Anda di halaman 1dari 9

NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol.

6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )


issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara

Kewenangan Hakim Pengadilan Negeri Dalam Mengadili Pembagian Harta


Warisan Setelah Berlakunya Undang-undang 50 Tahun 2009 Tentang
Peradilan Agama

Marwan Busyro
marwan.busyro@um-tapsel.ac.id

(Staf Pengajar Fakultas Hukum UMTS Padangsidimpuan)

ABSTRAK

Berdasarkan judul penelitian seperti yang tersebut di atas dimana kita


ketahui bahwa masalah harta warisan ini sangat sering sekali terjadinya
persengkataan antara keluarga, maka penulis perlu melakukan penelitian tentang
kewenangan Hakim Pengadilan Negeri dalam mengadili harta warisan setelah
berlakunya Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama
tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kewenangan Hakim
Pengadilan Negeri mengadili perkara pembagian harta warisan setelah berlakunya
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan untuk
mengetahui bagaimana kekuatan hukumnya pembagian harta warisan yang
disidangkan di Pengadilan Negeri Padangsidimpuan.
Hasil penelitian bahwa dengan terbentuknya Undang-undang Nomor 50
tahun 2009 perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan juga
perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang mengatur tentang
kewenangan Pengadilan Agama telah mengurangi kewenangan dari Pengadilan
Negeri untuk memeriksa atau mengadili sengketa-sengketa hukum yang terjadi
antara masyarakat yang bergama Islam karena pihak Pengadilan Negeri berhak
mengadili dan memeriksa perkara-perkara tentang waris Islam adalah mengenai
persengketaan kepemilikan harta warisan tersebut. Pengadilan Negeri untuk
menyidangkan sengketa warisan Islam khususnya tentang masalah yang berkaitan
dengan sengketa kepemilikan harta warisan adalah bersifat mutlak akan tetapi
pelaksanaan putusan yang dikeluarkan berdasarkan kewenangan Hakim
Pengadilan Negeri yang sesuai dengan apa yang terdapat di dalam Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009.

