Kegagalan Konstruksi Gedung
Kegagalan Konstruksi Gedung
Elyabarrung20@gmail.com
ABSTRAK
Kegagalan kolom adalah salah satu kondisi kegagalan di gedung di mana kolom tidak dapat
menerima beban lebih dari balok atau unsur lain. Oleh karena itu dalam merancang kolom
diperlukan perhitungan yang lebih akurat yang membutuhkan lebih banyak waktu dengan
perhitungan manual. Solusi dalam merancang kolom dengan perhitungan yang akurat dan
cepat menggunakan software elemen hingga. software elemen hingga dapat menghitung
kolom ketegangan dengan hasil presisi tinggi. Dalam tulisan ini, kegagalan kolom ditentukan
dengan hasil kolom ketegangan. Kolom yang digunakan dalam makalah ini menggunakan
variasi: kolom bagian dimensi, kapasitas ultimate beton, tulangan longitudinal, dan kapasitas
ultimate baja. Hasil dari analisis perangkat lunak elemen hingga menunjukkan bahwa
peningkatan kolom ketegangan dengan peningkatan parameter kolom seperti dimensi
penampang kolom. Dan hasil kolom regangan dari software elemen hingga memiliki hasil
yang serupa dengan analisis menggunakan metode lentur. Hal ini menyebabkan menunjukkan
perangkat lunak elemen hingga dapat digunakan dalam analisis kegagalan kolom.
BAB I PENDAHULUAN
1
atau konstruksi bangunan. Tapi jika terjadi kegagalan, korban pertama adalah pemilik
proyek.
Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria yaitu kuat,
kaku, dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung dikatakan cacat atau
mengalami kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur struktur tidak memenuhi salah satu
atau keseluruhan kriteria di atas.
Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki spectrum yang
sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun
penggunaan dan pemanfaatan. Lebih detail seperti kesalahan desain, pelaksanaan
yang tidak sesuai bestek, metode pelaksanaan yang tidak baik, dan kesalahan
penggunaan pembebanan berlebih serta perawatan yang kurang serta hingga
penggunaan yang melampaui batas umur bangunan semua itu berpotensi untuk
menimbulkan kegagalan konstruksi.
Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi dapat menimbulkan
kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Oleh karena itu perlu diantisipasi secara
cermat. Bangunan yang didesain terhadap beban-beban rencana dari code-code yang
ada, belum dapat menjamin sepenuhnya bebas dari segala risiko kegagalan bangunan,
karena penyebabnya kompleks. Salah satu strategi mengantisipasi risiko dapat dimulai
dari tahap perencanaan. Langkah pertama yang penting adalah memperkirakan
penyebab kegagalan sehingga dapat dibuat simulasi kejadiannya. Selain simulasi fisik
(eksperimen) maka simulasi numerik berbasis komputer menjadi alternatif lain yang
canggih dan relatif murah.
2
Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin dapat dibahasnya secara
keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang dimiliki sangat terbatas. Maka perlu
diberikan batasan-batasan masalah untuk makalah ini. Oleh karena itu, kami
memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian kegagalan konstruksi bangunan dari berbagai sumber.
2. Hal-Hal yang dapat menjadi penyebab dan unsur utama dalam kegagalan suatu
konstruksi bangunan.
3. Beberapa contoh kasus kegagalan yang pernah terjadi dalam bidang konstruksi
bangunan beserta penyebabnya.
3
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja
tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga
mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan
(strength), stabilitas (stability) dan kenyamanan layak pakai (serviceability)
yang disyaratkan.
4
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.
5
Gambar 2.1. Keruntuhan Gedung Skyline Plaza
(sumber: https://failures.wikispaces.com/Bailey%27s+Crossroads+-+Skyline+Plaza)
Pada tanggal 5 Maret 1973, tiga hari setelah keruntuhan, Pusat Teknologi
Bangunan dari Badan Standar Nasional dipanggil untuk menyelidiki runtuhnya
Skyline Plaza dan menentukan penyebab kegagalannya. Analisis finite element
(elemen hingga) tiga dimensi dilakukan pada lantai 22 dan 23 untuk
menentukan besarnya gaya yang bekerja pada pelat lantai dan apakah benar
lantai tersebut dapat bisa memikul beban. Untuk kesempurnaan penyelidikan,
6
dilakukan analisis secara terpisah dalam 3 kasus yang mewakili semua kondisi
yang mungkin terjadi pada saat keruntuhan.
Hasil dari analisis menetapkan bahwa momen yang terjadi pada strip (jalur)
kolom dalam pelat lantai tidak cukup besar untuk menyebabkan keruntuhan.
Di sisi lain, analisis menunjukkan bahwa untuk kasus I dan III, kolom nomor 67,
68, 83, dan 84; semuanya memikul tegangan geser yang lebih besar dari kapasitas
geser beton. Hal ini menunjukkan bahwa pembongkaran/pelepasan sebagian atau
keseluruhan penyangga bekesting adalah faktor utama penyebab keruntuhan.
