Anda di halaman 1dari 9

WORKSHOP MENGOLAH DATA MENJADI KARYA

“FROM HERE TO NOW TO YOU”


Sabtu, 8 Februari 2014, di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta

Moderator:
Bambang ‘Toko’ Wicaksono
Pembicara:
1. FX Harsono
2. Titarubi

Pak Bambang
- Alasan diadakannya acara ini adalah karena karya itu banyak yang
mendefinisikan secara mentah. Sehingga karya kebanyakan seolah
stereotipe. Itulah salah satu alasannya.
- Selain itu juga untuk memancing seniman-seniman yang akan
menerjemahkan “Legacies of Power” sehingga menjadi karya.
- Kedua orang ini dipilih karena karya mereka memang didasarkan pada
riset. Sehingga karya itu tidak main-main dan tidak jadi dalam sekejap
pula.

FX Harsono:
- Mengapa harus melakukan riset.? Apakah karya seni harus didasarkan
pada riset.?
- Pembuatan karya seni memang bisa tanpa riset. Tapi ini riset menjadi
perlu sebab ada perubahan besar setelah tahun ‘75 (di Indonesia) pada
sistem prosuksi, konsumsi (bagaimana karya ini dinikmati oleh orang),
dan pemahaman (bagaimana karya ini memberi informasi baru pada
konsumen). Dalam praktek seni rupa ketiga hal ini menjadi satu.
- Beberapa orang berpendapat bahwa karya seni yang dipengaruhi oleh
komoditi dianggap akan merendahkan nilai. Sayangnya ini tidak dapat
dihindari, terlebih dalam masa-masa ini.
- Contohnya saja adalah art fair. Ini kan salah satu bentuk pasar, tapi toh ada
side event seperti diskusi dll untuk mengimbangi pertukaran diskursus
atau wacana yang ada. Ini adalah salah satu rekayasa yang menunjukkan
bahwa pasarpun memberikan wacana.
- Karya seni memang memiliki keterbatasan dalam mensosialisasikan
konsep dan makna yang ada di dalamnya. Oleh karenanya konsep menjadi
penting sebab ini ikut membentuk identitas sosial bersama dengan
pemahaman dan nilai keindahannya.
- Hal di atas tentunya berkaitan dengan proses produksi. Modernisme
memiliki pemikiran yang menganggap gaya sebagai semangat zaman yang
universal. Ini mengesampingkan budaya, etnis, dan apapun. Oleh karena
itu modernisme menilai bahwa seni ini hanya ada di negara-negara yang
berideologi modern. Inilah yang disebut sebagai imperialisme gaya. Sebab
negara dunia ketiga dianggap di luar ini (subordinat).
- Salah satunya adalah patung-patung etnis misalnya Afrika. Patung ini
hanya dianggap craft, tapi saat ini menjadi inspirasi bagi seniman Eropa,
maka ini dianggap modern. Penilaian “eksotis” merujuk pada
pembentukan karya yang baik tapi pembuat dianggap terbelakang oleh
modernis.
- Kritikus berpendapat bahwa pendekatan modernis telah melecehkan nilai-
nilai kemanusiaan yang berhubungan dengan keunikan pirbadi. Sebab
mereka memperlakukan semua orang dan tempat dengan cara yang sama.
- Perkembangan seni rupa saat ini diwarnai oleh adanya fragmentasi
kebudayaan, segmentasi kelompok sosial, dan kemajemukan gaya. Inilah
yang mematahkan konsep modernis. Sebab semua orang berhak
menciptakan karya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka
sendiri. Oleh karena itu pada titik ini konsep menjadi penting. Setiap
fenomena sosial dan budaya dianggap menjadi sesuatu yang tak tunggal
lagi. Inilah sebabnya perlu ada pengamatan yang lebih rinci dan detail.