Kata Kunci : Kewenangan Hakim, Pengadilan Negeri, Warisan


tersebut. Hak dan kewajiban tersebut
Pendahuluan melekat hingga anak tersebutdewasa,
Sebagaimana di dalam sehingga pada waktu phase
sejarah kehidupan manusia berikutnya yaitu perkawinan.
mengalami 3 (tiga) peristiwa Perkawinan merupakan basis
yangpenting yaitu: kelahiran, masyarakat yang baik dan teratur
perkawinan dan kematian. Dengan yang tidakhanya diikat oleh ikatan
lahirnya seoranganak, akan timbul lahir tetapi juga diikat oleh ikatan
suatu hak dan kewajiban baru antara batin dan jiwa. Salahsatu tujuan dari
orang tua dan anak yangdilahirkan perkawian adalah memperoleh
keturunan yang sah, dan
66
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
pulasebagaimana kondisi manusia hubungan antara mereka
yang normal, perkawinan tersebut denganmereka, maupun dalam
akanmenghasilkan anak, anak inilah hubungan antaramereka dengan
yang kelak dikemudian hari akan pihak ketiga. Pada asasnya hak-hak
melanjutkansejarah dan nama dan kewajiban-kewajiban hukum
keluarga, maka si anak inilah yang dalamlapangan hukum kekayaan atau
dinamakan sebagai ahliwaris dan ia harta benda saja yang dapat
berhak atas segala hal yang diwariskan, sebagaimana yang
ditinggalkan orang tuanya, jika dijelaskan oleh Efendi Perangin yaitu
kelakorang tua mereka meninggal : “Adabeberapa kekecualian,
dunia misalnya hak seorang bapak untuk
Setelah si anak ditinggal mati menyangkal sahanaknya untuk
orang tuanya, akan menuntut supaya ia dinyatakan anak
mengakibatkantimbulnya suatu yang sah dari bapak atauibunya
goncangan atau suatu gangguan (kedua hak itu adalah dalam
keseimbangan kehidupan, baik lapangan hukum
didalam kehidupan masyarakat, kekeluargaan),dinyatakan dalam
lingkungan maupun diantara undang-undang diwarisi oleh ahli
keluarga sendiri.gangguan itu pada warisnya.
mulanya rasa sedih atas kematian Namun di dalam hukum
orang tuanya, kemudian adaanggota Indonesia, pewarisan dengan
keluarganya yang merasa dirinya menganut sistem individual, dimana
“waris” dari orang yang harta warisan tersebut harus segera
meninggaldunia. Dengan demikian dibagikan dan setiap ahli waris
mereka akan membicarakan tentang mendapatkan pembagian warisan
pewarisan pada harta untuk dapat menguasai atau memiliki
yangditinggalkan oleh pewaris dan harta warisan menurut bagiannya
juga membicarakan tentang masing-masing. Seperti yang
bagaimana caramenyelesaikan dijelaskan oleh Hilman
hubungan-hubungan hukum yang hadikusumayaitu : “Adapun harta
ada antara orang yangmeninggal warisan ini kemudian diadakan yang
dunia (di dalam hal ini disebut berakibat para waris dapat
pewaris), dan keluarga menguasai dan memiliki bagian
yangditinggalkan (ahli waris). Pada untuk dapat dinikmati, diusahakan
hakekatnya hubungan-hubungan ataupun, dialihkan kepada anggota
hukum yangdiselesaikan itu berupa kerabat, ataupun orang lain”. Dengan
hak dan kewajiban baik yang dapat demikian hukum sebagai sarana yang
dinilai dengan uangmaupun yang diperlukan untuk menegakkan
tidak dapat dinilai dengan uang (non keadilan, kebenaran dan kepastian
materil) atas hak-hak yang dimiliki seseorang
Sebagaimana yang harus mampu memberikan
dikemukakan oleh A Pitlo hukum pengayoman di dalam mana
waris adalah : “kumpulan peraturan seseorang tersebut menggunakan
yang mengatur mengenaikekayaan serta menikmatinya. Maka sejalan
yang ditinggalkan oleh si mati dan dengan itulah saat menerapkan
akibat hukum dari hukum berlaku di tengah-tengah
perpindahantersebut bagi yang masyarakat harus diselaraskan
memperolehnya, baik dalam