Analisis kasus II menunjukkan bahwa tegangan geser di pelat lantai tidak
melebihi kapasitas desain. Hasil ini menegaskan bahwa kekuatan pelat lantai 23
di bawah kekuatan desain 3000 psi pada saat keruntuhan. (Leyendecker 1977)
7
Jenis keruntuhan ini sangat tidak diinginkan karena biasanya terjadinya tanpa
diawali tanda-tanda peringatan. Hal ini juga memungkinkan dapat menyebabkan
terjadinya kegagalan progresif yang didefinisikan oleh Asosiasi Semen Portland
sebagai "kegagalan lokal komponen struktural utama yang menyebabkan runtuh
bagian lainnya yang pada gilirannya menyebabkan keruntuhan beruntun." (Polak
2005) Dalam kasus Skyline Plaza, keruntuhan lantai 23 menyebabkan keruntuhan
pada lantai berikut dan menyebabkan keruntuhan total semua lantai bangunan.
Pembangunan Hyatt Regency Kansas City dimulai pada tahun 1976 oleh
Crown Center Redevelopment Corporation, yang mempekerjakan Gillum-
8
Colaco Inc. of Texas sebagai konsultan struktur. Gillum-Colaco bekerja sama
secara erat dengan Crown Center Redevelopment dan arsitek proyek untuk
mengembangkan rencana dan membuat gambar dan spesifikasi struktur.
Konstruksi hotel dimulai pada tahun 1978. Gillum-Colaco sebenarnya tidak
melakukan perhitungan struktur proyek ini, tetapi men-subkontrakkan
pekerjaan ini ke anak perusahaannya, Jack. D. Gillum and Association, Ltd.
Kontraktor umum untuk proyek ini adalah Eldridge Construction Company,
yang mempekerjakan Havens Steel Company sebagai subkontraktor fabrikasi
dan pengangkatan baja atrium. Desain asli menyebutkan bahwa selasar itu di
gantung dengan batang baja (rod) yang disambungkan ke langit-langit atrium.
Ada dua selasar yang dibuat dan dihubungkan ke masing-masing batang baja
dengan baut secara terpisah. Implementasi desain ini mengharuskan
ditembuskannya batang baja, hal ini akan meningkatkan biaya cukup banyak.
Havens menyarankan perubahan desain untuk menghindari kegarusan
menembusnya batang baja yang panjang. Biasanya, subkontraktor tidak
menyarankan perubahan struktur, terutama jika perubahan itu dapat
menghemat biaya atau mempermudah fabrikasi. Desain yang sudah berubah,
hanya memerlukan tembusan batang baja yang lebih pendek di dekat ujung
batang baja.
Dalam desain aslinya, masing-masing mur hanya menahan satu lantai selasar.
Sayangnya, dalam revisi desain itu, beberapa mur menahan berat kedua
selasar, secara efektif menggandakan beban mur. Gillum and associates
kemudian mengklaim tidak pernah melihat dokumen yang berhubungan
dengan perubahan ini. Mereka juga menyatakan bahwa tidak ada orang dari
Havens atau Eldridge yang menghubungi mereka tentang perubahan ini.
Meskipun demikian, gambar menunjukkan perubahan ini distempel oleh
Gillum pada bulan Februari 1979.
Pada bulan Oktober 1979, selama konstruksi, sebagian atap atrium runtuh. Ada
beberapa penyelidikan tentang kejadian ini yang dilakukan oleh perusahaan
teknik independen. Laporan yang dikirimkan ke pemilik dan arsitek
memberikan jaminan bahwa desain atrium itu aman. Pada bulan Juli 1980,
hotel itu dibuka untuk bisnis. Pada bulan Juli 1981, selama pesta dansa,
banyak orang yang berdansa di selasar lantai dua dan lantai empat. Beban
akibat jumlah orang yang banyak di selasar dan ayunan ringan dari gerakan
9
dansa menyebabkan kegagalan penghubung yang mendukung selasar,
mengakibatkan ratusan orang tewas dan terluka.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
10
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu
(persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan
tidak berfungsi dengan baik.
2. Kegagalan Konstruksi dapat diakibatkan oleh 2 hal, yaitu akibat kesalahan
manusia dan akibat kejadian alam yang tidak dapat diprediksi. Sedangkan unsur
utama keruntuhan dapat diakibatkan oleh keruntuhan bangunan itu sendiri
karena kesalahan pada desain sehingga bangunan tidak mampu menopang beban
yang bekerja dan diakibatkan oleh kinerja pelaksanaan konstruksi yang tidak
bagus.
4.2 Saran
Diharapkan pada semua pihak terkait dalam bidang konstruksi, khususnya
kalangan kontraktor dan jasa konstruksi agar selalu meningkatkan mutu dan kualitas
saat pengerjaan proyek. Maupun dari sisi desainer, arsitek dan perancang agar selalu
melakukan konsolidasi dan pengawasan secara berkala terhadap pihak-pihak terkait
dilapangan, agar kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan banyak korban dapat
diminimalisir.
11
DAFTAR PUSTAKA
Tumilar, Steffie. 2006. Latar Belakang dan Kriteria dalam Menentukan “Tolak Ukur”
Kegagalan Bangunan. Seminar HAKI. Jakarta.
http://gouw2007.wordpress.com/2016/04/16mengungkap-kegagalan-struktur/
https://failures.wikispaces.com/2016/04/16/Skyline-Plaza/
https://en.wikipedia.org/wiki/2016/04/16/Hyatt-Regency/
http://www.hassweb.com/2016/04/16/Hyatt-DeLatte.pdf/
12