit dorsum manus

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Patah tulang humerus proximal

Biasanya terjadi di sekitar


collum chirurgicum humeri.
N. axillaris dan A. circumflexa
humeri posterior dapat
mengalami kerusakan,
namun jarang terjadi.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human Anatomy; 2004
Articulatio cubiti

1. Art. Humeroulnaris 
flexi dan extensi lengan
bawah
2. Art. Humeroradialis 
flexi dan extensi lengan
bawah
3. Art. Radioulnaris 
pronasi dan supinasi
lengan bawah

Grant: Atlas of Anatomy


Ligamenta articulatio cubiti

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Siku tertarik

Terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun.


Kelainan disebabkan tarikan keras tangan anak
Capitulum radii yang belum berkembang dan
kelemahan Lig. annulare radii memungkinkan
capitulum radii mengalami subluksasi dari jaringan
ligamentum ini.
Tanda klinis: anak datang dengan lengan bawah flexi
dan pronasi ditahan dekat tubuhnya

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Dislokasi siku
Yang paling sering: dislokasi radius dan ulna ke arah
posterior terhadap ujung distal humerus.
Bergantung pada besar dan arah kekuatan dislokasi,
dapat terjadi fraktur humerus bagian distal, processus
coronoideus ulnae, atau capitulum radii.
Colles fracture

Fraktur bagian distal radius.


Gambaran klinis : deformitas seperti garpu makan
Plexus brachialis
Cedera plexus brachialis bagian
atas

Peregangan antara kepala dengan


bahu
Cedera truncus superior C5-6
• Erb-Duchenne paralysis
• Kelemahan M.deltoideus,
M.supraspinatus,
M.infraspinatus, M.biceps,
M.brachialis, M.brachioradialis
• Melibatkan N. suprascapularis,
N. musculocutaneus dan N.
axillaris
• waiter’s tip position
(Porter’s tip hand )
– Lengan dalam posisi
endorotasi /pronasi,
adduksi
– Fleksi pada siku,
pergelangan tangan, jari-
jari tangan
Cedera bagian inferior plexus brachialis
Regangan antara
lengan dengan tubuh

akibat tarikan
lengan atas (hiperabduksi ) yg tiba-tiba, radang apex paru
Klumpke’s paralysis
Mengganggu: N.ulnaris, N.cutaneus brachii medialis,
N.cutaneus antebrachii medialis, N medianus, N.thoracalis
longus (wing scapula )
Cedera N. radialis
• Sebuah penopang jenis-ketiak yang terlampau
panjang dapat menekan fasikulus posterior,
menimbulkan kelumpuhan N. radialis

Fasikulus posterior
Perhatikan struktur yang terpotong bila terjadi
sayatan di pergelangan tangan
Lesi N. medianus
( Preacher’s hand/jari
penginjil )
– Otot flexor t.u bagian radius
– 2 jari lat flexi (-)
– 1 jari tangan flexi ↓
– Jari 4 &5 flexi

N. medianus
Lesi N. ulnaris

N. ulnaris
Fraktur phalanx

• Deformitas fraktur
phalanx menimbulkan
rotasi.
• Normal jari tangan tidak
bersilangan pada fleksi
jari-jari di art MCP dan
IP. Jari-jari mengarah ke
os scaphoideum.
Cranium
• Tulang cranium saling dilekatkan oleh sutura;
Kecuali mandibula yang membentuk rahang bawah
• dibagi menjadi:
■ kubah di superior (calvaria), yang menutupi cavum
cranii;
■ basis: dasar cavum cranii;
■ bagian anterior inferior—tulang-tulang facialis
(viscerocranium).
cranium

• tulang cranial untuk mengurung otak ( os frontale,


occipitale, ethmoidale, sphenoidale yang tak
berpasangan dan ossa parietales dan temporales
yang berpasangan);
• tulang wajah (tulang lacrimale, nasale, palatinum,
concha nasalis inferior, maxilla, dan zigomaticum
yang perpasangan dan vomer dan mandibula yang
tidak berpasangan).
cranium
• os Ethmoidale
• # Terletak antar orbita dan
terdiri atas lamina cribrosa,
lamina perpendicularis,
dan dua masa lateral yang
mengurung sel hawa /
cellulae ethmoidalis.
SUTURA TULANG TENGKORAK
# Merupakan sendi fibrosa antar tulang tengkorak
yang tidak bergerak.
• A. Sutura coronalis: terletak antara os frontale dan
kedua os parietale.
• B. Sutura sagittalis: terletak antara kedua ossa
parietales.
• C. Sutura squamosa (squamoparietalis): terletak
antara os parietale dan bagian squamosa ossis
temporalis.
• D. Sutura lambdoidea: terletak antara kedua ossa
parietales dan os occipitale.
SUTURA
Perkiraan posisi A. meningea media

