Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FARMAKOGNOSI

OLEO RESIN, GOM RESIN DAN OLEOGOMRESIN

Disusun oleh :
Alexander Victory (1306408492)
Sekar Alinda Nasution (1306411953)
Dewi Rizky Amalia (1306397204)
Nurul Dwi kurniasari (13063914)
Rachmadiva (1306396952)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dari awal hingga terciptanya
suatu Makalah yang lengkap.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami, yang telah membimbing kami
dalam Mata Kuliah Farmakognosi I, kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua
kami yang telah memberi dukungan berupa moril dan materil. Tak lupa juga kepada teman-
teman yang telah membantu penyelesaian Makalah ini. Banyak terjadi halangan dan
rintangan tentunya dalam pembuatan Makalah ini, tetapi kami dalam satu kelompok selalu
berusaha untuk dapat menghadapinya sebaik mungkin.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Demikian pula dengan Makalah ini, masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan
demi kesempurnaan Makalah ini.

Depok, 1 November 2014

Kelompok 10

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Metodologi Penulisan 3
BAB II. ISI
2.1 Oleo Resin 4
2.1.1 Oleoresin Terpentin 4
2.1.2 Oleoresin Capsicum 9
2.1.3 Oleoresin Jahe 12
2.2 Gom Resin & Oleogomresin 14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang biasanya berbentuk pasta
pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk minyak kental. Gom Resin
merupakan campuran yang terdiri dari resin dan gom. Sedangkan Oleogomresin merupakan
sebuah campuran dari gom resin dan minyak atsiri. Salah satu contoh dari oleogomresin
adalah Myrrhae.
Oleoresin dan gom resin memiliki peranan dan kegunaan masing-masing yang
menguntungkan dalam bidang farmasi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui
lebih dalam tentang oleoresin dan gom resin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu oleoresin capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan gom resin?
2. Kandungan kimia apa yang terdapat pada capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin
jahe, dan gom resin?
3. Bagaimana sifat fisik atau kimia capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan
gom resin?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui oleoresin capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan gom
resin.
2. Untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada capsicum, oleoresin
terpentin, oleoresin jahe, dan gom resin.
3. Untuk mengetahui sifat fisik atau kimia capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe,
dan gom resin.
1.4 Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metodologi studi literatur buku dan internet.

3
BAB II
ISI
2.1 Oleoresin
Oleoresin merupakan campuran fixed oil dan minyak atsiri yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut organik. Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang
biasanya berbentuk pasta pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk
minyak kental. Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstrak rempah kering yang bermutu
baik dengan pelarut organik yang mudah menguap. Bahan pelarut kemudian dipisahkan dari
oleoresin yang dihasilkan.

2.1.1 Terpentin/Turpentin/Gom Terpentin


Definisi

Terpentin adalah nama yang diberikan pada sebagian besar oleo resin semi-fluid yang
diperoleh dari pohon pinus. Zat yang diperoleh dari pohon ini terdiri dari 75-90% resin dan
10-25% minyak. Jika didestilasi, substansi ini akan menghasilkan terpentin (C10H6).

Terpentin, eksudat resin atau ekstrak yang diperoleh dari pohon konifer, terutama dari
genus Pinus. Terpentin adalah zat setengah cair yang terdiri dari resin dilarutkan dalam
minyak atsiri; Campuran ini dapat dipisahkan dengan berbagai teknik distilasi menjadi bagian
yang mudah menguap disebut minyak terpentin dan bagian yang tidak menguap disebut resin.

Sifat Fisika Terpentin

 Bentuk fisik : cairan tidak berwarna


 Titik didih : 154-170C
 Titik leleh : -60 sampai -50C
 Berat jenis : 0,854-0,868 g/cm3 (20C)
 Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam benzena, kloroform, eter, karbon
disulfida, petroleum eter dan minyak.
 Bau dan rasa khas
 Mengeras setelah terpapar udara.

