PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban
terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh,
5
dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil. Pada daerah lumbal facet letak
pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior
dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling
mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi
sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar.
2.1.4 Sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki
celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
2.1.5 Coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa
hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut
tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).
Discus Intervertebralis
Gambar. Diskus intervertebralis
Diantara dua buah tulang vertebrae terdapat diskus intervertebralis yang berfungsi
sebagai bentalan atau shock absorbers bila vertebra bergerak. Diskus intervertebralis
terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus
pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung mukopolisakarida. Fungsi mekanik
diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua
telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka
tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu
gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus akan melawan gaya tersebut
secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada
berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi .
VB = badan vertebrae
FA = facet artikulasi
NR = Nerve root
Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligament flavum, discus
8
Struktur wajah dan cranium anterior berada di daerah bidang saraf trigeminal.
Belakang kepala, servikal ke 2.
Leher, servikal ke 3.
Area di atas pundak, servikal ke 4.
Area deltoid, servikal ke 5.
Lengan bawah radial dan ibu jari, servikal ke 6.
Telunjuk dan jari tengah, servikal ke 7.
Jari kelingking dan tepi ulnar dari tangan dan lengan bawah, servikal ke 8 dan torakik
ke 1.
Putting, torakik ke 5.
Umbilikus, torakik ke 10.
Selangkangan, lumbal ke 1.
Sisi medial lutut, lumbal ke 3.
Jari kaki besar, lumbal ke 5.
Jari kaki kecil (kelingking), sacrum ke 1.
Belakang paha, sacrum ke 2.
Area genitor-anal, sarkum ke 3,4, dan 5.
2.2 DEFINISI
Myelopathy adalah gangguan fungsional atau struktur atau perubahan patologis dari
medula spinalis. Sedangkan radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan
dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat
mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.
Myeloradiculopathy adalah kerusakan atau gangguan atau trauma pada medula spinalis
dan gangguan pada akar medula spinalis (radiks).
2.3 KLASIFIKASI
2.3.1 Myelopati
Cedera medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplit dan tidak komplit berdasarkan
ada atau tidaknya fungsi yang dipertahankan dibawah lesi.
Table 1. Tabulasi perbandingan klinik lesi komplet dan inklomplet
Karakteristik
Motorik
Protopatik (nyeri,suhu)
Propioseptik (joint position,
vibrasi)
10
Lesi Komplet
Hilang dibawah lesi
Hilang dibawah lesi
Hilang dibawah lesi
Lesi Inkomplet
Sering (+)
Sering (+)
Sering (+)
Sakral sparing
-
Negative
Positif
Anal reflex
Sadde hipertensi
Tao
reflex
(untuk
mencukupi posisi dan
arah)
Ro. Vertebra
Cedera medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan
ada atau tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Terdapat 5 sindrom utama
cedera medulla spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Assocation
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
11
disabilitas neurologic permanent. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera
paling sering adalah VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medulla spinalis C6
dengan ciri LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan
permanen yang unilateral.
Table 2. Komarasi Karakteristik Klinik Sindrom Cedera Medulla Spinalis
Karakteristik
Central
Klinik
Kejadian
Biomekanika
Motorik
Syndrome
Sering
Hiperekstensi
Gangguan
Syndrome
Jarang
Hiperfleksi
Sering paralisis
Syndrome
Jarang
Penetrasi
Kelemahan
Cord
Syndrome
Sangat jarang
Hiperekstensi
Gangguan
anggota
gerak bervariasi,
paralisis komplet
(gangguan
ipsilateral
tractus
descenden)
desencenden (+)
biasanya
Protopatik
Gangguan
bervariasi
Propioseptik
bilateral
Sering hilang Sering
khas
Jarang
tidak total
hilang Gangguan
total
terganggu
Hilang
bervariasi
biasanya ringan
total Terganggu
ipsilateral,
gangguan tactus
Perbaikan
ascenden
buruk Fungsi
buruk, NA
namun
kelemahan
independensi
paling baik
menetap
2.3.2 Radikulopati
2.3.2.1
Radikulopati Lumbar
Radikulopati lumbar merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbar yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Radikulopati
lumbar sering juga disebut siatika. Pada radikulopati lumbar, keluhan nyeri
punggung bawah (low back pain) sering didapatkan.
Radikulopati Servikal
2.3.2.2
12
2.3.2.3
13
i. Stenosis spinal
j. Spondilitis tuberculosis
k. Spondilosis servikal
2. Proses Inflamasi
Kelainan-kelainan inflamasi sehingga mengakibatkan radikulopati adalah :
a. GuillainBarr syndrome
b. Herpes Zoster
3. Proses Degeneratif
Kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah Diabetes Mellitus.