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Patah tulang bagian pterion

• Pterion adalah daerah melingkar pada aspek lateral


cranium, tempat tulang frontale, parietale,
sphenoidale, dan temporale bertemu. Di sebelah
dalam dari pterion terdapat arteria meningea
media.
• Cedera pada titik ini dapat merusak arteria tersebut
 mengakibatkan hematoma extradurale yang
dapat berakibat fatal.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Perdarahan extradurale
Karena kerusakan A. meningea media, yang
khususnya berada pada daerah pterion. Darah
terkumpul di antara lamina externa dura mater dan
calvaria

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


ABLATIO RETINA

• akibat trauma kepala


atau dapat kongenital.
Tempat ablatio adalah
antara epitel pigmen
di lapisan luar dan
saraf retina di lapisan
dalam (yakni, lapis
segmen luar sel
batang dan kerucut
saraf retina
Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human Anatomy;
2004
LUKA TUSUK PADA DINDING DADA DI ATAS
CLAVICULA
Mengganggu struktur pada pangkal leher: A.
subclavia, truncus inferior plexus brachialis dapat
terpotong keterlibatan N. ulnaris dan kehilangan
sensoris pada aspek medial lengan atas, lengan
bawah, dua jari terakhir (dermatom C8 dan T1).
Pleura cervicalis dan apex pulmonis dapat terpotong,
 pneumothorax terbuka dan kolaps paru.

Ref: RL Drake et al: Gray Dasar-dasar Anatomi edisi bahasa Indonesia


Biopsi nodus lymphaticus scalenus

Nodus lymphaticus scalenus terletak di balik clavicula,


dikelilingi oleh pleura, ductus lymphaticus, dan N.
phrenicus. Kerusakan tidak sengaja terhadap strukur
tersebut dapat menyebabkan gangguan klinis :
pneumothorax, kebocoran lymphe, dan paralisis
diaphragma
Saluran lymphe yang bermuara ke dalam
sistem vena di pangkal leher
Arthur F.D., Douglas J.G: Grant’s Dynamic Human Anatomy; 2004
Mediastinum
Pembagian mediastinum
Letak jantung dalam mediastinum medius
Basis di atas, apex di bawah
Apex berbeda dengan ictus
cordis
• Ictus cordis: tempat
pukulan jantung  tempat
ventriculus sinistra
menyentuh dinding dada
sewaktu sistole
Mediastinum sisi kanan dan kiri serta isinya
V. Cava superior
Trachea
C6 – Th4/5

V: a. anonyma, a. carotis
communis kiri, v. ano-
nyma ki, thymus
Ki: a. carotis comm. Ki
a. subclav ki, cbng-
cbng cardiac N. X &
symphaticus
Ujung caudal trachea (Th4/5)
Nnll.
tracheobronchialis,
Plexus cardiacus
profundus,
Arcus aorta,
Arcus V. azygos
Sekitar bronchus extrapulmonal
Plexus cardiacus

Pl. cardiacus superficial:


Cranial trunc pulmonalis,
dalam bg. cekung Arc.
Ao.
Pl. cardiacus prof: di su-
dut tracheobronchial,
dorsal Arc. Ao.
Oesophagus
V: trachea, n. rec. ki,
a. car. Comm ki,
a. subcl ki, arc. Aorta,
bifurk. Tr, br. Ki,
sin. Obl pericard,
atr. Ki (th 5-8)
diaphragma (Th 9-10)
Arcus aorta
V: ½ caudal manubrium
Ki ventr: paru, thymus,
4 saraf, v. intercostal
suprema kiri
Ka D: trachea,
esophagus,
n. reccurent ki,
duct thoracicus
N. Phrenicus sebagai cabang plexus cervicalis
V. Azygos dan V. hemiazygos

Muara di V C S
Muara di V. azygos
Daerah dinding depan perut

Subcostal
Titik tertinggi crista
iliaca
Pertengahan lig.
inguinale
Rongga intraperitoneal dan lapisan
peritoneum