Secara kimia, minyak terpentin adalah campuran hidrokarbon monoterpen siklik.

4
Minyak terpentin umumnya diproduksi di negara-negara yang memiliki saluran besar
pohon-pohon pinus, sebagai berikut:

Amerika Serikat Pinus palustris, P. elliottii


Prancis, Italia, Portugal, dan Spanyol P. pinaster
Yunani dan Spanyol P. halepensis
India, Pakistan P. roxburghii
China P. massoniana, P.
tabuliformis
Malaysia P. merkusii
Selandia Baru P. radiata
Gom Terpentin

Resin adalah zat yang rapuh, transparan, mengkilap, dan memiliki aroma yang tajam yag
tersisa setelah semua minyak terpentin terekstraksi. Jika hanya sebagian minyak terpentin
yang diekstraksi, substansi sisa disebut terpentin mentah.

Dari sebagian besar literatur, “gom” mengarah kepada substansi sisa resin atau oleoresin
yang dikumpulkan dari tumbuhan pinus. Gom terpentin dari segi ilmiah adalah nama yang
salah karena terpentin tidak ada hubungan dengan gom (Mucilago dari karbohidrat). Destilasi
dari oleoresin menghasilkan minyak terpentin yang menguap dan gum resin.

Sifat Fisika Gom Terpentin

 Bentuk Fisik : massa lengket, tidak tembus cahaya, berwarna kekuningan.


 Titik leleh : 70-80C
 Angka asam : 160-170
 Kelarutan : tidak larut dalam air
 Memiliki bau yang khas
Kandungan utama dari Minyak Terpentin yaitu 3-Carene, -pinene dan -pinene,
Limonene, dan Camphene.

5
Tanaman Asal

1. Pinus palustris

 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Tracheobionta
 Super Divisi : Spermatophyta
 Divisio : Coniferophyta
 Class : Pinopsida
 Order : Pinales
 Familia : Pinaceae
 Genus : Pinus L.
 Spesies : Pinus palustris Mil.

Ciri Tanaman

Pinus palustris disebut juga longleaf pine, berasal dari Caroline utara dan selatan,
Georgia, dan Florida utara. Pohon - pohon berasal dari hutan yang luas dan
menyajikan penampilan karakteristik wajah dan permukaannya ketika di potong.
Hasil terpentin tergantung pada pengobatan dan ukuran dari pohon. 
Pohon yang besar diameternya berukuran 18 sampai 20 inci, namun terdapat juga
pohon-pohon yang lebih kecil yang merupakan terpentin. Pohon-pohon ini dapat
menghasilkan terpentin selama 15 sampai 20 tahun. Kulit kayunya berwarna oranye
kemerahan, tebal dan memiliki retakan-retakan yang panjang dan dalam sampai ke korteks
kayunya, serta tipis dan berlapis-lapis di bagian luar retakannya. Daunnya berbentuk jarum,
berpasangan, panjangnya 15-20 cm dan tebalnya kurang dari 1 cm. Buahnya berbentuk
kerucut yang panjangnya 5-8 cm dan lebarnya 2 cm setelah matang. Bijinya berukuran
panjang 5-6 mm dan disebarkan oleh angin.

6
Simplisia
Simplisia berupa kayu atau kulit kayu yang dipanen sesuai dengan kebutuhan minyak
atau gom terpentin yang ingin dihasilkan (Pinae cortex atau pinae lignum).

2. Pistacia terebinthus
 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Tracheobionta
 Super Divisi : Spermatophyta
 Divisio : Magnoliophyta
 Class : Magnoliopsida
 Sub Class : Rosidae
 Order : Sapindales
 Familia : Anacardiaceae
 Genus : Pistacia L.
 Spesies : Pistacia terebinthus L.

Dikenal sebagai terebinth atau turpentine tree, tersebar di daerah Mediterania


seperti Maroko, Portugal, dan Yunani hingga Turki.

