Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Gaya Hidup Merokok terhadap Kualitas Sperma

pada Pria

Destiara Martha Pabiansyah1, Nanda Yustar Afif Muslim1, Fachruriza Ibrahim1


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Malang

ABSTRAK

Latar Belakang: Merokok merupakan suatu hal yang lumrah dikalangan pria dewasa
di Indonesia. Tidak jarang pula remaja dibawah umur sudah mulai mencoba rokok.
Berdasarkan sumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2020, Indonesia
memperoleh angka perokok sebesar 28,69 %. Efek langsung maupun tidak langsung
dari merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit. Merokok juga dapat
menyebabkan efek negatif terhadap kualitas sperma. Meskipun efeknya masih terbatas
untuk kualitas sperma, penurunan kualitas sperma yang signifikan pada pria yang
diakibatkan oleh gaya hidup merokok menyebabkan beberapa permalasahan medis
diantaranya infertilitas.

Tujuan: Mengetahui pengaruh gaya hidup merokok pada pria dewasa terhadap
kualitas sperma.

Metode: Penelitian dilakukan dengan tinjauan sistematis melalui review beberapa


jurnal internasional mengenai pengaruh kebiasaan merokok terhadap kualitas sperma
pria. Pencarian artikel diakses melalui internet database yaitu: Pubmed, PMC, dan
Ebscho.

Hasil: Pada tinjauan review artikel ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
memiliki pengaruh dan dampak terhadap hasil reproduksi yang merugikan pada
kualitas air mani pria, dimana zat dan kandungan komponen yang terdapat dalam
rokok berkontribusi terhadap terjadinya kelainan sperma yang meiputi oligospermia,
teratozoospermia, dan asthenozoospermia. Kebiasaan merokok secara signifikan
berpengaruh terhadap rendahnya rata-rata volume air mani, Follicle-stimulating
hormone (FSH), presentasi motilitas, morfologi sperma normal, jumlah sperma total,
dan serum total testosteron (TT). Jumlah rokok yang dikonsumsi secara signifikan
berpengaruh terhadap tingkat keparahan dampak merokok yang merugikan reproduksi
pria.

Kesimpulan: Gaya hidup merokok dapat berkontribusi terhadap penurunan kualitas


sperma pria.

Kata Kunci: Man, smoke, non-smoker, sperm quality.


PENDAHULUAN

Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta
di antaranya berada di negara berkembang. Menurut data WHO, Indonesia merupakan
negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Peningkatan konsumsi rokok tentu berdampak pada tingginya beban gangguan
kesehatan akibat rokok, salah satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah pengaruh zat
berbahaya rokok terhadap kesehatan reproduksi yang dapat menjadi faktor infertilitas
pria.

Xiangrong Cui, et al (2016) mendefinisikan bahwa infertilitas adalah gangguan


umum yang mempengaruhi sekitar satu dari tujuh pasangan, dan subfertilitas telah
menjadi masalah yang meningkat secara nyata di negara-negara makmur, dengan
penyebab paling sering diidentifikasi dikaitkan dengan “faktor pria”. Beberapa
penelitian ilmiah menunjukkan bahwa penurunan kesuburan pria sering dikaitkan
dengan merokok, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air mani. Menghirup
asap rokok menyebabkan penyerapan nikotin, karbon monoksida dan logam berat di
seluruh tubuh, yang dapat berakhir di plasma mani perokok melalui berbagai mode
difusi dan transpor aktif. Laporan telah menunjukkan bahwa ada jumlah pembelahan
sel yang berkelanjutan dan substansial dalam proses diferensiasi dan pematangan sel
sperma. Secara bersamaan, merokok mempengaruhi kualitas air mani.