67
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
dengan kebiasaan atau budaya Pembahasan
masyarakat itu sendiri
1. Kewenangan Pengadilan
Berdasarkan tersebut di atas
Negeri Mengadili Perkara
oleh sebab itu pula ditegaskan bahwa
Warisan Setelah Berlakunya
peradilan Agama berdasarkan
Undang-undang Nomor 50
Undang-undang Nomor 50 Tahun
Tahun 2009
2009 merupakan salah satu
Berlakunya Undang-undang
pelaksanaan kekuasaan kehakiman
Nomor 50 tahun 2009 perubahan atas
bagi rakyat pencari keadilan yang
Undang-undang 3 Tahun 2006 dan
beragama Islam mengenai perkara
perubahan Undang-undang Nomor 7
perdata yang artinya setiap persoalan
Tahun 1989 untuk mengatur status
hukum yang menyangkut hukum
dan kewenangan Pengadilan Agama
Islam seperti masalah pembagian
sebagai Pengadilan bagi orang-orang
harta warisan harus diselesaikan
yang beragama Islam kiranya telah
dengan melalui proses peradilan
menempatkan keberadaan
agama. Akan tetapi dalam kenyataan
Pengadilan pada Proforsi yang
yang berkembang dalam masyarakat
sebagaimana ditentukan pada Pasal
sampai dengan sekarang masih
1ayat (5) Undang-undang Nomor 48
banyak mengajukan persoalan-
Tahun 2009 secara tegas diatur
persoalan hukum Islam seperti
bahwa selalu empat badan peradilan
pembagian warisan ini dengan
yang terdapat di Indonesia ini juga
melalui jalur Pengadilan Negeri dan
dimana peradilan Agama telah
pada kenyataannya pula aparat
dinyatakan sebagai suatu badan
Pengadilan Negeri sendiripun masih
hukum yang berdiri sendiri sejajar
menerima hal ini sebagai suatu
dengan dengan badan peradilan
kewenangannya.
lainnya seperti peradilan umum,
peradilan militer, peradilan tata
usaha negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
Metode Penelitian
Sehubungan dengan itulah
Penelitian ini dilaksanakan di seperti yang ditegaskan oleh Hakim
Kantor Pengadilan Negeri Pengadilan Negeri Padangsidimpuan
Padangsidimpuan. Jenis penelitian bahwa khusus masalah warisan yang
berhubungan dengan orang-orang
yang digunakan yaitu dengan
yang menganut agama Islam adalah
penelitian normatif suatu penelitian kewenangan dari Peradilan Agama
yang didasarkan kepada peraturan yang mana hal ini secara tegas diatur
perundang-undanagan serta putusan dalam ketentuan Pasal 49 Undang-
dari pengadilan yang ada kaitannya undang Nomor 50 Tahun 2009
dengan masalah yang dihadapi dalam maupun dalam Undang-undang
penelitian ini. Teknik atau alat yang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1989
digunakan dalam mengumpulkan
tersebut
data baik dilapangan maupun dalam Sehubungan dengan
melakukan wawancara dengan ketentuan tersebut dengan adanya
responden. istilah semua pada rumusan itu jelas
memberikan kewenangan bagi
Pengadilan Negeri untuk mengadili
68
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
atau menyidangkan semua bentuk Padangsidimpuan bahwa untuk
perkara atau dengan kata lain tidak memperkuat penjelasan di atas dapat
ada alasan untuk tidak memeriksa di dibandingkan dengan salah satu
hadapan sidang Pengadilan. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI,
Kemudian lebih lanjut Hakim Nomor 11.K/AG/1979 menegaskan
Pengadilan Negeri Padangsidimpuan bahwa apabila dalam suatu gugatan
menegaskan bahwa juga dasar yang menyangkut pembagian harta
kewenangan tersebut ditentukan warisan masih terkandung sengketa
dalam Pasal 10ayat (1) Undang- hak milik maka perkara yang
undang Nomor 48 Tahun 2009 yang ebrsangkutan tidak termasuk
mengatakan bahwa pengadilan tidak kewenangan Pengadilan Agama