7
Ciri Tanaman
Ukuran pohon kecil, deciduous, tingginya mencapai 10 m. Daunnya majemuk,
panjangnya 10-20 cm. Bunganya ungu kemerahan, berkembang setiap musim semi. Buahnya
terdiri dari biji-biji yang panjangnya 5-7 mm, warnanya merah sampai hitam jika matang.
Pada seluruh bagian tumbuhan tercium bau resin yang kuat.

Simplisia
Simplisia biasanya berupa kulit batang (Pistachiae
cortex), namun pada seluruh bagian tumbuhan terdapat
resin yang dapat diekstraksi untuk menghasilkan
minyak terpentin.

Kegunaan
Terpentin dan konstituennya, terutama alpha-pinene dan beta-pinene yang banyak
digunakan dalam industri kimia, khususnya aroma, rasa, vitamin, insektisida dan pembuatan
resin polyterpene. Lebih lanjut juga ditemukan untuk produk getah pinus, terutama yang
berkualitas tinggi. Terpentin yang berasal dari getah pinus juga digunakan sebagai sumber
bahan kimia aroma dalam rasa dan aroma industri.

 Obat topikal: Lokal iritan, antiseptik lemah, pelega pernafasan, aromaterapi, bersifat
antiinflamasi dan analeptis.

8
 Obat oral (dicampur dengan NaOH): stimulan diuretik, anthelmintikum,
karminativum, dan expectorant.
 Insektisida, bahan baku kamfer sintetis dan vernis, pembersih, pelarut wax (untuk
semir sepatu), pelarut cat (thinner), bahan bakar (terpentin sulfat)

Kandungan Kimia dan Kegunaan

Kandungan Kimia Kegunaan


- dan -pinene Pewangi

Camphora Bahan farmasetika, plasticizer, pewangi

3-Carene Pestisida

P-Cymene Disinfektan, pelarut

d,I-Limonene (dipentene) Pembersih, pelarut, bahan tambahan rasa


dan aroma

2.1.2 Capsicum
Genus capsicum berasal dari divisi Spermatophytae, sub divisi Angiospermae, kelas
dikotiledonae, Ordo Solanales , Famili Solanacea , Genus Capsicum, dan memiliko spesies yang
cukup beragam Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum
frutescens, Capsicum chinense, ditemukan sekitar 20 spesies. Capsicum merupakan rempah-
rempah yang digunakan pertama kali didunia. Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai
dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan dan tersebar luas di seluruh hamparan iklim
tropis. Di Indonesia, umumnya cabai dibudidayakan di daerah pantai sampai pegunungan, hanya
kadang-kadang menjadi liar.

a. Ciri-ciri
Merupakan tanaman Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun, memiliki batang
berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus
berwarna hijau. Memiliki daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar.

9
Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata,
peutulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau, Buahnya berbentuk
kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung,
permukaan licin mengilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, beutangkai pendek, rasanya pedas.
Buah muda nya berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang masih muda
berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Cabai
merah memiliki beberapa varietas dan kultivar yang dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, rasa
pedas, dan warna buahnya. Cabai merah dapat diperbanyak dengan biji. 
b. Kandungan kimia
Capsaicin

Capsaicin berwarna Putih, berbentuk Kristal, dan Larut dalam lemak. Merupakan zat
yang memberi rasa pedas berupa kelompok senyawa amida dari vanililamin dengan asam
lemak rantai bercabang dengan panjang rantai karbon 9-11 danjuga merupakan golongan
fenol alam yang tidak larut dengan air (merupakan senyawa non-polar). Capsaicin
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi pada bidang farmasi. Semakin tinggi kadar capsaicin
maka semakin baik kualitasnya sebagai sediaan farmasi

Minyak atsiri

Minyak astiri dalam cabai yaitu capsicol, dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih,
kandungan bioflavonoids yang terdapat dalam cabai dapat menyembuhkan penyakit polio
serta menyembuhkan peradangan akibat udara dingin. Dalam bidang farmasi selain untuk
meredakan rasa sakit atau nyeri, capsaicin juga dikenal memiliki aktivitas antikanker.

