Disusun oleh :
Alexander Victory (1306408492)
Sekar Alinda Nasution (1306411953)
Dewi Rizky Amalia (1306397204)
Nurul Dwi kurniasari (13063914)
Rachmadiva (1306396952)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dari awal hingga terciptanya
suatu Makalah yang lengkap.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami, yang telah membimbing kami
dalam Mata Kuliah Farmakognosi I, kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua
kami yang telah memberi dukungan berupa moril dan materil. Tak lupa juga kepada teman-
teman yang telah membantu penyelesaian Makalah ini. Banyak terjadi halangan dan
rintangan tentunya dalam pembuatan Makalah ini, tetapi kami dalam satu kelompok selalu
berusaha untuk dapat menghadapinya sebaik mungkin.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Demikian pula dengan Makalah ini, masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan
demi kesempurnaan Makalah ini.
Kelompok 10
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Metodologi Penulisan 3
BAB II. ISI
2.1 Oleo Resin 4
2.1.1 Oleoresin Terpentin 4
2.1.2 Oleoresin Capsicum 9
2.1.3 Oleoresin Jahe 12
2.2 Gom Resin & Oleogomresin 14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang biasanya berbentuk pasta
pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk minyak kental. Gom Resin
merupakan campuran yang terdiri dari resin dan gom. Sedangkan Oleogomresin merupakan
sebuah campuran dari gom resin dan minyak atsiri. Salah satu contoh dari oleogomresin
adalah Myrrhae.
Oleoresin dan gom resin memiliki peranan dan kegunaan masing-masing yang
menguntungkan dalam bidang farmasi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui
lebih dalam tentang oleoresin dan gom resin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu oleoresin capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan gom resin?
2. Kandungan kimia apa yang terdapat pada capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin
jahe, dan gom resin?
3. Bagaimana sifat fisik atau kimia capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan
gom resin?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui oleoresin capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe, dan gom
resin.
2. Untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada capsicum, oleoresin
terpentin, oleoresin jahe, dan gom resin.
3. Untuk mengetahui sifat fisik atau kimia capsicum, oleoresin terpentin, oleoresin jahe,
dan gom resin.
1.4 Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metodologi studi literatur buku dan internet.
3
BAB II
ISI
2.1 Oleoresin
Oleoresin merupakan campuran fixed oil dan minyak atsiri yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut organik. Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang
biasanya berbentuk pasta pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk
minyak kental. Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstrak rempah kering yang bermutu
baik dengan pelarut organik yang mudah menguap. Bahan pelarut kemudian dipisahkan dari
oleoresin yang dihasilkan.
Terpentin adalah nama yang diberikan pada sebagian besar oleo resin semi-fluid yang
diperoleh dari pohon pinus. Zat yang diperoleh dari pohon ini terdiri dari 75-90% resin dan
10-25% minyak. Jika didestilasi, substansi ini akan menghasilkan terpentin (C10H6).
Terpentin, eksudat resin atau ekstrak yang diperoleh dari pohon konifer, terutama dari
genus Pinus. Terpentin adalah zat setengah cair yang terdiri dari resin dilarutkan dalam
minyak atsiri; Campuran ini dapat dipisahkan dengan berbagai teknik distilasi menjadi bagian
yang mudah menguap disebut minyak terpentin dan bagian yang tidak menguap disebut resin.
4
Minyak terpentin umumnya diproduksi di negara-negara yang memiliki saluran besar
pohon-pohon pinus, sebagai berikut:
Resin adalah zat yang rapuh, transparan, mengkilap, dan memiliki aroma yang tajam yag
tersisa setelah semua minyak terpentin terekstraksi. Jika hanya sebagian minyak terpentin
yang diekstraksi, substansi sisa disebut terpentin mentah.
Dari sebagian besar literatur, “gom” mengarah kepada substansi sisa resin atau oleoresin
yang dikumpulkan dari tumbuhan pinus. Gom terpentin dari segi ilmiah adalah nama yang
salah karena terpentin tidak ada hubungan dengan gom (Mucilago dari karbohidrat). Destilasi
dari oleoresin menghasilkan minyak terpentin yang menguap dan gum resin.