- Ternyata dalam tiap kehidupan dan pemikiran selalu ada kesadaran
ideologis baik disadari ataupun tidak. Ideologi sendiri adalah gagasan atau
pemikiran yang beorientasi pada tindakan. Salah satu pemikirnya adalah
Althouser, bahwa ideologi tidaklah riil, melainkan ada dalam tataran dunia
ideal yang menghubungkan kita dengan dunia.
- Sedangkan konsep adalah seluruh pemikiran yang dilandasi oleh
pemikiran ideologis, visi kesenian, dan pemikiran estetis. Inilah yang
mendasari penciptaan sebuah karya. Sayangnya konsep sering kali
dianggap hanya penjelasan singkat mengenai sebuah karya yang ditulis
dalam berapa paragraf. Pun seniman sering kali terjebak pada sesuatu
yang tematis. Padahal ini sebenarnya lebih luas lagi. Untuk memahami hal
inilah kita harus melakukan sebuah penelitian.
- Salah satunya yang bisa dicari dan menjadi dasar konseptual adalah
mencari bahan bacaan. Dari bacaan dan data inilah nantinya akan ada
dasar pemahaman dan memberi sejarah, referensi, dll.
- Kedua yang dapat dilakukan adalah wawacara dengan narasumber yang
kompeten. Dari hubungan ini akan terbangun hubungan yang bersifat
personal, intim, spesifik, dan unik. Ketika suatu persoalan diangkat tanpa
adanya faktor manusia di belakangnya akan kehilangan keunikan. Dari
proses wawancara inilah nantinya bisa didapatkan data unik yang bisa jadi
berbeda antara satu daerah dengan yang lain berikut alasannya.
- Hal ketiga adalah terjun ke lapangan. Kehadiran di lokasi akan membuat
kita merasakan secara langsung. Maka akan terasa ambience, hubungan
antara alam dan manusia, sejarah, proses terciptanya kebudayaan, dll.
Kalau hanya membaca, nantinya kita hanya akan memiliki pemahaman
permukaan saja. Sering kali, sebelum melakukan penelitian atau riset kita
pasti memiliki asumsi, padahal belum tentu sesuai dengan yang ada di
lapangan. Ideologi personal saya selalu menempatkan diri dalam
hubungan antar manusia serta manusia dan proses kebudayaan.
- Keempat adalah pengamatan visual dan dokumentasi. Ini bisa menjadi
pemicu munculnya ide-ide baru. Ini adalah salah satu hal yang penting,
jadi baik yang visual maupun lisan harus tetap didokumentasikan.
- Kelima adalah bekerja sama dengan institusi lain. Sayangnya, dalam
membuat karya seniman sering kali tidak mau bakerjasama karena ada
ketakutan atas intervensi institusi atau lembaga. Padahal diskusi ini
penting untuk membuka pikiran dan menambah referensi dan data.
- Keenam adalah menganalisa temuan. Ini adalah proses menuju akhir
dalam riset tersebut. Proses pemilahan dan pemilihan data ada pada titik
ini.
- Proses setelah penelitian adalah perenungan, lalu mengambil jarak
sejenak dengan data penelitian, setelah itu mulai menguji dengan
menanyakan kembali sebagai bentuk sikap kritis. Tujuan dari hal ini
adalah agar meneukan kebenaran dan point of view yang baik untuk
mengolah data menjadi karya. Disinilah peran penting seorang kurator.
Meski terkadang menang ada seniman yang tidak ingin bekerjasama
dengan kurator.
- Kesadaran ideologis, konsep, serta visi seniman adalah benang yang akan
merajut manik-manik data sehingga menjadi karya yang indah.