Capsantin dan Karotenoid

Capsantin memiliki isomer yaitu capsorubin. Pigmen yang unik , karena hanya
ditemukan ditanaman dengan genus capsicum tidak ditemukan ditanaman lain atau hewan.
Intensitas warna merah pada tanaman dengan genus capsicum merupakan fungsi primer dari
capsantin.

10
Vitamib A,C,E

Memiliki Vitamin A hanya pada genus capsicum yang berwarna merah, vitamin E, juga
kaya akan vitamin C. Pada 100 gram cabe merah mengandung 240 mg vitamin C, dimana
kandungan Vitamin C nya 5 kali lebih banyak dibandingkan denga jeruk.
c. Simplisia
Simplisianya terdiri dari buah-buahan masak yang dikeringkan dari tanaman Capsicum
frustenscens L (African Chillies), Capsicum annum L Var. Conoides lrish (Tobasco
Peper). Capsicum anmum L. Karena varietasnya yang sangat banyak, maka simplisianya harus
disertakan nama varietasnya
d. Sifat dan penggunaan capsivum
Bersifat iritan dan rubefacient karena mengandung capsaicin terhadap mamalia termasuk
manusia, dan menimbulkan rasa terbakar dan panas pada jaringan manapun yang tersentuh.
Karena adanya sensasi panas sehingga dapat menghilangkan kembung (karminativa). Bersifat
antikoagulan sehingga dapat mencegah clot sehingga dapat mencegah serangan jantung.
Kapsaisin ini bersifat stomakik, yakni dapat meningkatkan nafsu makan. Dan juga
kemampuannya merangsang produksi hormon endorphin yang mampu membangkitkan sensasi
kenikmatan

Karena sifat sifat yang telah disebutkan diatas sehingga capsivum dapat digunakan sebagai
obat rematik, obat sariawan, obat sakit gigi, meningkatkan nafsu makan, obat disepsia atonik,
Meredakan nyeri rematik, osteoartritis, diabetes neuropati.

e. Bentuk sediaan
Dapat berupa capsaicin cream yang merupakan topikal analgesik berguna untuk
menghilangkan rasa sakit, arthritis, neuralgia, sakit pada pinggang dll. biasanya digunakan 3-
4kali sehari dengan konsentrasi 0.025% atau 0.075%. Tidak untuk usia dibawah 2 tahun.

Lalu ada juga plaster atau sering disebut koyo lebih membantu mengoptimalkan manfaat
pengobatan terhadap penyakit persendian, maupun penyakit nyeri lainnya dibanding dengan

11
penggunaan pengobatan oral. Ada sensasi panas yang berasal dari capsaicin yang
berinteraksi dengan sensor neuron.

2.1.3 Oleoresin Jahe (oleh Sekar Alinda N – 1306411953)

Jahe (Zingiber officinalis) adalah tanaman rimpang yang sangat populer


sebagai rempah-rempahdan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton
bernama zingeron.[1]
Berikut klasifikasi ilmiah tanaman jahe
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya
berbentuk rimpang dengan daging kar berwarna kuning hingga kemerahan dengan warna
menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15
mm. Tangkai daun berbulu halus.[1]
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5
hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7
buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai
putik berjumlah dua.[1]
a. Kandungan kimia jahe
Kandungan zat pada jahe, diantaranya adalah minyak atsiri (0,5-5,6%), zingiberon,
zingiberin, zingibetol, barneol, kamfer, folandren, sineol, gingerin, vitamin (A, B1, dan
C), karbohidrat(20-60%) damar (resin) dan asam – asam organik (malat, oksalat).[2]
Jahe memiliki kemampuan mempertahankan kualitas pangan yaitu sebagai
antimikrobia dan antioksidan. Gingerone dan gingerol berperan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri E. Coli dan B. Subtilis, sedangkan kemampuan antioksidannya
berasal dari kandungan gingerol dan shogaol.[2]
Dalam jahe terdapat dua macam minyak yaitu minyak atsiri yang menyebabkan sifat
khas pada jahe dan oleoresin yang memberikan rasa pedas pada jahe. Jahe kering