5
Tanaman Asal
1. Pinus palustris
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisio : Coniferophyta
Class : Pinopsida
Order : Pinales
Familia : Pinaceae
Genus : Pinus L.
Spesies : Pinus palustris Mil.
Ciri Tanaman
Pinus palustris disebut juga longleaf pine, berasal dari Caroline utara dan selatan,
Georgia, dan Florida utara. Pohon - pohon berasal dari hutan yang luas dan
menyajikan penampilan karakteristik wajah dan permukaannya ketika di potong.
Hasil terpentin tergantung pada pengobatan dan ukuran dari pohon.
Pohon yang besar diameternya berukuran 18 sampai 20 inci, namun terdapat juga
pohon-pohon yang lebih kecil yang merupakan terpentin. Pohon-pohon ini dapat
menghasilkan terpentin selama 15 sampai 20 tahun. Kulit kayunya berwarna oranye
kemerahan, tebal dan memiliki retakan-retakan yang panjang dan dalam sampai ke korteks
kayunya, serta tipis dan berlapis-lapis di bagian luar retakannya. Daunnya berbentuk jarum,
berpasangan, panjangnya 15-20 cm dan tebalnya kurang dari 1 cm. Buahnya berbentuk
kerucut yang panjangnya 5-8 cm dan lebarnya 2 cm setelah matang. Bijinya berukuran
panjang 5-6 mm dan disebarkan oleh angin.
6
Simplisia
Simplisia berupa kayu atau kulit kayu yang dipanen sesuai dengan kebutuhan minyak
atau gom terpentin yang ingin dihasilkan (Pinae cortex atau pinae lignum).
2. Pistacia terebinthus
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Rosidae
Order : Sapindales
Familia : Anacardiaceae
Genus : Pistacia L.
Spesies : Pistacia terebinthus L.
7
Ciri Tanaman
Ukuran pohon kecil, deciduous, tingginya mencapai 10 m. Daunnya majemuk,
panjangnya 10-20 cm. Bunganya ungu kemerahan, berkembang setiap musim semi. Buahnya
terdiri dari biji-biji yang panjangnya 5-7 mm, warnanya merah sampai hitam jika matang.
Pada seluruh bagian tumbuhan tercium bau resin yang kuat.
Simplisia
Simplisia biasanya berupa kulit batang (Pistachiae
cortex), namun pada seluruh bagian tumbuhan terdapat
resin yang dapat diekstraksi untuk menghasilkan
minyak terpentin.
Kegunaan
Terpentin dan konstituennya, terutama alpha-pinene dan beta-pinene yang banyak
digunakan dalam industri kimia, khususnya aroma, rasa, vitamin, insektisida dan pembuatan
resin polyterpene. Lebih lanjut juga ditemukan untuk produk getah pinus, terutama yang
berkualitas tinggi. Terpentin yang berasal dari getah pinus juga digunakan sebagai sumber
bahan kimia aroma dalam rasa dan aroma industri.
Obat topikal: Lokal iritan, antiseptik lemah, pelega pernafasan, aromaterapi, bersifat
antiinflamasi dan analeptis.
8
Obat oral (dicampur dengan NaOH): stimulan diuretik, anthelmintikum,
karminativum, dan expectorant.
Insektisida, bahan baku kamfer sintetis dan vernis, pembersih, pelarut wax (untuk
semir sepatu), pelarut cat (thinner), bahan bakar (terpentin sulfat)
3-Carene Pestisida
2.1.2 Capsicum
Genus capsicum berasal dari divisi Spermatophytae, sub divisi Angiospermae, kelas
dikotiledonae, Ordo Solanales , Famili Solanacea , Genus Capsicum, dan memiliko spesies yang
cukup beragam Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum
frutescens, Capsicum chinense, ditemukan sekitar 20 spesies. Capsicum merupakan rempah-
rempah yang digunakan pertama kali didunia. Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai
dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan dan tersebar luas di seluruh hamparan iklim
tropis. Di Indonesia, umumnya cabai dibudidayakan di daerah pantai sampai pegunungan, hanya
kadang-kadang menjadi liar.
a. Ciri-ciri
Merupakan tanaman Perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, setahun atau menahun, memiliki batang
berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus
berwarna hijau. Memiliki daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar.