boleh menolak untuk memeriksa, untuk memeriksanya tetapi termasuk
mengadili dan memutus suatu kewenangan Pengadilan Umum
perkara yang diajukan dengan dalih (Negeri).
bahwa hukum tidak ada atau kurang Berdasarkan uraian tersebut
jelas melainkan wajib untuk di atas, maka dengan demikian apa
memriksa dan mengadilinya. yang ditetapkan Hakim Pengadilan
Dengan kata lain jika Negeri Padangsidimpuan dalam amar
seandainya para pihak berperkara putusannya yang menyatakan bahwa
baik penggugat maupun tergugat- tentang eksepsi kewenangan
tergugat keberatan disidangkan di mengadili (Eksepsi Abosolut) yang
Pengadilan Negeri akan mengajukan diajukan oleh para tergugat-tergugat
eksepsi tentang hal ini, sedangkan ditolak oleh Hakim karena di dalam
eksepsi yang diajukan oleh para isi eksepsi tergugat menyatakan
tergugat dan turut tergugat telah bahwa Pengadilan Negeri
ditolak oleh Hakim Pengadilan Padangsidimpuan tidak ada
Negeri, sesuai dengan ketentuan kewenangan Pengadilan Negeri
Pasal 10 ayat (2) yang menerangkan untuk menyidangkan, memeriksa dan
bahwa tidak menutup usaha untuk memutuskan persengketaan tersebut
penyelesaian perkara perdata secara dan juga mengatakan gugatan
damai atau dengan kata lain penggugat kurang pihak serta
memerintahkan kepada para pihak gugatan dari penggugat kabur dan
yang berperkara untuk melanjutkan tidak jelas
pemeriksaan perkara ini. 2. Kewenangan Pengadilan
Dimana dalam ketentuan Negeri Mengadili Warisan
Pasal 10 tersebut di atas telah Islam Setelah Berlakunya
dibatasi kewenangan Pengadilan Undang-undang Nomor 50
Negeri untuk mengadili masalah- Tahun 2009
masalah warisan Islam yaitu apabila Sebagaimana dijelaskan
di dalam sengekata tersebut terdapat dalam uraian terdahulu bahwa
sengketa hak milik atas obyek yang kewenangan Pengadilan Negeri
disengketakan barulah Pengadilan dengan dasar penentuan dalam
Negeri berwenang, sedangkan jika Undang-undang Nomor 48 Tahun
sengketa ini khususnya persoalan 2009 jelas merupakan rangkaian azas
pembagian diantara para ahli waris kebebasan Hakim untuk menentukan
hal itu mutlak wewenang Pengadilan sendiri apakah berwenang mengadili
Agama. Lebih lanjut di tegaskan oleh sesuatu perkara atau tidak, maka
Hakim Pengadilan Negeri dalam kaitan itulah sekalipun telah
69
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
berlakunya Undang-undang Nomor menyebut kewenangan Pengadilan
50 Tahun 2009 yang menyatakan Negeri sebagaimana dijelaskan di
bahwa setiap sengketa pembagian atas namun menurut Hakim
harta warisan Islam adalah berada di Pengadilan Negeri Padangsidimpuan
bawah wewenang Pengadilan Agama mengatakan seharusnya dapat
ternyata Pengadilan Negeri tidak mempertimbangkannya dengan
pernah merasa bahwa tidak alasan ketentuan Pasal 50 Undang-
berwenang untuk mengadili sengketa undang Nomor 50 Tahun 2009
harta warisan akan tetapi yang bahwasanya sudah jelas dikatakan
diperiksa dan diadili oleh Pengadilan apabila terjadi sengketa hak milik
Negeri Padangsidimpuan adalah atau sengketa lain dalam perkara
merupakan persengketaan tentang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
hak milik bukan masalah pembagian 49, khusus mengenai obyek sengketa
harta warisan karena Pengadilan tersebut harus diputus lebih dahulu
Negeri Padangsidimpuan adalah oleh Pengadilan dalam lingkungan
cuman bersifat relatif kompetitif Peradilan Umum.Sehubungan
Berdasarkan alasan Undang- dengan itulah lebih lanjut dikatakan
undang tersebut itulah menurut bahwa dengan ketentuan tersebut
Hakim Pengadilan Negeri sudah jelas dan tegas kewenangan