Titarubi:
- Saya akan berbicara mengenai hal yang lebih bersifat praktis, yakni proses
pengolahan data menjadi karya.
- Karya yang diangkat adalah “Golden Nutmeg” dan “Imago Mundi”. Golden
Nutmeg adalah pala emas sedangkan Imago Mundi berhubungan dengan
masa penjajahan Belanda dengan VOC-nya meski tidak secara langsung
berhubungan dengan penjajahan Indonesia.
- Mengapa hal ini diangkat.? Gagasannya sebenarnya sederhana, yakni mulai
dari bagaimana rempah-rempah bisa menjadi hal yang diperebutkan.
Pengertian mengenai rempah-rempah perlu dicari tahu terlebih dahulu.
Selain itu, ada kisah-kisah yang berhubungan dengan rempah-rempah
juga. Salah satunya adalah kisah yang ada di Sungai Efrat pada zaman
dahulu kala. Sumber sejaran telah berusaha dicari, tapi sangat sulit karena
jarak waktu yang sangat lama.
- Ketika masa sulit inilah saya mendapat tawaran dari koreografer tentang
seseorang yang pernah hidup di Aceh. Konon ia adalah laksamana
perempuan di Aceh. Ia dipercaya membunuh Cornelis de Houtman, orang
Belanda pertama yang datang ke Indonesia. Dipercaya bahwa setelah de
Houtman terbunuh, anak buahnya dipenjarakan.
- Kemala konon mengirimkan surat pada Ratu Belanda agar mengganti
perahu yang dirampok. Jika tidak tahanan akan dibunuh dan bagian
tubuhnya akan dikirimkan ke Belanda.
- Pertanyaannya, seperti tidak ada resensi mengenai kapal perang Aceh
pada abad ke 16. Karena berhubungan dengan Turki, maka saya prediksi
kapa ini diproduksi di Sumatra. Ukir-ukiran salah satu kapal yang
ditemukan mirip dengan Jepara. Jadi saya pikir dulu di Jawa pasti ada
tempat prosukdi kapal, dan ternyata ini benar. Meski definisi Jawa ini bisa
jadi berbeda antara dulu dengan sekarang. Lalu saya mencari tahu
mengapa kebudayaan maritim kita hancur. Dan ternyata pelabuhan itu
dibakar oleh VOC sebab mereka ingin memonopili perdagangan.
- Setelah itu saya pun peri ke Ternate dan Tidore. Meski sayangnya ada
banyak data yang hilang. Sebab pohon cengkeh ditebang dan diganti pala
karena harga pala sangat mahal. Dari sana pun saya memilih pala karena
jelas runtutan kisahnya. Pertanyaannya adalah mengapa pala menjadi
mahal
- Ketika saya ke Turki, ada kisah Perang Konstantinopel yang sangat besar.
Ternyata benar bahwa setelah Columbus menemukan Amerika ia pergi
menemui raja dan kerajaan pun melakukan afiliasi politik untuk
memperkuat kekuasaan. Setelah inilah terjadi perjanjian Tordesillas yang
membelah dunia menjadi dua bagian milik Spanyol dan Portugis.
- Dari pembagian ini terjadi konflik yang ternyata memperebutkan Maluku
sehingga tercipta perang, yakni Spanyol di Tidore dan Portugis di Ternate.
Oleh karena itu terciptalah Perjanjian Saragosa.
- Di sini ada Gold, Gospel, dan Glory yang ingin saya cerminkan di pala. Jika
hanya dicat biasa saja maka kesannya hanya biasa dan tidak bisa memberi
kesan berharga seperti apa yang terjadi pada masa penjajahan. Lalu saya
belajar elektroplating untuk melengkapi karya ini. Tapi dalam proses ini
saya tidak mengirimkan asisten sebab terkadang asisten tidak tahu apa
yang ingin kita tahu.
- Saya pun juga mencari di kaskus. Jadi riset ini bisa dilakukan dimana saja.
Dari pencarian inilah saya akhirnya menemukan istilah silvering.
- Masalah lain adalah dimana saya mencari pala.? Sebab pulau banda sangat
jauh. Itu pun belum tentu pala sedang musim. Oleh karena itu saya
memantau banyak tempat dan memantau daerah mana yang sedang
panen. Pengiriman pun juga harus hati-hati sebab buah ini rawan busuk
jika tidak segera diolah.
- Setelah dikeringkan pala dibor satu-satu dan ditanami pipa tembaga
sepaya bentuknya bisa seperti sate. Pengecatannay dilakukan beberapa
lapis. Pertama menggnakan tembaga untuk mengikat serbuk besi yang
pertama sebelum diperkuat oleh nikel. Penggunaan nikel dipilih untuk
menghemat biaya pembelian emas murni sebagai pelapis akhir.
- Dalam proses inilah saya juga belajar mengenai kimia dan menemukan
buku Alchemist. Dalam buku ini ada kontroversi dimana John de Baptist
dipercaya sebagai Yesus karena ia orang yang sangat pintar dan memiliki
banyak pengetahuan. Bentuk tangan yang ada di salah satu gambar yang
sempat diabadikan ini lantas saya jadikan tangan Imago Mundi.
- Tangan ini dibuat dari arang sebab arang memiliki banyak korelasi dengan
pembantaian yang ada di Maluku. Dimana orang-orang pun pelabuhan
dibumihanguskan dengan cara dibakar.
- Data lain yang saya dapatkan adalah data mengenai adanya kapal perang
Madura yang telah dilengkapi dengan meriam. Ada juga kapal perang
banten. Dan ada juga gambar yang diduga sebagai kapal perang Aceh.
Dimana gambar itu dikonstruksi ulang dari bagian-bagian yang tersisa.
Sedangkan banyak orang yang dbutuhkan dalam tiap sisi pendayung.
Darimana orang sebanyak itu bisa didapatkan.? Dicurigai bahwa di Aceh
pun ada budak-budak.