Lipatan peritoneum:
Omentum minus
Omentum majus
Mesenterium
Ligamentum
Plica
Rongga intraperitoneal perempuan dan refleksi
peritoneum
Omentum majus dan intestinum
Bursa omentalis dan bagian-bagian omentum
majus
Bursa omentalis dan kantung hepatorenal

Foramen epiploicum
winslowi
Fossa duodenalis
Recessus ileocaecalis
Recessus intersigmoideus
Alur paracolica dextra dan sinistra
Ruang subphrenik
Right anterior
Left anterior
Right posterior / kantung
hepatorenal
Alur parakolik medial
kanan terpisah dari
cavum pelvis oleh
mesenterium
Alur paracolica dan kantung hepatorenal

Batas kantung hepato-


renal:
V: lobus dexter hati
D: ginjal kanan
Ca: fl. Coli dextra &
p. desc duodeni
Dalaman perut setelah peritoneum parietale
disingkirkan
Organ-organ retroperitoneal
Lapisan penutup pintu bawah panggul (1)
Lapisan penutup pintu bawah panggul (2)
Fascia perinei superficialis (1)
Ruptura urethrae & Vesica urinaria
Proteksi Otak
SCALP: Skin, Connective tissue, Aponeurotic Galea, Loose
connective tissue and Pericranium
• cranium
• Meninges
• Liquor cerebrospinalis
• Sawar darah - otak

105
Kulit kepala
• satuan fungsional yang terdiri atas beberapa lapis, disebut
sebagai SCALP
• S = „skin“ (kulit, Cutis)
• C = „connective tissue“ (jaringan ikat kuat, Subcutis)
• A = „aponeurosis“ (Aponeurosis epicranialis, Galea
aponeurotica dengan M. epicranius)
• L = „loose connective tissue“ (jaringan ikat longgar, lapis
subgalea yang dapat digeser)
• P = „pericranium“ (Pericranium, Periosteum calvaria)
Cavitas subarachnoidea

• Oleh karena arachnoid mater membungkus otak, secara


longgar, sementara pia mengikuti kontur permukaan otak
dengan erat, maka kedalaman cavitas subarachnoidea
sangat beragam pada daerah–daerah yang berbeda.
• Di tempat lekukan atau fissura otak yang direntangi oleh
arachnoid mater, terbentuk cisterna subarachnoidea.
Cisterna
• daerah cavum subaracnoidale dimana pia dan
arachnoidea saling berpisah lebar, akibat kontur
otak berubah.
• Cisterna subarachnoidea utama meliputi:
– Posterior cerebellomedullary cistern (Cisterna Magna)
– Lateral cerebellomedullary cistern
– Pontocerebellar cistern (cisterna pontis, ambiens)
– Quadrigeminal cistern
– Chiasmatic cistern
– Interpeduncular cistern (cisterna basalis)
– Lumbal cistern

108
cisterna
Meningeal spaces
• Extradural space or cavum epidurale
– not natural/pathologic
– between cranium and external periosteal layer
• Cavum subdurale
– not natural/pathologic
– between the dura and the arachnoid.
• Cavum Subarachnoidale :
– real space
– between arachnoid mater and pia mater.
– contains CSF, trabecular cells, cerebral arteries and superior cerebral
veins.

110
Otak

111
Functional areas of cerebral cortex

112
Daerah-daerah neocortex
Terbagi menjadi 47 daerah, area Brodmann
Secara fungsional meliputi:
(1) daerah-daerah sensorik, termasuk daerah sensorik
primer, sensorik sekunder dan daerah asosiasi,
(2) daerah-daerah motorik, termasuk motorik primer dan
daerah motorik tambahan
(3) daerah-daerah "psikik" dan prefrontal.
Cortex somatosensorik primer
(area 3, 1, dan 2)