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada myelopati dalam kondisi normal diskus merupakan penyerap getaran dan dapat
menangani tekanan gravitasi dan stress akibat pekerjaan sehari-hari. Seiring dengan
bertambahnya usia maka diskus akan kehilangan konsentrasi air dan akan berakibat
berkurangnya kemampuan untuk menyerap goncangan. Perubahan pertama adalah
munculnya annulus, penyembuhan annulus menimbulkan jaringan parut yang lebih lemah
dibandingkan jaringan normal. Trauma yang berulang adanya annulus menyebabkan
terjadinya penurunan elastisitas diskus dan tidak dapat berfungsi efektif sebagai
penyerapan getaran. Perubahan terus menerus pada diskus menyebabkan diskus kolaps,
jarak invetebra menjadi sempit sehingga mempengaruhi persendian antar vertebra.
Seiring dengan waktu pada vertebra terjadi proses penipisan dan perubahan osteoarthritis,
osteofit akan muncul pada vertebra ataupun persendiaan vertebra. Osteofit akan
menyebabkan penekanan pada saraf dan akar saraf.
Pada radykulopati Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis :
Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga lebih sering
terjadi gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang besar untuk menahan bagian
atas tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih besar dan kuat.
Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal seperti pada masa
remaja dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi atau ekstrasi diskus.
Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke posterior, medial, atau ke
sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif dapat terbentuk osteofit.
Permukaan sendi menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi
saraf
motorik
tersebut
neuromuscular tubuh. Sistem ini yangmemungkinkan tubuh kita untuk bergerak secara
terencana dan terukur.
15
Komponen LMN bermula pada sel-sel motorik (motoneuron<) di kornu anterior, berlanjut
sebagai akson yang memasuki radiks anterior saraf spinalis.
Dibagian distal pada konus, segmen-segmen medula spinalis dapat katakan berhimpithimpitan, di mana jaras kortikospinalis anterior tinggal sedikit , sehingga dapat dikatakan
bahwa bahwa lesi pada segmen tersebut akan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN.
Medula Spinalis bila dilihat penampang melintangnya tampak simetris, demikian pula
letak bangunan-bangunan di dalamnya. Untuk dapat memahami perjalanan sesuatu proses
patologis di medula spinalis, letak dan
dipahami benar-benar. Proses patologis yang berawal didaerah sentral akan memberikan
gejala klinis yang berbeda dengan apabila proses tersebut berawal di daerah tepi
(permukaan) Medula Spinalis . Demikian juga mengenai arah perluasan prosesnya: proses
yang berkembang dari daerah sentral kedorsal akan memberikan gejala klinis yang
berbeda dengan apabila proses tersebut berkembang ke lateral/ventral.
Disamping hal-hal tersebut di atas, tentunya perlu dipahami pula mengenai jaras- jaras
yang asenden, khususnya yang membawa rangsang sensibel, serta hal penataan dermatom
pada tubuh yang penting artinya untuk penentuan letak atau tingginya suatu lesi.
16
UMN
Meningkat
+
Hipertonus
Tidak ada
+
LMN
Menurun-hilang
Hipotonus
Atrofi
+
-
2.7 MANIFESTASI
Jika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher,
yang menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau
leher atau punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran
paraplegia atau quadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera
pada medulla dan tipe cedera.
Tingakat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik
bagian bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralysis
sensorik dan motorik otak, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar (biasanya
terjadi retansi urin dan distensi kandung kemih , penurunan keringat dan tonus
vasomotor, dan penurunan tekanan darah diawali dengan retensi vaskuler perifer. Pada
pernapasan timbul gejala napas pendek,kekurangan O2,sulit bernapas,dan timbul tanda
pucat,sianosis.
17
Cidera servikal
Lesi C1-C4 : otot trapezius, strernomastoideus dan otot plasma masih
berfungsi. Otot diagfragma dan intercostal mengalami paralisis dan tidak ada
gerakan involunter. Dibawah transaksi spinal tersebut, kehilangan sensori pada
tingkat C1-C3 meliputi oksipital, telinga, dan beberapa daerah wajah. Pasien
pada quadriplegia C1, C2, dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena
ketergantungan
pada/terhadap
ventilator
mekanis.
Pasien
ini
juga
Lesi C5
18
Lesi C7
Lesi C8
Cidera thorakal
Lesi T1-T5 : lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan
diafragmatik. Fungsi inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi
pada thoraks. Hipotensi postural biasanya muncul. Timbul paralisis parsial
dari otot adductor pollici, interoseus, dan ototlumrikal tangan, seperti
Lesi L2
paha.