9
Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata,
peutulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau, Buahnya berbentuk
kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung,
permukaan licin mengilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, beutangkai pendek, rasanya pedas.
Buah muda nya berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang masih muda
berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Cabai
merah memiliki beberapa varietas dan kultivar yang dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, rasa
pedas, dan warna buahnya. Cabai merah dapat diperbanyak dengan biji.
b. Kandungan kimia
Capsaicin
Capsaicin berwarna Putih, berbentuk Kristal, dan Larut dalam lemak. Merupakan zat
yang memberi rasa pedas berupa kelompok senyawa amida dari vanililamin dengan asam
lemak rantai bercabang dengan panjang rantai karbon 9-11 danjuga merupakan golongan
fenol alam yang tidak larut dengan air (merupakan senyawa non-polar). Capsaicin
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi pada bidang farmasi. Semakin tinggi kadar capsaicin
maka semakin baik kualitasnya sebagai sediaan farmasi
Minyak atsiri
Minyak astiri dalam cabai yaitu capsicol, dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih,
kandungan bioflavonoids yang terdapat dalam cabai dapat menyembuhkan penyakit polio
serta menyembuhkan peradangan akibat udara dingin. Dalam bidang farmasi selain untuk
meredakan rasa sakit atau nyeri, capsaicin juga dikenal memiliki aktivitas antikanker.
Capsantin memiliki isomer yaitu capsorubin. Pigmen yang unik , karena hanya
ditemukan ditanaman dengan genus capsicum tidak ditemukan ditanaman lain atau hewan.
Intensitas warna merah pada tanaman dengan genus capsicum merupakan fungsi primer dari
capsantin.
10
Vitamib A,C,E
Memiliki Vitamin A hanya pada genus capsicum yang berwarna merah, vitamin E, juga
kaya akan vitamin C. Pada 100 gram cabe merah mengandung 240 mg vitamin C, dimana
kandungan Vitamin C nya 5 kali lebih banyak dibandingkan denga jeruk.
c. Simplisia
Simplisianya terdiri dari buah-buahan masak yang dikeringkan dari tanaman Capsicum
frustenscens L (African Chillies), Capsicum annum L Var. Conoides lrish (Tobasco
Peper). Capsicum anmum L. Karena varietasnya yang sangat banyak, maka simplisianya harus
disertakan nama varietasnya
d. Sifat dan penggunaan capsivum
Bersifat iritan dan rubefacient karena mengandung capsaicin terhadap mamalia termasuk
manusia, dan menimbulkan rasa terbakar dan panas pada jaringan manapun yang tersentuh.
Karena adanya sensasi panas sehingga dapat menghilangkan kembung (karminativa). Bersifat
antikoagulan sehingga dapat mencegah clot sehingga dapat mencegah serangan jantung.
Kapsaisin ini bersifat stomakik, yakni dapat meningkatkan nafsu makan. Dan juga
kemampuannya merangsang produksi hormon endorphin yang mampu membangkitkan sensasi
kenikmatan
Karena sifat sifat yang telah disebutkan diatas sehingga capsivum dapat digunakan sebagai
obat rematik, obat sariawan, obat sakit gigi, meningkatkan nafsu makan, obat disepsia atonik,
Meredakan nyeri rematik, osteoartritis, diabetes neuropati.
e. Bentuk sediaan
Dapat berupa capsaicin cream yang merupakan topikal analgesik berguna untuk
menghilangkan rasa sakit, arthritis, neuralgia, sakit pada pinggang dll. biasanya digunakan 3-
4kali sehari dengan konsentrasi 0.025% atau 0.075%. Tidak untuk usia dibawah 2 tahun.