12
mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah
zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya
mudah menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung
oleoresin sebanyak 3-4 persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan
resin. Senyawa-senyawa tersebut yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak
mudah menguap, cara memperolehnya dengan proses ekstraksi.[2]
b. Simplisia Jahe
Simplisia jahe digunakan oleh industri obat tradisional seperti jamu atau diolah lebih
lanjut menjadi produk antara seperti bubuk jahe, minyak jahe, oleoresin dan
mikrokapsul. Pengolahan jahe kering biasanya menggunakan jahe berumur 9 bulan
dengan kandungan air sekitar 85%. Rimpang jahe hasil panenan dicuci bersih, diiris
melintang (slice) atau membujur (split) dengan ketebalan 3-4 mm, kemudian dijemur
dengan cara dihamparkan di atas plastik; rak bambu dengan bantuan alat pengering
seperti oven atau KPES (Kamar Pengering Energi Surya). Jahe dinyatakan kering dilihat
dari kadar airnya yaitu sekitar 10% .[4]
c. Oleoresin Jahe
Oleoresin jahe merupakan produk oleoresin jahe yang berupa cairan pekat, berwarna
coklat tua dan minyak atsiri 15% - 35%. Oleoresin jahe memiliki aroma dan rasa pedas
yang kuat seperti rempah-rempah segar atau kering karena mengandung komponen
volatile (minyak atsiri) dan non volatile. Komponen volatile yaitu minyak atsiri
memberikan aroma yang khas untuk setiap jenisrempah-rempah. Sedangkan komponen
non volatile terdiri dari gum dan resin untuk tiap rempah-rempah. Komponen- komponen
berupa asam amida misalnya kapsaisin pada lada merah atau piperin pada lada hitam,
karbonil misalnya gingerol pada jahe, dan tioester misalnya dialilsulfida pada bawang
putih dan bawang merah akan memberikan karakteristik (panas atau pedas)
secara berbeda-beda.[2]
d. Sifat – Sifat Fisis,
Sifat fisik oleoresin yaitu memiliki sifat fisik seperti minyak kental sampai bentuk
pasta. Sifat ini membuat oleoresin sulit bercampur dengan makanan, sehingga untuk
membantu pencampuran sering ditambah pelarut yang diijinkan, seperti propylene glycol
atau minyak sayur. Keseimbangan minyak yang mudah menguap maupun bahan-bahan
lain mirip dengan bahan asli. [3]

13
Tabel Sifat fisis oleoresin jahe
Sifat Fisik Nilai
Berat jenis 1,026 - 1,045
Indeks bias 1,515 - 1,525
Titik didih (oC) 235 – 240
Kuning cerah, kuning
Warna sampai
coklat gelap

e. Mutu Oleoresin Jahe[3]