Tanya Jawab:
 Yoseph: Bagaimana cara yang perlu ditempuh dalam mensosialisasikan
konsep kepada konsumen? Apakah tidak ada kemungkinan pembatasan
interpretasi bagi konsumen?
 Bintang: Data kan bisa jadi sangat subjektif. Maka untuk bertahan pada
riset yang objektif apa yang harus dilakukan? Proses berkarya kan
panjang, mungkin ada hubungannya juga dengan konsep media bagi Bu
Tita. Jadi bagaimana sebenarnya hubungan antara media dengan karya?
 Dwi: Saya ingin menanyakan bagaimana kita menentukan konteks dalam
penelitian. Bagaimana kita mengoleh teks menjadi visual, terutama untuk
menentukan objek paling tepat?

FX Harsono:
- Kesadaran ideologislah yang sebenarnya mendasari semua penciptaan
karya. Saya selalu melihat bagaimana manusia ada di dalam fenomena
atau persoalan besar yang menyangut orang lain. Pemikiran politis pun
juga dibahas dan dilihat dari kacamata humanis tentang bagaimana
manusia berhadapan dengan kebudayaan yang lebih besar. Pemikiran
dasar ini dulu yang saya pahami, baru tuliskan semua proses berkarya dan
berkonsep. Sebab bagi saya konsep itu sama pentingnya dengan visual.
Konsep yang saya katakan adalah konsep dasar, bukan sesuatu yang
mambatasi dan bersifat tunggal. Jadi orang pun bebas
menginterpretasikan karya tersebut.
- Ketika berhadapan dengan narasumner, saya selalu mencari yang
berhubungan paling langsung dengan proses sejarah yang saya cari. Saat
kita tidak mencari narasumber lain, maka kita bisa terjebak dalah keadaan
emosional karena terikat dengan emosi narasumber tertentu.
- Pertama yang saya lakukan adalah mencari data-data visual terlebih
dahulu. Setelah itu baru teks. Teks ini saya coba kaitkan dengan realitas
yang sebenarnya. Pencarian narasumber ini pun membantu kita agar lebih
objektif dan tidak terjebak pada subjektivitas interpretasi.