Padangsidimpuan kewenangan Pengadilan Negeri dalam bindang
Pengadilan Negeri tetap berkekuatan sengketa kepemilikan harta warisan
hukum untuk mengadili sengketa sudah tidak ada keraguan lagi
warisan Islam dalam bentuk bahwasanya yang diperbolehkan
sengekata yang bagaimanapun baik Undang-undang hanyalah untuk
itu menyangkut sengketa warisan memriksa persengketaan saja dan
yang pada umumnya adalah bukan untuk melaksakan
persengketaan mengenai hak sebagaimana yang ditentukan dalam
kepemilikan harta warisan tersebut Pasal 49 Undang-undang Nomor 50
dan bukan mengenai masalah Tahun 2009 tersebut.
pembagian harta warisan. Adapun Sesuai dengan hal tersebut di
alasannya dinyatakan demikian lebih atas dimana alasan itulah apa yang
lanjut Hakim Pengadilan Negeri telah dilakukan Hakim Pengadilan
Padangsidimpuan menyatakan Negeri terhadap perkara harta
adalah dikarenakan tidak satupun warisan dengan menetapkan dalam
aturan Undang-undang yang amar putusannya menolak eksepsi
melarang atau mencabut kewenangan tentang kewenangan mengadili
Pengadilan Negeri mengadili (Eksepsi Absolut) dari tergugat dan
sengketa masalah warisan Islam menyatakan Pengadilan Negeri
yaitu dengan dasar ketentuan Pasal Padangsidimpuan berwenang
10 ayat (1) Undang-undang Nomor memeriksa dan mengadili perkaraini,
48 Tahun 2009 yang menyatakan serta memerintahkan kepada para
bahwa tidak boleh menolak untuk pihak yang berperkara untuk
memeriksa, mengadili dan memutus melanjutkan pemeriksaan perkara ini
suatu perkara yang diajukan dengan yang telah mempunyai kekuatan
dalih bahwa hukum tidak ada atau hukum tetap. Sebagaimana yang
kurang jelas melainkan wajib untuk diuraikan tersebut di atas benar jika
memeriksa dan mengadilinya. Akan hanya ditinjau dari ketentuan
tetapi sekalipun tidak ketentuan yang Undang-undang Peradilan Agama
70
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
sebagai Undang-undang yang Undang-undang Nomor 3 tahun 2006
mengatur kewenangan mereka untuk dan juga perubahan Undang-undang
mengadili suatu perkara, akan tetapi Nomor 7 Tahun 1989 dimana
sebaliknya jika ditinjau dari Undang- dikatakan bahwa kewenangan
undang yang mengatur kewenangan Pengadilan sejauh hal itu
Pengadilan Negeri untuk menerima menyangkut pembagian harta
dan menyidangkan perkara-perkara waarisan untuk masing-masing ahli
perdata juga mempunyai atauran waris, dengan kata lain sebaliknya
tersendiri yaitu sebagaimana yang jika dalam masalah harta warisan
diatur dalam Undang-undang Nomor tersebut ada yang terselip sengketa
48 Tahun 2009 hak milik barulah menjadi
Untuk jelasnya menurut wewenang Pengadilan Negeri.
Hakim Pengadilan Negeri Kemudian keharusan tersebut juga
Padangsidimpuan menegaskan apa diperkuat dengan adanya
yang diatur dalam penjelasan Pasal 1 permohonan pihak penggugat kepada
Undang-undang Nomo 48 Tahun Mejalis di dalam gugatannya agar
2009 bahwa kebebasan dalam diperiksa sesuai dengan aturan
melaksanakan wewenang yudisial hukum yang berlaku, yang
bersifat mutlak karena tugas Hakim menyatakan bahwa penggugat agar
adalah untuk menegakkan hukum kiranya suatu hari menentukan
dan keadilan berdasarkan Pancasila persidangan dalam perkara dan
sehingga putusannya mencerminkan menyuruh pemanggilan pihak
rasa keadilan Rakyat Indonesia. berperkara untuk menghadap
Berdasarkan seluruh keterangan data dipersidangan guna untuk memeriksa
tersebut di atas kiranya jelaslah dan mengadilinya. Berdasarkan
bagaimana persoalan kewenangan permohonan dari penggugat
dari Pengadilan Negeri untuk sebagaimana dijelaskan di atas