Lalu ada juga plaster atau sering disebut koyo lebih membantu mengoptimalkan manfaat
pengobatan terhadap penyakit persendian, maupun penyakit nyeri lainnya dibanding dengan
11
penggunaan pengobatan oral. Ada sensasi panas yang berasal dari capsaicin yang
berinteraksi dengan sensor neuron.
12
mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah
zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya
mudah menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung
oleoresin sebanyak 3-4 persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan
resin. Senyawa-senyawa tersebut yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak
mudah menguap, cara memperolehnya dengan proses ekstraksi.[2]
b. Simplisia Jahe
Simplisia jahe digunakan oleh industri obat tradisional seperti jamu atau diolah lebih
lanjut menjadi produk antara seperti bubuk jahe, minyak jahe, oleoresin dan
mikrokapsul. Pengolahan jahe kering biasanya menggunakan jahe berumur 9 bulan
dengan kandungan air sekitar 85%. Rimpang jahe hasil panenan dicuci bersih, diiris
melintang (slice) atau membujur (split) dengan ketebalan 3-4 mm, kemudian dijemur
dengan cara dihamparkan di atas plastik; rak bambu dengan bantuan alat pengering
seperti oven atau KPES (Kamar Pengering Energi Surya). Jahe dinyatakan kering dilihat
dari kadar airnya yaitu sekitar 10% .[4]
c. Oleoresin Jahe
Oleoresin jahe merupakan produk oleoresin jahe yang berupa cairan pekat, berwarna
coklat tua dan minyak atsiri 15% - 35%. Oleoresin jahe memiliki aroma dan rasa pedas
yang kuat seperti rempah-rempah segar atau kering karena mengandung komponen
volatile (minyak atsiri) dan non volatile. Komponen volatile yaitu minyak atsiri
memberikan aroma yang khas untuk setiap jenisrempah-rempah. Sedangkan komponen
non volatile terdiri dari gum dan resin untuk tiap rempah-rempah. Komponen- komponen
berupa asam amida misalnya kapsaisin pada lada merah atau piperin pada lada hitam,
karbonil misalnya gingerol pada jahe, dan tioester misalnya dialilsulfida pada bawang
putih dan bawang merah akan memberikan karakteristik (panas atau pedas)
secara berbeda-beda.[2]
d. Sifat – Sifat Fisis,
Sifat fisik oleoresin yaitu memiliki sifat fisik seperti minyak kental sampai bentuk
pasta. Sifat ini membuat oleoresin sulit bercampur dengan makanan, sehingga untuk
membantu pencampuran sering ditambah pelarut yang diijinkan, seperti propylene glycol
atau minyak sayur. Keseimbangan minyak yang mudah menguap maupun bahan-bahan
lain mirip dengan bahan asli. [3]
13
Tabel Sifat fisis oleoresin jahe
Sifat Fisik Nilai
Berat jenis 1,026 - 1,045
Indeks bias 1,515 - 1,525
Titik didih (oC) 235 – 240
Kuning cerah, kuning
Warna sampai
coklat gelap
14
Komponen yang berperan sebagai antioksidan adalah komponen fenol (gingerol dan
shogaol) yang terdapat dalam oleoresin jahe. Oleh karena itu, semakin besar kandungan
fenol dalam oleoresin, semakin baik mutunya.
Famili : Guttiferae
Tinggi : 15 meter
1. Myrrhae
2. Asafoetida
3. Galbanum
4. Ammoniacum
5. Olibanum
2.2.1 Myrrhae
Penyebaran dari tanaman ini diantaranya di Arab Saudi, Abyssinia, dan Somaliland
(di utara-timur Afrika).
15
Commiphora molmol
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Familia : Burseraceae
Genus : Commiphora
Cammiphora molmol memiliki ciri yaitu batang utama berwarna abu-abu dengan
tekstur kasar. Bunga berwarna merah atau kuning dengan kelopak sejumlah 4 – 5 buah.