Setiap jenis oleoresin jahe mempunyai ciri khas tersendiri tergantung dari senyawa
penyusunnya. Mutu oleoresin jahe terutama ditentukan oleh senyawa fenol yang dikenal
sebagai senyawa gingerol dan shogaol. Pemeriksaan kualitas dapat dilakukan dengan
cara pengujian terhadapsifat-sifat fisiko kimia dari oleoresin tersebut. Uji fisiko kimia
dari oleoresin tersebut meliputi berat jenis, kelarutan dalam alkohol, penetapan asam,
penetapan ester, serta penetapan fenol.
Berat jenis
Berat jenis oleoresin adalah perbandingan antara kerapatan oleoresin tersebut pada
suhu 25°C dan kerapatan air suling pada suhu 25°C
Kelarutan dalam alkohol
Kelarutan dalam alkohol dinyatakan dalam jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk
melarutkan 1 ml oleoresin. Semakin besar kelarutan oleoresin dalam alkohol, semakin
baik mutunya
Penetapan asam
Oleoresin mengandung minyak atsiri, di mana sebagian besar minyak atsiri
mengandung sejumlah kecil asam bebas. Jumlah asam bebas biasanya dinyatakan
sebagai bilangan asam, dan jarang dihitung dalam persen asam. Bilangan asam dari suatu
minyak didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam bebas dalam 1 gram minyak
Penetapan ester
Jumlah ester dapat dinyatakan dengan bilangan ester, yang didefinisikan sebagai
jumlah miligram hidrosida yang dibutuhkan untuk menyabunkan ester yang terdapat
dalam 1 gram minyak atsiri. Bilangan ester biasanya digunakan untuk minyak yang
mengandung ester dalan jumlah kecil (Ketaren, 1987).
Penetapan fenol

14
Komponen yang berperan sebagai antioksidan adalah komponen fenol (gingerol dan
shogaol) yang terdapat dalam oleoresin jahe. Oleh karena itu, semakin besar kandungan
fenol dalam oleoresin, semakin baik mutunya.

2.2 Gom Resin & Oleogomresin


Gom Resin merupakan salah satu jenis dari resin. Merupakan campuran yang
terutama terdiri dari resin dan gom. Biasanya berupa glikosida yang komposisinya mirip
Gom Akasia. Dalam pengobatan gom yang biasa dipakai adalah Gamboga, yaitu gom
yang mengandung minyak atsiri.

Gamboga (Gummi gutti)

Tanaman Asal : Garcinia hanburyi

Famili : Guttiferae

Asal : Kamboja, Muangthai, Vietnam

Tinggi : 15 meter

Sedangkan Oleogomresin merupakan sebuah campuran


dari gom resin dan minyak atsiri. Contoh dari olegomresin diantaranya yaitu:

1. Myrrhae

2. Asafoetida

3. Galbanum

4. Ammoniacum

5. Olibanum

2.2.1 Myrrhae

Myrrhae menurut Farmakope Indonesia II merupakan damar gom minyak yang


diperoleh dari batang Commiphora molmol (Engl.), Comniphora abbysinica, atau spesies
Commiphora lain.

Penyebaran dari tanaman ini diantaranya di Arab Saudi, Abyssinia, dan Somaliland
(di utara-timur Afrika).

15
Commiphora molmol

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Familia : Burseraceae

Genus : Commiphora

Species : Commiphora molmol

Cammiphora molmol memiliki ciri yaitu batang utama berwarna abu-abu dengan
tekstur kasar. Bunga berwarna merah atau kuning dengan kelopak sejumlah 4 – 5 buah.
Daun berbentuk obovate dan berwarna hijau.

Cammiphora abyssinica

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Familia : Burseraceae

Genus : Commiphora

Species : Commiphora abyssinica

Cammiphora abyssinica memiliki ciri yaitu berbatang hijau keabuan dengan tekstur
kasar. Daun berbentuk elips dengan pinggir bergerigi. Buah berbentuk oval dan bewarna
kehijauan.

16
Beberapa sinonim dari Myrrhae yaitu

• Gummi myrrha

• Commiphora resin

• Guggal gum/resin

• Germany : Mannliche Myrrhe

• England : Heerbol myrrh

• Prancis : Myrrhe

• Latin : Myrrha vera

• Cina : Mo Yao

Dalam dunia perdagangan Myrrhae dikenal sebagai Somali Myrrhae atau African
Myrrhae dan Yaman Myrrhae atau Arabian Myrrhae

African Myrrhae Arabian Myrrhae

Secara makroskopik Myrrhae dapat dilihat seperti :

• Butiran bulat atau tidak beraturan, garis tengah lebih kurang 1,5 mm – 2,5 mm. atau
gumpalan butiran bergaris tengah sampai lebih kurang 10 cm.