Xuan Jing, et al (2016) menyebutkan bahwa zat berbahaya dalam tembakau


yang dihirup oleh perokok menyebabkan kerusakan DNA, yang dapat meningkatkan
tingkat fragmentasi DNA. Peningkatan tingkat fragmentasi DNA sperma telah
berkorelasi positif dengan gangguan kesuburan. Studi telah menunjukkan bahwa Chk1
adalah protein kinase Ser/ Thr, yang mengontrol transisi fase G2/M sebagai respons
terhadap kerusakan DNA Setelah kerusakan DNA, ia dilepaskan dari kromatin dan
terlokalisasi ke sitoplasma, di mana sebagian melokalisasi sentrosom interfase Pada
gilirannya, Chk1 yang diaktifkan memfosforilasi sejumlah efektor hilir untuk memicu
respons seluler pleiotropik, termasuk regulasi transkripsi, perubahan konsumsi energi,
penghentian atau penundaan siklus sel, dan perbaikan DNA atau kematian sel jika
kerusakan terlalu parah untuk diperbaiki,
Penelitian Angela Alamo, et al (2019) menegaskan bahwa asap rokok dapat
menghasilkan hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) berupa Benzo-a-pyrene (BaP).
PAH merupakan agonis reseptor aril hidrokarbon (AHR) yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan termasuk dlaam klasifikasi zat karsinogenik dengan
pengaktifan secara metabolik untuk menyebabkan efek yang merusak. Jalur utama
metabolisme BaP melibatkan hidrolase, enzim fase 1, yang memetabolisme BaP
menjadi senyawa prakanker benzo[a]pyrene-r-7, t-8-dihydrodiol-t9,10-epoxide
(BPDE) yang mengikat secara kovalen dengan DNA. BaP yang diaktifkan secara
metabolik meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan akibatnya
menyebabkan stres oksidatif, sehingga menghasilkan peningkatan peroksidasi lipid,
caspase, dan aktivasi endonuclease. Telah diketahui bahwa peningkatan produksi
ROS merupakan penyebab infertilitas pria.

Tujuan review artikel ini adalah mengetahui pengaruh gaya hidup merokok
pada pria dewasa terhadap kualitas sperma. Kami berhipotesis bahwa ada keterkaitan
antara merokok dengan penurunan kualitas sperma pria dewasa.

METODE

Sebuah tinjauan sistematika melalui review artikel internasional mengenai


reproduksi untuk mengidentifikasi dampak dan pengaruh kebiasaan merokok terhadap
kualitas sperma pria. Pencarian artikel diakses melalui internet database yaitu Pubmed,
PMC, dan Ebscho dengan kata kunci Man, smoke, non-smoker, sperm quality. Kriteria
inklusi yang digunakan adalah artikel yang berhubungan dengan pengaruh kebiasaan
merokok terhadap kualitas sperma, artikel full text, dan publikasi dalam jangka waktu
maksimal 5 tahun yaitu 2016-2021 dan termasuk kriteria eksklusi apabila tidak
berhubungan dengan pembahasan pengaruh kebiasaan merokok terhadap kualitas
sperma, artikel tidak full text, dan publikasi melebihi jangka waktu melebihi 5 tahun
yaitu sebelum tahun 2016. Artikel yang memenuhi kriteria inklusi dikumpulkan dan
diperiksa untuk kemudian dianalisis secara sistematis. Dari proses pencarian
didapatkan 5 artikel yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi.
HASIL

Berdasarkan hasil pencarian melalui search engine Pubmed, PMC, dan Ebscho
didapatkan artikel yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian sebanyak 8 artikel
yang kemudian dilakukan screening untuk melihat apakah ada kesamaan judul pada
keseluruhan artikel. Setelah memastikan bahwa artikel yang ditemukan tidak ada
kesamaan judul, screening dilanjutkan berdasarkan Eligibility sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 5 artikel untuk selanjutnya dilakukan review.
Adapun strategi pencarian literature dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Strategi Pencarian Literature

Mesin Pencari Pubmed PMC Ebscho

Hasil penelusuran 37 359 1


Full text, 2016-2021 10 132 1
Judul yang sesuai 5 2 1
Judul yang sama
Eligible sesuai kriteria inklusi dan eksklusi 3 2
RESULT 5

Penelitian yang layak terdiri dari beberapa studi yang dilakukan berbagai
negara. Analisis dari 5 artikel menunjukkan bahwa 2 jurnal dengan desain studi cross
sectional, 2 jurnal dengan studi cohort, dan 1 jurnal dengan studi eksperimental murni
laboratoris secara in vitro.

Setelah dilakukan pengkajian kualitas studi dari 5 artikel dapat dikategorikan


baik selanjutnya dilakukan ekstraksi data. Ekstraksi data dilakukan dengan
menganalisis data berdasarkan nama penulis, judul, tujuan, metode penelitian dan hasil
yaitu pengelompokan data-data penting pada artikel. Adapun hasil ekstraksi data dapat
dilihat pada tabel 2.
Table 2. Hasil Ekstraksi Data

No. Penulis/tahun Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil


1. H. Asare- Tobacco smoking is Journal of mengevaluasi studi cross rata-rata volume air mani, presentasi motilitas,
Anane, et al. associated with Reproductive pengaruh merokok sectional Follicle-stimulating hormone (FSH),
2016 decreased semen Health tembakau terhadap morfologi sperma normal, jumlah sperma
quality kualitas sperma total, dan serum total testosteron (TT) secara
pria di ghana signifikan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perokok. rata-rata sperma yang
bergerak lambat dan presentasi sperma yang
tidak bergerak masing-masing secara
signifikan lebih rendah pada non perokok
daripada perokok.