Titarubi:
- Bagi saya teks juga salah satu bentuk medium, jadi ini pun menjadi bagian
dari konsep karya. Membicarakan pala, saya pun memakai pala betulan.
Untuk membuat pala ini memang berharga, saya pun memakai emas
betulan. Jadi pilihan itu menjadi penting dalam penciptaan karya. Ini pun
tidak berhubungan dengan “hanya” sebutir, sebab ini berhubungan dengan
konsep karya juga.
- Terkait konsep tunggal, setiap karya memang harus memiliki konsep
tunggal supaya fokus. Tapi ini adalah kepentingan seniman, karena setiap
orang memiliki hak untuk memaknai karya sendiri-sendiri.

FX Harsono:
- Seniman memang harus fokus. Terlebih setelah mendapatkan data yang
sangat banyak sekali. Sayangnya, seniman Indonesia banyak yang nyinyir
atau banyak omong sehingga semua data ingin dimasukkan ke dalam
karya. Padalah ini marupakan indikasi dari sebuah kegagalan. Fokus ini
menjadi salah satu bentuk proteksi agar seniman tidak nyinyir dan
memasukkan terlalu banyak hal.

Totarubi:
- Seniman tugasnya adalah memadatkan banyak data menjadi satu bentuk.
Berbeda dengan penulis yang tugasnya menguraikan dan menjelaskan
sesuatu.

Tanya jawab:
 Adin: Bagaimana poisioning bagi Anda berdua?
 Reski: Bagaimana cara kita menghasilkan karya yang membuat pennton
bertanya-tanya?

Titarubi:
- Menurut saya kejadian itu sebenarnya malah sebuah bentuk perlawanan.
Kalau saya sangat percaya bahwa apa yang saya lakukan dalam kehidupan
saya sehari-hari dengan sendirinya membentuk identitas saya. Dengan
sendirinya ketika tema-tema tertentu diambil ini akan mengcounter hal-
hal yang diserangkan. Dan ini bisa menjadi modal bagi seseorang.

FX Harsono:
- Ketiadaan seni lukis Indonesia ini adalah persebatan antara dua tokoh.
Sebab media-mesia yang digunakan adalah milik barat. Meski sebenarya
dibalik itu masih ada lagi. Sebab nilai yang berusaha dibawa adalah
kerakyatan yang dimiliki oleh pribumi.
- Saya pun tidak pernah memikirkan mengenai politik identitas delam
karya-karya saya. Memang ada perubahan antara setelah dan sebelum
turunnya Soeharto. Jika dulu saya banyak melakukan krtik kepada
pemeritah. Tapi sampai sekarang pun saya tidak pernah jauh dari identitas
dan manusia.
- Banyaknya data yang dimiliki pun menentukan media yang digunakan
dalam pembuatan sebuah karya. Setiap media memiliki kelebihan dan
keterbatasannya sendiri-sendiri. Saat ada banyak data yang mau
ditampilkan, ada video sebagai salah satu media. Begitu pula dengan
media instalasi midalnya. Ia memiliki keterbatasan dalam hal jumlah data.
Tapi dia lebih fokus pada satu fokus dan titik tertentu.
Tanya jawab:
 Semakin banyak riset semakin banyak hal menarik yang ingin diangkat.
Baimana memberi batasan terkait hal ini.?
 Bagus: Ketika proses riset selesai dan dipadatkan, bagaimana menggali
originalitas dalam karya seni?

FX Harsono:
- Saya selalu berusaha memberi batasan sebab fokus saya selama ini ada di
manusia dan identitas mereka dalam masyarakat dan kebudayaannya.
Dari banyaknya data itu saya giring semuanya sehingga menjadi suatu
karya. Ini sebenarnya ada di kesadaran ideologis. Kesadaran ini memang
bukan suatu hal yang mudah dilakukan, tapi ini akan terbentuk bersama
dengan pengalaman dan apa yang kita baca juga.
- Hari gini ngomongin orisinalitas? Sebenarnya orisinalitas adalah paham
yang dianut oleh modernisme. Bentuk-bentuk yang ada ini bukan berarti
kita tiru sepenuhnya, tapi kita beri nilai dan makna baru di dalamnya.
Yang justru harusnya dipertanyakan adalah mengapa kamu memilih
membentuk karya tersebut? Orisinalita smemang bergeser menjadi
bagaimana kita memberi nilai-nilai baru dalam sebuah karya.