mengadili perkara-perkara warisan menurut Hakim Pengadilan Negeri
setelah berlakunya Undang-undang Padangsidimpuan merupakan suatu
Nomor 50 Tahun 2009 yang di bukti bahwasanya perkara tersebut
dalamnya mengatur secara jelas harus disidangkan di Pengadilan
bahwa kewenangan Pengadilan Negeri, yang mana hal ini di
Negeri hanya terbatas pada sengketa dasarkan kepada azas bahwa setiap
hak milik diantaranya para ahli waris orang dapat menentukan dan
yang bersengketa. memilih melalui Pengadilan Agama
atau Pengadilan Negeri ia kan
2. Pertimbangan Hakim menuntut haknya.
Pengadilan Negeri Dalam Akan tetapi selanjutnya
Kewenangan Mengadili menurut salah seorang Hakim
Warisan Islam Setelah Pengadilan Negeri Padangsidimpuan
Berlakunya Undang-undang tersebut di atas menjelaskan bahwa
Nomor 50 Tahun 2009 keberadaan azas untuk menuntut hak
Dengan memperhatikan tersebut memang diakui
seluruh data-data tentang masalah keberadaannya dalam hukum dan
kewenangan untuk mengadili sepenuhnya diberikan kebebasan
perkara-perkara warisan Islam jelas bagi setiap pencari keadilan untuk
dengan berlakunya Undang-undang menentukannya, namun dengan
Nomor 50 tahun 2009 atas perubahan adanya Undang-undang yang telah
71
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
mengatur acara bagi masyarakat melanjutkan pemeriksaan perkara ini
menuntut haknya jelas azas tersebut dan menangguhkan tentang
harus dikesampingkan yang artinya penentuan besarnya biaya perkara
penyelesaian sengketa tersebut harus sampai dapa putusan akhir, maka
dikembalikan kejalur peraturan yang dapat disimpulkan bahwa pada
sudah secara positif dinyatakan putusan tersebut di atas sudah terjadi
berlaku. Berdasarkan alasan itu putusan yang dinamakan dengan
untuk membuktikan bahwa Hakim putusan dimana para pihak yang
pada Pengadilan Negeri tidak berperkara untuk melanjutkan
berwenang untuk memeriksanya dan pemeriksaannya kembali
mengadilinya, apalagi alasan ini Lebih lanjut dasar
dihubungkan dengan keterangan pertimbangan tersebut dilakukan
penggugat yang dijadikan Hakim Hakim pada putusannya juga
sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan kepada pertimbangan
berbunyi bahwa harta milik lainnya dimana penggugat maupun
penggugat adalah harta warisan dari tergugat telah memberikan jawaban
orang tua penggugat Alm. Mustafa dalam persidangan bahwa pada
Kemal Harahap Gelar, Sutan Palaon pokonya membenarkan silsilah
Muda Harahap dimana harta tersebut keturunan dan harta-harta warisan
berasal dari peninggalan Alm. sehingga membuktikan bahwa benar
Ompung Nauli Baginda harta terperkara sebagai harta
Mangalanggar Harahap sebagaimana peninggalan
tertera dalam surat wasiat tertanggal
1 April 1973. Kesimpulan
Karena menurut Hakim Adapun kesimpulan yang
Pengadilan Negeri Padangsidimpuan dapat berhasil ditarik dari penelitian
bahwasanya keterangan penggugat ini adalah sebagai berikut di bawah
dalam pertimbangan tersebut di atas ini :
menunjukkan kejelasan masalah 1. Bahwa dengan terbentuknya
yang menjadi sengketa adalah Undang-undang Nomor 50 tahun
persoalan pemilikan harta warisan 2009 perubahan atas Undang-
yang diperolehnya dari orang tua undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
penggugat Alm Mustafa Kemal juga perubahan Undang-undang
Harahap, gelar Sutan Palaon Muda Nomor 7 Tahun 1989 yang
Harahap. Akan tetapi kenyataanya mengatur tentang kewenangan
sebagaimana dijelaskan tersebut di Pengadilan Agama telah
atas menurut Hakim Pengadilan mengurangi kewenangan dari
Negeri Padangsidimpuan telah Pengadilan Negeri untuk