Terletak pada gyrus postcentralis dan bagian


posterior lobulus paracentralis (lobus parietalis)
- Menerima masukan dari nucleus ventro-posterior
thalami
- Tersusun secara homunculus sensorik
- Kerusakan mengakibatkan kehilangan diskriminasi
taktil sisi kontralateral (hypesthesia dan
astereognosis)
Cortex asosiasi somatosensorik
a. Lobulus parietalis superior (area 5 dan 7)
- Menerima masukan dari area 3, 1 dan 2
- Area 7 menerima masukan visual dari area 19
- Rusak kehilangan: diskriminasi taktil,
stereognosis (mengenal bentuk) dan statognosis
(mengenal posisi bagian tubuh dalam ruang) sisi
kontralateral
Cortex asosiasi somatosensorik
b. Gyrus supramarginalis (area 40)
- Saling hubungan dengan masukan somatosensorik,
pendengaran dan visual
- Fungsi persepsi indera yang umum
Rusak Gyrus supramarginalis (area 40)
Lesi area 40  agnosia taktil.
Rusak hemisfer dominan mengakibatkan:
* Apraxia ideomotor (tidak mampu melaksanakan tugas
motorik yang rumit (mis. Bersalaman)
* Apraxia ideational (tidak mampu memperagakan
penggunaan alat)
* Apraxia fascial (tidak mampu melaksanakan gerak
wajah, mis. Menjilat bibir)
* Aphasia konduksi (pengulangan ucapan yang buruk
karena putusnya fasciculus arcuatus)
cortex visual primer (area 17)
• Di kedua tepi sulcus calcarinus lobus occipitalis
• Menerima masukan radiatio optica dari corpus geniculatum laterale
(1) menggabungkan masukan dari kedua mata menjadi satu bayangan
(2) menganalisa orientasi rangsang pada lapangan penglihatan
• Rusak: gangguan lapangan penglihatan (hemianopsia homonim
contralateral)
cortex visual sekunder dan tertier
meliputi daerah penglihatan II (area 18), daerah
penglihatan III (area 19) lobus occipitalis,
• Rusak: halusinasi visual
cortex asosiasi penglihatan
meliputi girus angularis (area 39) dan cortex temporal
bagian inferior (area-area 20 dan 21)untuk
pemahaman penglihatan

Menerima masukan dari area 18 dan 19

. Lesi area 39 hemisfer yang dominan: tidak tahu


kanan-kiri; agnosia jari (tidak mampu sebut nama
jari); agraphia (tidak mampu mengekspresikan
pikiran dalam tulisan); dyscalculia (tidak mampu
berhitung)
Cortex pendengaran primer (area 41 dan 42)
• Letak pada gyri transversus Heschel lobus temporalis
• Menerima masukan dari radiatio acustica corpus
geniculatum mediale
• deteksi perubahan frekuensi dan letak sumber suara
• Rusak: tuli unilateral sebagian, karena perwakilan cochlear
secara bilateral.
Cortex asosiasi pendengaran
(area 22)
pada bgn posterior gyrus temporalis superior. Termasuk area
bicara Wernicke
lesi area 22 sisi yang dominan: kesukaran penafsiran bunyi;
bahasa yang dibicarakan tidak ada artinya atau sukar untuk
dipahami, aphasia sensorik Wernicke (tidak memahami
bahasa tulisan dan lisan)
Hemisfer nondominan rusak: dysprosodia sensorik (tidak
mampu merasakan tinggi nada/irama bicara)
Cortex sensorik pengecap (area 43)
• Letak pada operculum dan cortex parainsular, di
dekat fisura lateralis
• Menerima masukan rasa dari nucleus VPM
thalamus
Cortex vestibular (area 2)
• Letak pada gyrus postcentralis
• Menerima masukan dari nuclei ventral
posteroinferior thalami
Cortex motorik primer (area 4)
• Letak pada gyrus precentralis dan bgn anterior
lobulus paracentralis

• Memberikan tractus corticospinalis,


corticobulbaris

• Tersusun secara homonculus motorik.

• Rangsangan: gerak otot volunter kontralateral

• Pemotongan: lesi neuron motorik atas


kontralateral.
Cortex prefrontal (area 9 -12)
• Lesi sindrom lobus frontalis:
perilaku sosial tidak wajar
Sukar adaptasi dan hilang inisiatif
Refleks mengisap dan meraba dan memegang
Apraxia langkah, incontinentia, abulia (tidak mampu
melaksankan aksi volunter) atau mutisme akinetik (keadaan
seperti koma)
Sistem limbik