2. Angela Environment and Journal of mengetahui efek eksperimental BaP secara signifikan menghambat motilitas
Alamo et al. Male Fertility: Clinical BaP (Benzo-- murni sperma dengan meningkatkan konsentrasi
2019 Effects of Medicine pyrene) dan RES laboratoris abnormal chromatin compactness, dan
Benzo-α-Pyrene and (Resveratrol) pada secara in vitro meningkatkan stress oksidatif dengan
Resveratrol on spermatozoa meningkatkan produksi ROS sehingga dengan
Human manusia secara in itu, BaP dapat meningkatkan lipoperoksidase.
Sperm Function In vitro (bergantung dosis) yang memiliki peran
Vitro penting dalam mengganggu fungsi dan
kualitas struktur membrane sperma.

3. Rehman R.et Relationship Journal of Mengetahui studi cross Tingkat kesuburan seorang pria akan
al. (2019) Between Smoking frontiers in hubungan antara sectional berpengaruh jika pria tersebut merupakan
Habit and Sperm physiology kebiasaan seorang perokok, khususnya jumlah sperma
Parameters Among merokok dengan dan morfologi sperma yang ikut berubah. Efek
Patients Attending parameter sperma ini mungkin karena stress oksidatif yang
an Infertility Clinic pada pasien di dihasilkan oleh aktivitas merokok, yang
Infertility Clinic. memiliki efek merusak atau menurunkan
kualitas sperma, sehingga tingkat kesuburan
dari seorang pria akan mengalami penurunan.
4. Xiangrong Potential effect of Molecular Mengetahui Studi Cohort Penurunan kualitas semen akibat merokok
Cui et al. smoking on semen Medicine hubungan antara tidak hanya berkorelasi dengan indeks
(2016) quality through DNA Report penurunan kualitas fragmentasi DNA sperma, tetapi juga
damage and the sperma pria berkorelasi dengan penurunan ekspresi Chk1.
downregulation of perokok terhadap Ekspresi Chk1 berkorelasi dengan kerusakan
Chk1 in sperm ekspresi Chk1 DNA sperma dan apoptosis, dan
yang dikaitkan pengurangannya dapat menyebabkan
dengan kerusakan penurunan perbaikan sperma dan peningkatan
DNA apoptosis sperma, dengan efek selanjutnya
pada kualitas semen.

5. Qiuqin Tanga Semen quality and Journal of Mengetahui Studi Cohort Perokok dengan intensitas merokok tinggi (>
et al. (2019) cigarette smoking in Enviromental hubungan antara 20 batang sehari) mempunyai volume sperma
a cohort Epidemiology perokok aktif, yang lebih rendah dibandingkan dengan orang
of healthy fertile men pasif, tidak yang tidak merokok.
merokok, dan
orang yang telah
berhenti merokok
terhadap kualitas
semen dan
kesuburan
reproduksi pria
PEMBAHASAN

Menurut penelitian Asarene-Anane et al, (2016) , Hasil analisis statistik one


way (ANOVA) dan unpaired T-test dengan perbandingan subjek bukan berokok:
perokok ringan: perokok sedang: perokok berat dari 140 subjek yang direkrut yaitu
45:30:30:35 pria menunjukkan bahwa rata-rata volume air mani, presentasi motilitas,
Follicle-stimulating hormone (FSH), morfologi sperma normal, jumlah sperma total,
dan serum total testosteron (TT) secara signifikan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perokok. rata-rata sperma yang bergerak lambat dan presentasi sperma yang
tidak bergerak masing-masing secara signifikan lebih rendah pada non perokok
daripada perokok. sedangkan viabilitas sperma, jumlah pus Cells (PC), sel epitel (EC),
estradiol (E2), luteinizing hormone (LH), sel darah merah (RBC), dan prolactin
(PROL) dalam air mani non perokok dan perokok tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan. Risiko terjadinya kelainan sperma baik secara kualitas
maupun kuantitas pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.
Mekanisme yang memediasi kondisi oligospermia (jumlah sperma dalam air mani
sedikit) belum sepenuhnya dipahami namun diduga karena efek toksik merokok pada
sel Leydig yang secara langsung dapat mengurangi biosintetis testosterone. Kondisi
meningkatnya frekuensi morfologi sperma abnormal (teratozoospermia) diduga terjadi
akibat adanya bahan kimia toksik dan senyawa karsinogenik yang terdapat dalam asap
rokok. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa komponen mutagenik dan
karsinogenik dari asap rokok dapat mempengaruhi sel germinal di testis. Kandungan
nikotin dan hidrokarbon aromatic polisiklik menyebabkan atrofi tubulus seminiferus,
testis dan menurunkan jumlah atau memblokir spermatogenesis. Perokok juga berisiko
0,4 kali lebih tinggi memiliki sperma yang lamban (Asthenozoospermia) dibanding
non perokok. Asthenozoospermia diduga dapat terjadi karena efek mutagenik
hidrokarbon aromatik dan efek toksin nikotin yang mengganggu mikrosirkulasi testis
dengan mengurangi sel darah merah sebagai pemasok oksigen sehingga terjadi
penurunan pemanfaatan oksigen oleh mitokondria dari sel sperma hingga dapat
mengurangi motilitas ekor sperma yang sudah banyak diketahui mengandung banyak
mitokondria. Sehingga dari penelitian Asarene-Anane (2016) dapat disimpulkan
bahwa merokok tembakau memiliki dampak hasil reproduksi yang merugikan pada
kualitas air mani.

Penelitian Angela Alamo et al, (2019) yang dilaksanakan di Laboratorium


Seminologi Divisi Andrologi dan Endokrinologi, Universitas Catania dengan
menggunakan subjek 30 pria sehat (usia rata-rata 32,5 tahun) yang telah dipilih melalui
hasil kuisioner dengan kriteria pria yang tidak merokok dan tidak terpapar BaP
memberikan hasil penelitian pada spermatozoa manusia yang telah diinkubasi secara
in vitro dengan analisis varian one-way dilanjutkan dengan the Duncan Multiple
Range Test, menunjukkan bahwa BaP secara signifikan menghambat motilitas sperma
dengan meningkatkan konsentrasi abnormal chromatin compactness pada konsentrasi
BaP 15 μM/mL dan lebih jelas pada konsentrasi 45 μM/mL. Hilangnya motilitas
sperma juga menjadi tanda awal yang dapat diamati selama aktivasi kaskade apoptosis
pada spermatozoa. BaP terbukti dapat meningkatkan stress oksidatif dengan
meningkatkan produksi ROS. Dengan itu, BaP dapat meningkatkan lipoperoksidase
(bergantung dosis) yang memiliki peran penting dalam mengganggu fungsi dan
kualitas struktur membrane sperma yang menjadi kunci utama keberhasilan
pembuahan, fluiditas, fleksibilitas dan aktifitas fungsionalnya. Sehingga kesimpulan
yang dapat digarisbawahi dalam penelitian Angela Alamo et al, (2019) adalah BaP
(komponen asap rokok) dapat berkontribusi melumpuhkan spermatozoa dengan
mengubah motilitas sperma, integritas kromatin, dan peningkatan stress oksidatif.

Pada penelitian Rehman R. et al, (2019) populasi penelitian terdiri dari 376
peserta laki-laki. Status perokok diklasifikasikan sebagai berikut: 272 (72%) adalah
perokok, dan 104 (28%) bukan perokok, 40% (109/272) adalah perokok jangka
pendek, dan 60% (163/272) adalah perokok jangka panjang. Terdapat 36% (99/272)
perokok ringan, 44% (119/272) perokok sedang, dan 20% (54/272) merupakan
perokok berat. Antara perokok dan bukan perokok di samakan antara usia rata-rata,
BMI, dan lemak tubuh. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kadar testosteron
seorang perokok secara signifikan lebih rendah dibandingkan orang yang non-perokok
(Pnilai = 0,02). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kadar FSH dan LH
diantara kedua kelompok. Terdapat sebuah perbedaan yang signifikan setelah
melakukan pengamatan pada tingkat penanda stres (adrenalin, SOD, dan GPX) antara
perokok dan bukan perokok. Tingkat yang lebih rendah dari adrenalin, SOD,
glutathione reduktase (P-nilai < 0,001 dan SBHG (P-nilai = 0,03) terlihat jelas pada
seorang perokok dibandingkan dengan non-perokok. Namun, kadar kortisol menurun
pada non-perokok dibandingkan dengan kelompok perokok.