Daun berbentuk obovate dan berwarna hijau.
Cammiphora abyssinica
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Familia : Burseraceae
Genus : Commiphora
Cammiphora abyssinica memiliki ciri yaitu berbatang hijau keabuan dengan tekstur
kasar. Daun berbentuk elips dengan pinggir bergerigi. Buah berbentuk oval dan bewarna
kehijauan.
16
Beberapa sinonim dari Myrrhae yaitu
• Gummi myrrha
• Commiphora resin
• Guggal gum/resin
• Prancis : Myrrhe
• Cina : Mo Yao
Dalam dunia perdagangan Myrrhae dikenal sebagai Somali Myrrhae atau African
Myrrhae dan Yaman Myrrhae atau Arabian Myrrhae
• Butiran bulat atau tidak beraturan, garis tengah lebih kurang 1,5 mm – 2,5 mm. atau
gumpalan butiran bergaris tengah sampai lebih kurang 10 cm.
• Kering
17
• Sering bertitik-titik putih
Untuk memperoleh gomresin tersebut dapat dilakukan dengan cara alamiah dari
pohon atau melukai kulit kayu. Pertama-tama berwarna kekuningan lalu mengeras dan
berubah warna menjadi bewarna gelap setelah itu baru dikumpulkan
Cara untuk mengidentifikasinya yaitu dari baunya, akan memberikan bau aromatik
yang enak, rasa yang pahit dan getir. Atau dengan cara menggerus 100 mg gomresin
dengan 500 mg pasir silika, kocok dengan 3 ml eter pekat, saring. Biarkan filtrat
menguap menjadi lapisan tipis. Alirkan uap brom pekat di atas lapisan maka akan terjadi
warna lembayung.
Pembuatan tinctur dari myrrhae menurut NP adalah dengan maserasi dari 20 bagian
serbuk myrrhae dan 100 bagian spiritus (1:5 bagian etanol 90%)
Resena
• Karena memiliki aktivitas adstringen dan sifat antiseptik membuat myrrhae tinctura
digunakan untuk pemakaian luar.
BAB III
PENUTUP
18
3.1 KESIMPULAN
Oleoresin merupakan campuran fixed oil dan minyak atsiri yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut organik. Oleoresin merupakan suatu produk olahan dari rempah yang
biasanya berbentuk pasta pada suhu ruangan dan pada suhu yang lebih tinggi berbentuk
minyak kental. Oleoresin diperoleh dengan cara mengekstrak rempah kering yang bermutu
baik dengan pelarut organik yang mudah menguap. Bahan pelarut kemudian dipisahkan dari
oleoresin yang dihasilkan
Gom Resin merupakan campuran yang terdiri dari resin dan gom. Sedangkan
Oleogomresin merupakan sebuah campuran dari gom resin dan minyak atsiri. Salah satu
contoh dari oleogomresin adalah Myrrhae. Dalam dunia perdagangan Myrrhae dikenal
sebagai African Myrrhae dan Arabian Myrrhae. Untuk memperolehnya dapat dilakukan
dengan cara alamiah dari pohon atau melukai kulit kayu. Kegunaannya diantaranya untuk
obat luar karena aktivitas adstringen dan sifat antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
19
[1] Febriyani, R., Papahan, H. and Bustan, M. (2008). Pengaruh Waktu Ekstraksi dan
Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe yang Diperoleh dalam Berbagai
Jumlah Pelarut Organik. 15(4), p.4.
[2] Fakhrudin, M. (2008). Kajian Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan
Lama Perendaman Serbuk Jahe dalam Mentol. Sarjana. Universitas Sebelas Maret.
[3] Oktora, R. and Sudaryanto, Y. (2007). EKSTRAKSI OLEORESIN DARI JAHE.
6(2), p.133.
[4] Kailaku, S. and Yuliani, S. (2009). PENGEMBANGAN PRODUK JAHE KERING
DALAM BERBAGAI JENIS INDUSTRI. Buletin Teknologi Pascapertanian, 5(1),
p.63.
20