- menjadi substrat anatomik yang mendasari


daya ingat, pengaturan fungsi viseral melalui
SSO, penghidu dan ekspresi emosi serta
kegiatan agresi dan sexual.
Penghidunya melibatkan hubungan emosi dan
reaksi yang berhubungan dengan bau
makanan
Sistem limbik
Meliputi kelompok struktur telencephalon,
diencephalon & otak tengah
Lobus limbik: gyrus cinguli; isthmus, gyrus
parahippocampalis, formatio hippocampalis (terdiri
atas hippocampus dan gyrus dentatus) dan uncus
(cortex olfactory primer).
Komponen-komponen utama di dalam
sistem limbik
1. Cortex orbitofrontal
2. Nucleus mediodorsal thalami
3. Nucleus anterior thalami
4. Area septal
5. Lobus limbik
6. Kompleks amydala (amygdala)
7. Hypothalamus
8. Inti-inti limbik otak tengah
Fungsi dan klinis hippocampus
• Terlibat proses belajar dan mengingat
• Rusak tidak mampu membentuk ingatan jangka
panjang
Fungsi dan klinis nucleus amygdala
• Memiliki konsentrasi tinggi reseptor opiate &
estradiol
• Rusak tenang, hilang rasa takut dan agresif
Gangguan klinis gyrus cinguli
• Rusak  akinesia, mutisme, apathy, indiferen
terhadap nyeri
Gangguan klinis corpus mamillare &
nucleus mediodorsal thalami
• Akibat alkohol kronik & defisiensi vitamin B1 
sindroma Korsakoff = sindroma amnestic-
confabulotory). Keadaan kronik lanjut 
encephalopathy Wernicke
• Amnesia, confabulasi dan disorientasi
temporospatial.
cerebellum
Kepentingan klinis Cerebellum
Sirkuit serebelar menghubungkan cerebellum dengan cortex motorik
cerebrum dan, selanjutnya melalui traktus pyramidalis, menuju
NMB.

Pemutusan pengaturan cerebellum pada cortex motorik ini


menyebabkan tanda-tanda klinis disfungsi cerebellum.

lesi-lesi hemisfer cerebellum menyebabkan tanda-tanda motorik &


koordinasi sisi ipsilateral (sindrom serebelar)

lesi-lesi hemisfer cerebri menyebabkan tanda-tanda motorik sisi


kontralateral (sindrom pyramidal)
Prasyarat pemeriksaan cerebellum
 cerebellum dan lintasan-lintasannya tidak dapat diperiksa sewaktu:
a. Tidur
b. Koma
c. Paralisis karena pemutusan traktus piramidalis
Lesi cerebellum tidak mempunyai pengaruh nyata pada kegiatan mental,
kesadaran, daya ingat, persepsi sensorik atau fungsi-fungsi otonomik.
Tanda-tanda klinik lesi cerebellum
a. Distaksia dan dismetria [karena tiada pengaturan otot
sumbu badan dan anggota badan; distaksia otot sumbu
badan dan tungkai menimbulkan suatu langkah dengan
kaki yang terbuka lebar dan tidak mantap]

b. Disartria (karena tiada pengaturan otot-otot untuk bicara)

c. Nistagmus (karena tiada pengaturan otot-otot mata)

d. Hipotonia (dasar fisiologik hipotonia yang mengikuti lesi-


lesi serebelum ini tidak jelas)
Batang otak
Meliputi medula, pons, mesencephalon.
Membentang dari decussatio pyramidum sampai
commissura posterior.
Memberikan saraf-saraf otak III - XII
Kolom memanjang melewati otak tengah, pons
dan medula
tectum, tegmentum dan basis
otak tengah (mesencephalon)
- menghantarkan reflek pendengaran dan visual

- Antara lain berisi:


*N. oculomotorius dan N. trochlearis otot
extraocular
*pusat penglihatan konjugasi vertikal pada
perluasan rostralnya
*substantia nigra, sebuah inti terbesar
pada otak tengah. Degenerasi penyakit
Parkinson
*formatio reticularis paramedian. Lesi formatio
ini koma
Fungsi formatio reticularis
Kontrol sensasi somatik dan visceral 
Memberi fasilitasi / inhibisi lintasan ascendens yang
menuju tingkat supraspinal. 
Berperan mengatur persepsi nyeri
Kontrol sistim saraf otonom.
(Kontrol yang lebih tinggi dari cortex cerebri,
hypothalamus dan dilaksanakan oleh tr.
reticulobulbaris dan tr. reticulospinalis yang turun
menuju keluaran simpatis dan parasimpatis)
Fungsi formatio reticularis
Kontrol sistem saraf endokrin.
(Melalui nuclei hypothalamus, formatio reticularis
mempengaruhi sintesa atau melepas faktor
pelepasan atau penghambatan  mengatur
aktivitas hypophysis cerebri)
Pengaruh pada jam biologik.
(Melalui lintasan-lintasan aferen dan eferennya yang
menuju hypothalamus)
Sistem pengaktif (Terjaga dan tingkat kesadaran).
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai