Anda di halaman 1dari 16

NomorDokumen : 8.1.8.

2/PA/PKM
BTG/01
No Revisi : 01
Berlaku Tgl : 19 April 2018

PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN


LABORATORIUM

Penanggung Jawab
Disiapkan Diperiksa Disahkan
PenanggungJawab KetuaAkreditasi Kepala Puskesmas

Ade Musclih AMKep Dr Sheilla Selvina Dr Syarifa Nur


Nip.198102182010011010 NIP.197812292006042011

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BENTENG
Jl. Benteng Kidul N0.70Telp (0266) 225219 - Sukabumi
PROGRAM KESELAMATAN PASIEN
DI PUSKESMAS

No. : 8.1.8.2/PA/
PANDUAN Dokumen PKM BTG/01
No Revisi : -
Tanggalterbit : 22 April 2016
Halaman : 1/15
KepalaPuskesmasBenteng
KOTA
drg. E R N A, MH.Kes
SUKABUMI NIP.19710827 200212 2 004

A. PENDAHULUAN
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.Bahwa dalam rangka
mengoptimalisasikan dan mengintegrasikan semua upaya kesehatan di
Puskesmas agar pelayanan ynag diberikan bermutu dan komprehensif perlu
adannya pedoman yang disusun sebagai Panduan Keselamatan Pasien di
Puskesmas Benteng.
Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana
Puskesmasmembuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan
resiko terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi pada pasien selama perawatan di
Puskesmas Benteng.Melakukan identifikasi dan penanganan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, sistem pencatatan dan pelaporan dan
analisis insiden, sehingga memberikan pembelajaran bagi petugas dalam
penanganan insiden dantindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkantimbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan olehkesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang dapat
mengancam nyawa pasien.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmasbertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dankemampuan
hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutuhidup dalam lingkungan
sehat; dan
3. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,kelompok dan
masyarakat

B. TUJUAN
Panduaninidibuatdenganharapandapatmenjadipedomandalam program
keselamatanpasien di PuskesmasBenteng.
1. Tujuan Umum
Sebagai Pedoman kerja bagi semua petugas di Puskesmas Benteng dalam
upaya Keselamatan pasien di Puskesmas Benteng.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai Pedoman dalam Program Keselamatan pasien di Puskesmas.
b. Meningkatkan Mutu Pelayanan.
c. Mencegah terjadinya kecelakaankerja bagi petugas,pasien maupun
keluarga.

C. STANDART KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS MELIPUTI:


a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukanevaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatanPasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:


a. Hakpasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasitentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinyainsiden,sehingga dokter sebagai penanggungjawab layanan klinis wajib
membuat rencana layanan klinik bagi pasien yang dirawat di Puskesmas
Benteng dan dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan
hasil pelayanan,pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden yang tidak diharapkan selama pasien di rawat di Puskesmas
Benteng.

b.Mendidik Pasien
Petugas Pelayanan klinis harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Keselamatan dalam
pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan,olehsebab itu di Puskesmas harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas Benteng.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
c.Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
1. Puskesmas Benteng menjamin keselamatan pasien dalam
kesinambunganpelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan di Puskesmas Benteng. Oleh sebab itu harus koordinasi
pelayanan secara menyeluruh mulai dari saatpasien masuk, pemeriksaan
termasuk pemeriksaan laboratorium, diagnosis, perencanaan
pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
Puskesmas Benteng..
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhanpasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, termasuk pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatansehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, amandan efektif.
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien:
1. Puskesmas Benteng harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data,menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkankinerja serta keselamatan pasien.
2. Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan Puskesmas Benteng kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan kegiatan Keselamatan pasien di
Puskesmas.
3. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, manajemen risiko, mutu pelayanan,
keuangan. Dan harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
4. Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

e. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien


1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatanpasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan
“TujuhLangkah Menuju Keselamatan Pasien di Puskesmas Benteng. “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasirisiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangiinsiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasiantar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusantentang keselamatan
pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur,mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas Benteng serta
meningkatkankeselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya
dalammeningkatkan kinerja Puskesmas Benteng dan keselamatan pasien:
a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.
b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
danprogram meminimalkan insiden.
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponendari
Puskesmas Benteng terintegrasi dan berpartisipasi dalam
programkeselamatan pasien.
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhankepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada
oranglain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk
keperluananalisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitandengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelastentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” dan kejadian pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,misalnya
menangani “Kejadian Sentinel’’ atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan
“Kejadian Sentinel”.
g) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di Puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
h) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
dalamkegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
i) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakankriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan
kinerjaPuskesmas Benteng dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjutdan implementasinya.
f. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuksetiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatanpasien secara
jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pertemuan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaborasi dalam pelayanan pasien.

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien


1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasikeselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal.
2. Menyiapkan dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

D. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di
Puskesmas Benteng, Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikanspesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian
yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Benteng sasaran
keselamatan pasien meliputi:

1.KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Puskesmas wajib mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa
terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi,
tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar atau, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:
pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; ataupemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan
dan/atau prosedurmemerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien,seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, lain-lain. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau
prosedur jugamenjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda
diPuskesmas Benteng, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat,
atauruang Rawat inap termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan
kebijakandan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat diidentifikasi.
Penilaian Sasaran I:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,yaitu NAMA dan
TANGGAL LAHIR
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untukPemeriksaan laboratorium klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yangkonsisten
pada semua situasi dan lokasi.
2. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektivitaskomunikasi antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II:
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
yangdipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkanpeningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk
elektronik,lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakanterjadi
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporankembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratoriumklinik cito melalui telepon ke
unit pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atauprosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat denagan
lengkap dan jelas dalam rekam medik pasien(atau memasukkan ke komputer)
perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian
penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca
ulang adalah akurat. Kebijakandan/atau prosedur pengidentifikasian juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back)
bila tidak sepertisituasi gawat darurat di UGD atau kamar Bersalin.

Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasilpemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakankembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atauyang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratankomunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
III. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)

Puskesma mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan


obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Maksud dan Tujuan Sasaran III


Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,manajemen
harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan
yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atauLook Alike Soun Alike/LASA).
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isukeselamatan pasien adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%,
dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat
tidak mendapatkanorientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
atau Bidan barutidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau
padakeadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi
ataumengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan
prosespengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkanelektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesamas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atauprosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu
diwaspadaiberdasarkan data yang ada di Puskesmas. Kebijakan dan/atau
prosedurjuga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan
elektrolitkonsentrat, seperti di UGD atau kamar Bersalini, serta pemberian label
secarabenar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area
tersebut,sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang
tidaksengaja/kurang hati-hati.

Penilaian Sasaran III


a. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat prosesidentifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpananelektrolit konsentrat.
b. Implementasi kebijakan dan prosedur.
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jikadibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegahpemberian yang kurang hati-
hati di area tersebut sesuai kebijakan.
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harusdiberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat(restricted

1V. KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT PASIEN BEDAH


MINOR.

Puskesmas Benteng mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan


tepat lokasi,tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada tindakan bedah minor,
adalah sesuatuyang mengkhawatirkan dan tidak mungkin dapat terjadi di
Puskesmas Benteng. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif
atau yang tidak adekuatantara anggota tim kerja, kurang/tidak melibatkan pasien di
dalampenandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasilokasi
bedah minor. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat,penelaahan ulang
catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidakmendukung komunikasi terbuka
antar anggota tim, permasalahanyang berhubungan dengan tulisan tangan yang
tidak terbaca (illegiblehandwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor
kontribusi yangsering terjadi.
Puskesmas Benteng perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan
suatukebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalahyang
mengkhawatirkan ini.
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam penanganan bedah minor di
Puskesmas maka perlu di lakukan:
1. Puskesmas Benteng menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untukidentifikasi lokasi bedah minor dan melibatkan pasien di dalam
prosespenandaan.
2. Puskesmas Benteng menggunakan suatu checklist atau proses lain
untukmemverifikasi saat prebedah minor tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepatpasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia,tepat, dan fungsional.
3. Tim yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebeluminsisi/time-
out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakanbedah minor.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses
yangseragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepatpasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luarruang tindakan.

V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Puskesmas Benteng mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risikoinfeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalamtatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi
pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (bloodstream infections)
dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasimekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cucitangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibacadi Standart
Operasional yang tersedia.
Puskesmas Benteng mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkankebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
petunjuk mencuci tangan yang benar dan wajib dilakukan semua staf.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas Benteng mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygieneterbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari
WHOPatient Safety)
2. Puskesmas Benteng menerapkan program mencuci tangan yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkanpengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkaitpelayanan kesehatan.

VI. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Puskesmas Benteng mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risikopasien dari cedera karena jatuh di ruang rawat inap

Maksud dan Tujuan Sasaran VI


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi
pasienrawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayananyang
disediakan, dan fasilitasnya, Puskesmas Benteng perlu mengevaluasi risikopasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bilasampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaahterhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantuberjalan yang digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkanPuskesmas Benteng.

Elemen Penilaian Sasaran VI


1. Puskesmas Benteng menerapkan proses asesmen awal atas pasien
terhadaprisiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila
diindikasikanterjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi merekayang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh dengan mengusulkan pengadaan
tempat tidur yang mengurangi resiko pasien jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangancedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkanpengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di Ruang perawatan

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS BENTENG


Mengacu kepada standar keselamatan pasien di Puskesmas Benteng, maka
Puskesmas Benteng harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang
ada,memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untukmeningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuanPuskesmas
Benteng, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinisterkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensirisiko bagi pasien
sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan PasienPuskesmas Benteng”.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas Benteng
adalahsebagai berikut:

1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Puskesmas Benteng:
Pastikan Puskesmas Benteng memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden: Mencatat kejadian
insidenmelporkan ke penanggung jawab layanan klinik,melaukan tindakan
pertolongan sesuai insiden yang terjadi, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
1) Pastikan Puskesmas Benteng memiliki kebijakan yang menjabarkanperan dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yangterjadi di Puskesmas
Benteng.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaiankeselamatan pasien.

B. Bagi Unit/Tim:
-. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
-. Petugas Puskesmas Benteng wajib memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi
yang tepat.

2. MEMIMPIN DAN MENDUKUNG STAF


Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien
di Puskesmas Benteng.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Benteng:
1) Dokter Puskesmas yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian Puskesmas Benteng, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien.
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Minilokarya Lintas Program
Kepala Puskesmas Benteng Atau Kepala Sub bagian Tata Usaha maupun rapat-
rapat manajemen Puskesmas Benteng.

4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf


Puskesmas Benteng melalui penyegaran yang dilakukan secara bersama-sama.
efektivitasnya.

B. Untuk Unit/Tim:
1) Kepala; UPTD Puskesmas Benteng sendiri yang memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien.
2) Jmenjelaskan kepada TIM relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikas dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Benteng:

1) Menyusuin struktur struktur dan proses yang ada dalam manajemenrisiko klinis
dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakupdan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan staf;
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaanrisiko yang dapat
dimonitor oleh direksi/pimpinan Puskesmas Benteng;

3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh darisistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secaraproaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.

B. Untuk Unit/Tim:

1) kegiatan rapat di Puskesmas Benteng untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan


Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait;

2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam prosesasesmen risiko
Puskesmas Benteng;
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukanke proses
asesmen dan pencatatan risiko Puskesmas Benteng.

4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta Puskesmas
Bentengmengatur pelaporan kepada penanggung jawab keselamatan pasien di
Puskesmas dan kepada Kepala Puskesmas.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Benteng:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalammaupun ke luar,
yang harus dilaporkan ke Komite NasionalKeselamatan Pasien Puskesmas Benteng.
B. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktifmelaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telahdicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahanpelajaran yang penting.

5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Benteng:
1) Pastikan Puskesmas Benteng memiliki kebijakan yang secara jelasmenjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka selama prosesasuhan tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya( melibatkan pasien dan keluarga dalam penyusunan
layanan klinik)
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yangbenar dan jelas
bilamana terjadi insiden.(Informasi Kepada pasien dan keluarga)
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada stafagar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.

B. Untuk Unit/Tim:
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluargabilamana terjadi insiden,
dan segera berikan kepada merekainformasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empatikepada pasien dan
keluarganya.
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN
PASIEN

Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajarbagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Puskesmas Benteng:

1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajianinsiden secara
tepat, yang dapat digunakan untukmengidentifikasi penyebab.

2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteriapelaksanaan


Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA)yang mencakup insiden yang terjadi
dan minimum satu kali pertahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA)untuk proses risiko tinggi.

B. Untuk Unit/Tim:

1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisisinsiden.

2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampakdi masa depan dan
bagilah pengalaman tersebut secara lebihluas.

7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM


KESELAMATAN PASIEN

Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untukmelakukan


perubahan pada sistem pelayanan.

Langkah penerapan:

A. Untuk Puskesmas Benteng:

1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh darisistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit sertaanalisis, untuk menentukan solusi
setempat.

2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem(struktur dan proses),


penyesuaian penyegaran staf dan/ataukegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.

3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yangdirencanakan.


4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh tim penanggung
jawabKeselamatan Pasien Puskesmas Benteng.

5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yangdiambil atas insiden
yang dilaporkan.

B. Untuk Unit/Tim :

1) Semua tenaga pelayanan klinis di libatakan dalam mengembangkan berbagai


cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.

2) Penanngung jawab ruang perawatan berkewajiban memeriksa dokumen


perawatan yang di buat staf.
.
3) Pastikan bahwa penanggug jawab keselamatan pasien menerima umpan balik
atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

PENUTUP

Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas Benteng merupakan panduan yang


komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkahtersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap orang yang bekerja diI
puskesmas Benteng. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus
berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan
paling mudah dilaksanakan di Puskesmas Benteng. Bila langkah-langkah ini berhasil
maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini
telah dilaksanakan dengan baik Puskesmas Benteng dapat menambahpenggunaan
metoda-metoda lainnya sesuai Tenaga dan sarana Prasarana yang tersedia.
Demikian pedoman Keselamatan pasien di Puskesmas Benteng ini di buat untuk
menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan kepada Pasien.

Anda mungkin juga menyukai