dijadikan dasar pertimbangan apda memeriksa atau mengadili
putusan Nomor. sengketa-sengketa hukum yang
12/Pdt.G/2005/PN.Psp yang terjadi antara masyarakat yang
berbunyi menolak eksepsi tentang bergama Islam karena pihak
kewenangan mengadili (Eksepsi Pengadilan Negeri berhak
Absolut) dari tergugat, menyatakan mengadili dan memeriksa
Pengadilan Negeri Padangsidimpuan perkara-perkara tentang waris
berwenang memeriksa dan mengadili Islam adalah mengenai
perkara ini, memerintahkan kepada persengketaan kepemilikan harta
para pihak yang berperkara untuk warisan tersebut sedangkan
72
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
Pengadilan Agama adalah Efendi Perangin, 2003. Hukum
sudah berhak mengedili dan Waris, Raja Grafindo Persada,
memeriksa tentang tata cara Jakarta
pembagian harta warisan.
2. Bahwa kekuatan kewenangan
Pengadilan Negeri untuk H. Hadari Nawawi, 1990, Metode
menyidangkan sengketa warisan Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta
Islam khususnya tentang masalah
yang berkaitan dengan sengketa Hilman Hadikusuma, 2003. Hukum
kepemilikan harta warisan adalah Waris Adat. Citra Aditya Bakti,
bersifat mutlak akan tetapi Bandung
pelaksanaan putusan yang
dikeluarkan berdasarkan Idris Djakfar. 1995, Kompilasi
kewenangan Hakim Pengadilan Hukum Kewarisan, Pustakan Jaya,
Negeri yang sesuai dengan apa Jakarta
yang terdapat di dalam Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009. J. Suprapto, 2007, Mmetodologi
Penelitian Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ny. Retnowulan Sutantio, 1979,
Hukum Acara Perdata Dalam Teori
A Pitlo, 1984, Hukum Waris,
Dan Praktek, Alumni, Bandung
Pramadya Paramita, Jakarta
Mahkamah Agung RI, 1985,
Benny Bosu. 1994, Buku Pintar
Undang-undang Nomor 14 Tahun
Peradilan, Usaha Nasional, Surabaya
1985 Tentang Mahkamah Agung,
Jakarta
Departemen Kehakiman Republik
muhammad Arief, 1986, Hukum
Indonesia, 1989, Bahan Pokok
Waris Dalam Islam, Bina Timur,
Penyuluhan Tentang Undang-
Surabaya
undang Dasar 1945, Jakarta
M. Ali Hasan, 1981, Hukum Warisan
Departemen Kehakiman Republik
Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta
Indonesia, Undang-undang Nomor
48 Tahun 2009 Tentang Pokok
Martiman Prodjohamidjojo. 1984,
Kehakiman, Jakarta
Kemerdekaan Hakim Keputusan
Bebas Murni, Simplex, Jakarta
Departemen Kehakiman Republik
Indonesia, 2009, Undang-undang
R. Soeroso, 1993, Praktek Hukum
Nomor 49 Tentang Peradilan
Acara Perdata Tata Cara Dan
Umum, Grafitri, Bandung
Proses Persidangan, Sinar Grafika,
Jakarta
Departemen Kehakiman Republik
Indonesia, 2004, Undang-undang
Roihan A. Rasyid., 1991, Hukum
Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Acara Peradilan Agama, Rajawali,
Pokok Kehakiman, Jakarta
Jakarta

73
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial - Vol. 6 No 1 (2019) ( Januari – Juni )
issn online : 2550-0813 issn cetak : 2541-657X
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara
Sudikno Mertokusumo, 1982,
Pengantar Hukum Waris Islam,
Sinar Grafika, Jakarta

-----------------------------, 1982,
Hukum Acara Perdata Indonesia,
Liberti , Yogyakarta

Sudjana, 2008, Metodologi


Penelitian, Sinar Grafindo, Grafindo,
Jakarta

Sudarto, 1997, Metodologi Filsafat,


Raja Grafindo Persada

Winarno Surakhmad, 1982, Dasar


Dan Teknik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah, Tarsito,
Bandung

Undang-undang
Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009 Tentang Peradilan Agama

Undang-undang Nomor 48 Tahun


2009 Tentang Pokok Kekuasaan
Kehakiman

74

Anda mungkin juga menyukai