Dalam penelitian Xiangrong Cui et al. (2016), ekspresi Chk1 secara signifikan
menurun pada kelompok merokok dibandingkan dengan kelompok tidak merokok.
Ada hubungan nonlinier antara ekspresi mRNA relatif Chk1 dan motilitas progresif
dan konsentrasi sperma. Namun, hubungan terbalik ditemukan antara tingkat
fragmentasi DNA dan motilitas progresif dan konsentrasi sperma. Data menunjukkan
bahwa penurunan kualitas semen akibat merokok tidak hanya berkorelasi dengan
indeks fragmentasi DNA sperma, tetapi juga berkorelasi dengan penurunan ekspresi
Chk1. Ekspresi Chk1 berkorelasi dengan kerusakan DNA sperma dan apoptosis, dan
pengurangannya dapat menyebabkan penurunan perbaikan sperma dan peningkatan
apoptosis sperma, dengan efek selanjutnya pada tingkat ekspresi Chk1 dalam sperma
perokok dan bukan perokok. Analisis menggunakan RT-qPCR dan analisis western
blot menunjukkan bahwa ekspresi Chk1 secara signifikan menurun pada kelompok
merokok, dibandingkan dengan kelompok tidak merokok (P<0,05).

Penelitian Qiuqin Tanga et al (2019) menyebutkan bahwa dosis kumulatif


merokok (pack-years) mengalami penurunan yang signifikan dalam volume air mani
dan jumlah sperma total di antara perokok dengan dosis kumulatif merokok yang lebih
tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan meta-analisis sebelumnya oleh Li et al (2011) yang
melaporkan bahwa perokok memiliki volume air mani dan jumlah sperma total yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Namun, Qiuqin
Tanga et al juga menyebutkan terdapat meta-analisis baru oleh Sharma et al (2016)
yang melaporkan bahwa jumlah sperma pada perokok aktif cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan bukan perokok tetapi pada volume air mani pada keduanya tidak
terpengaruh. Qiuqin Tanga et al (2019) menegaskan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam kualitas air mani yang ditemukan pada setiap kategori mantan
perokok dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Hasil ini menunjukkan
bahwa berhenti merokok mungkin memiliki efek restoratif pada kualitas air mani.
Qiuqin Tanga et al (2019) juga telah menemukan pada dua penelitian sebelumnya yang
mengamati pria hingga 12 bulan setelah berhenti merokok menemukan bahwa kualitas
air mani meningkat secara nyata.

KESIMPULAN

Gaya hidup merokok memiliki pengaruh dan dampak negatif terhadap hasil
reproduksi pada kualitas air mani pria, dimana zat dan kandungan komponen yang
terdapat dalam rokok berkontribusi terhadap terjadinya kelainan sperma yang meliputi
oligospermia, teratozoospermia, dan asthenozoospermia. Kebiasaan merokok dapat
berpengaruh terhadap rendahnya rata-rata volume air mani, Follicle-stimulating
hormone (FSH), presentasi motilitas, morfologi sperma normal, jumlah sperma total,
dan serum total testosteron (TT). Jumlah rokok yang dikonsumsi secara signifikan
berpengaruh terhadap tingkat keparahan dampak merokok yang merugikan reproduksi
pria. Kondisi terjadinya apoptosis sperma yang disebabkan paparan zat rokok dapat
diidentifikasi berdasarkan penurunan ekspresi Chk1.

IMPLIKASI

Implikasi dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan (pemerintah) untuk


membatasi produksi rokok yang beredar. Implikasi selanjutnya dapat dilakukan
terhadap konsumen perokok agar mempertimbangkan gaya hidup merokok melalui
penyuluhan serta penyebaran informasi mengenai dampak bahaya dari konsumsi
rokok terhadap kesehatan reproduksi pria sehingga dapat menurunkan tingkat
konsumsi rokok yang berkesinambungan terhadap penurunan infertilitas pria.
DAFTAR PUSTAKA

1. Angela Alamo et al. 2019: Effects of Benzo-α-Pyrene and Resveratrol on


Human Sperm Function In Vitro. Journal of Clinical Medicine. Catania, Italy.
2. H. Asare-Anane, et al. 2016: Tobacco smoking is associated with decreased
semen quality. Journal of reproductive Health. Ghana.
3. Qiuqin Tanga et al. 2019: Semen quality and cigarette smoking in a cohort of
healthy fertile men. Journal of Environmental Epidemiology. Nanjing, China.
4. Rehman R. et al. (2019): Relationship Between Smoking Habit and Sperm
Parameters Among Patients Attending an Infertility Clinic. Journal of frontiers
in physiology. Pakistan.
5. Xiangrong Cui et al. (2016): Potential effect of smoking on semen quality
through DNA damage and the downregulation of Chk1 in sperm. Molecular
Medicine Report. China.

Anda mungkin juga menyukai