Titarubi:
- Data riset tentunya didasarkan pada gagasan awal. Meski ini juga bisa
berubah menjadi satu gagasan baru jika ada sesuatu yang lebih menarik
dan potensial. Tapi tentunya tidak semua hal bisa dipakai. Intinya adalah
pada pengerucutan data to. Hal yang lain bisa disimpan dan digunakan
sebagai pemicu untuk membuat karya-karya baru.
- Originalita itu runtuh karena percepatan yang terjadi. Tidak adanya waktu
untuk merenung. Gagasan yang tiba-tiba muncul pun bisa meruntuhkan
originalitas itu. Yang paling mungkin adalah mengembangkan dan
memperbaiki. Dengan demikian akan muncul hal-hal baru lagi. Maka
pertanyaannya adalah apa sebenarnya original.?

Tanya Jawab:
 Putri: Pernah gak sih dalam berkarya itu menemukan visualnya dulu baru
mencari konteksnya?
 Jay: Apakah pernah mengalami keterbatasan biaya? Jika ya, bagaimana
solusinya?
 Ratih: Jarak pandang dalam seni rupa ini seperti apa ya? Saya tidak
sepakat mengenai data mentah yang ada dalam Bienalle, karena selain
karya kolaborasi juga memiliki waktu yang sangat panjang.
 Riki: Ini adalah workshop mengolah data menjadi karya mengenai
“Legacies of Power”. Jadi gimana sih biar seniman-seniman ini tetep
memiliki identitas ideologi, todak keluar dari tema, seger, dan gak
pasaran?

FX Harsono:
- Tidak masalah jika menemukan visual dulu, yang penting mencari
konteksnya bener-bener. Tapi visual pun besar kemungkinannya akan
berubah. Ada kebebasan dalam diri untuk mengembangkan bentuk karya.
Jika dipaksakan pun akan terasa sekali.
- Saat ini jauh lebih baik dalam mencari fund rising. Kita juga masih
memiliki banyak kemungkinan, galeri misalnya.
- Mengambil jarak adalah bagaimana mengambil jarak dengan riset itu
sendiri dan melakukan perenungan. Ketika orang itu tidak bisa mengambil
jarak, maka ia akan kebingungan dengan data-data yang didapatkan dari
risetnya. Bekerja sama dengan LSM tidak masalah, tergantung bagaimana
negosiasi yang nantinya dilakukan. Salah satu yang ditanyakan LSM adalah
keterukuran. Tapi kuantifikasi ini tidak bisa dilakukan dalam proses
kebudayaan. seni tidak akan bisa dikuantifikasikan. Oleh karena itu
bekerjasama dengan LSM kita harus memiliki sikap.

Titarubi:
- Dalam karya found object kan biasanya menemukan visualnya dulu baru
menemukan konteks. Jad itu tidak masalah, sebab yang penting adalah
proses. Kita tidak harus kaku kepada diri sendiri.
- Kalau saya biasanaya baru berani gila-gilaan kalau uangnya sudah jelas
sumbernya. Ini jadi ancer-ancer risetnya. Jadi kalau kita gak punya biaya
tapi gila-gilaan ya kita bunuh diri juga. Tapi kalau udah di tengah jalan,
biasanya itu cari donasi. Entah mekanismenya minjem dan dikembalikan
setelah pameran atau gimana nanti mekanismenya.
- Berjarak dengan masalah itu penting. Sebab jika tidak kita akan hanya
melihat yang permukaan saja. Tapi dengan berjarak kita bisa melihat lebih
dalam.

Anda mungkin juga menyukai