Lesi L3
Lesi L4
Lesi L5
Lhermittes Test
Tes Distraksi
Tes ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri radikuler. Pembuktian
terhadap adanya penjepitan dapat diberikan dengan tindakan yang mengurangi
penjepitan itu, yakni dengan mengangkat kepala pasien sejenak.
Distraction Test
20
ekstensi.
Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus (ekstensi).
Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan menyebabkan
Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragards Sign, Sicards Sign, dan Spurlings Sign)
Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan tes Lasuge disertai
dengan dorsofleksi kaki (Bragards Sign) atau dengan dorsofleksi ibu jari kaki
(Sicards Sign). Dengan modifikasi ini, stretching nervus iskiadikus di daerah tibial
menjadi meningkat, sehingga memperberat nyeri. Gabungan Bragards sign dan
Sicards sign disebut Spurlings sign.
21
a
3
Bragards sign
b) Spurlings sign
Naffziger Tests
Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit. Tekanan
harus dilakukan hingga pasien mengeluh adanya rasa penuh di kepalanya. Kompresi
vena jugularis juga dapat dilakukan dengan sphygmomanometer cuff, dengan tekanan
40 mmHg selama 10 menit. Dengan penekanan tersebut, dapat mengakibatkan
tekanan intrakranial meningkat. Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal,
dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien dengan space occupying lesion yang
menekan radiks saraf. Pada pasien ruptur diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri
radikular pada radiks saraf yang bersangkutan.Pasien dapat diperiksa dalam keadaan
berbaring atau berdiri.
2.9.2
2.9.3
Myelography
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama elemen
osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena melibatkan
penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram dilakukan sebagai tes
preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan CT-Scan.
2.9.4
2.9.5 Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid, fosfatase
2.10 PENATALAKSANAAN
23
Terapi pada cedera medulla spinalis terutama ditunjukkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Pasien dengan cedera medulla spinalis
komplet yang hanya memilki peluang 5% untuk kembali normal lesi medulla spinalis
komplet yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap
dan prognosisnya buruk.
Cedera medulla spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang lebih baik.
Apabila fungsi sensoris dibawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali
berjalan adalah lebih dari 50%.
Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk cedera medulla
spinalis traumatik dan direkomendasikan oleh National Institute of Health di amerika
Serikat.Namun demikian penggunaannya sebagai terapi utama cedera medulla spinalis
traumatik masih dikritisi banyak pihak dan belum digunakan sebagai standar terapi.
Kajian oleh Braken dalam Cochrane Library menunjukkan bahwa methilprednisolon
dosis tinggi merupakan satu -satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji
klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai rerapi cedera medulla
spinalis traumatik.
Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera
medulla spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini
dikeijakan seawall mungkin.Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan
ROM (Range ofMovement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot
- otot yang ada. Pasien dengan Central Cord Syndrome/ CSS biasanya mengalami
pemulihan kekuatan otot ektremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan
bantuan ataupun tidak.
24
Kronik
- Terapi psikologis
- Modulasi nyeri (akupunktur atau modalitas termal)
- Latihan kondisi otot
- Rehabilitasi vokasional
- Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
Terapi Farmakologi
- NSAIDs
Contoh : Ibuprofen
Mekanisme Aksi : Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan cara
25
serta
respon
terhadap
nyeri,
menghambat
reuptake
diperlukan
Antikonvulsan
Contoh : Gabapentin (Neurontin)
pada
epidural
untuk
mengurangi
2.10 PROGNOSIS
Prognosis penyakit myeloradikulopati yaitu:
Quo ad vitam : dubia ad malam karena penyakit ini dapat mengancam hidup jika
-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Myeloradiculopathy adalah kerusakan atau gangguan atau trauma pada medula spinalis
dan gangguan pada akar medula spinalis (Radiks). Trauma pada medula spinalis adalah
26
cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh dari
ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
27
http://books.google.co.id/books?
id=8fn_73yc6cC&pg=PA137&dq=radikulopati&hl=id&ei=ILLDTMvIGoa8cLzCicw
N&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage
&q=radikulopati&f=false
http://books.google.co.id/books?
id=tK2fFEK2QfoC&pg=PA2113&dq=mielopati&hl=id&ei=xrHDTMetO43fcaHXqc
wN&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CD8Q6AEwBg#v=onepag
e&q=mielopati&f=false
http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?
option=com_journal_review&id=7150&task=view
28
http://spiritia.or.id/cst/dok/mielopati1.pdf
Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004. 322.
De Jong R. The neurologi examination. 4th ed. Hagerstown: Harper & Row,
1979:446-448, 566-568
Rowland LP. Merritts textbook of neurology. 7th ed. Philadelphia : Lea &Febiger,
1984: 304-309
Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. EGC.Jakarta : 2006.