• Kering

• Sering diliputi debu halus

• Bagian luar bewarna coklat kemerahan atau kuning kemerahan

• Bekas patahan rapuh dengan permukaan berbutir agak bening, berminyak

• Warna coklat merah

17
• Sering bertitik-titik putih

Untuk memperoleh gomresin tersebut dapat dilakukan dengan cara alamiah dari
pohon atau melukai kulit kayu. Pertama-tama berwarna kekuningan lalu mengeras dan
berubah warna menjadi bewarna gelap setelah itu baru dikumpulkan

Cara untuk mengidentifikasinya yaitu dari baunya, akan memberikan bau aromatik
yang enak, rasa yang pahit dan getir. Atau dengan cara menggerus 100 mg gomresin
dengan 500 mg pasir silika, kocok dengan 3 ml eter pekat, saring. Biarkan filtrat
menguap menjadi lapisan tipis. Alirkan uap brom pekat di atas lapisan maka akan terjadi
warna lembayung.

Pembuatan tinctur dari myrrhae menurut NP adalah dengan maserasi dari 20 bagian
serbuk myrrhae dan 100 bagian spiritus (1:5 bagian etanol 90%)

Kandungan kimianya terdiri dari:

 2-8% minyak atsiri

 24-25 % terdiri dari Resin yaitu α,β, dan γ asam gomoferat

 Gom 60 % terdiri dari bagian yang larut dan tidak larut

 Resena

 Senyawa-senyawa fenol seperti Asam Protokatekat dan Pirokatekin

Beberapa kegunaannya yaitu:

• Karena memiliki aktivitas adstringen dan sifat antiseptik membuat myrrhae tinctura
digunakan untuk pemakaian luar.

• Digunakan sebagai desinfektan, penghilang bau, dan untuk mempercepat granulasi


untuk inflamasi pada mulut dan tenggorokan.

• Digunakan pula sebagai parfum terutama dalam upacara keagamaan

BAB III
PENUTUP

18
3.1 KESIMPULAN
Oleoresin merupakan campuran fixed oil dan minyak atsiri yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut organik. Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang
biasanya berbentuk pasta pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk
minyak kental. Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstrak rempah kering yang bermutu
baik dengan pelarut organik yang mudah menguap. Bahan pelarut kemudian dipisahkan dari
oleoresin yang dihasilkan
Gom Resin merupakan campuran yang terdiri dari resin dan gom. Sedangkan
Oleogomresin merupakan sebuah campuran dari gom resin dan minyak atsiri. Salah satu
contoh dari oleogomresin adalah Myrrhae. Dalam dunia perdagangan Myrrhae dikenal
sebagai African Myrrhae dan Arabian Myrrhae. Untuk memperolehnya dapat dilakukan
dengan cara alamiah dari pohon atau melukai kulit kayu. Kegunaannya diantaranya untuk
obat luar karena aktivitas adstringen dan sifat antiseptik.

DAFTAR PUSTAKA

19
[1] Febriyani, R., Papahan, H. and Bustan, M. (2008). Pengaruh Waktu Ekstraksi dan
Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe yang Diperoleh dalam Berbagai
Jumlah Pelarut Organik. 15(4), p.4.
[2] Fakhrudin, M. (2008). Kajian Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan
Lama Perendaman Serbuk Jahe dalam Mentol. Sarjana. Universitas Sebelas Maret.
[3] Oktora, R. and Sudaryanto, Y. (2007). EKSTRAKSI OLEORESIN DARI JAHE.
6(2), p.133.
[4] Kailaku, S. and Yuliani, S. (2009). PENGEMBANGAN PRODUK JAHE KERING
DALAM BERBAGAI JENIS INDUSTRI. Buletin Teknologi Pascapertanian, 5(1),
p.63.

20

Anda mungkin juga menyukai