Anda di halaman 1dari 3

Undang-undang No.

12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi mengungkapkan pendidikan


tinggi adalah jenjang pendidikan diatas pendidikan menengah yang mencakup diploma, sarjana,
pascasarjana, magister, doctor, dan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan Indonesia. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP No. 61 Tahun
1999), pendidikan tinggi adalah pendidikan di jalur pendidikan sekolah yang jenjangnya lebih
tinggi daripada pendidikan menengah.
Selain itu perguruan tinggi dibagi menjadi dua macam yaitu perguruan tinggi negeri dan
perguruan tinggi swasta. Perguruan Tinggi Negeri yang selanjutnya disingkat PTN adalah
Perguruan Tinggi yang didirikan atau diselenggarakan oleh Pemerintah. Sedangkan Perguruan
Tinggi Swasta yang selanjutnya disingkat PTS adalah Perguruan Tinggi yang didirikan atau
diselenggarakan oleh masyarakat.
Akuntansi pendidikan tinggi merupakan proses pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan
keuangan dalam lembaga perguruan tinggi sebagai tolok ukur kinerja, media akuntabilitas dan
transparansi public guna untuk pegambilan keputusan oleh pihak-pihak yang terkait. Aturan mengenai
tujuan, prinsip, sumber pendanaan, dan pengelolaan keuangan pendidikan tinggi sebagian kecil diatur
juga dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi.
Pendanaan pada perguruan tinggi dapat diperoleh dari sumber pemerintah, masyarakat,
dan pihak luar negeri. Penggunaan dana yang berasal dari pemerintah, baik dalam bentuk
anggaran rutin maupun anggaran pembangunan serta subsidi, diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, dana yang diperoleh dari masyarakat dapat
berasal dari sumber-sumber sebagai berikut.
a) Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
b) Biaya seleksi masuk perguruan tinggi.
c) Hasil kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi perguruan tinggi.
d) Hasil penjualan produk yang diperoleh dari hasil penyelenggaraan pendidikan tinggi.
e) Sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintah, atau lembaga non-pemerintah.
f) Penerimaan dari masyarakat lainnya.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perguruan Tinggi yang diselanggarakan oleh
Pemerintah, setelah disetujui oleh senat perguruan tinggi, kemudian akan diusulkan oleh Rektor/
Ketua/ Direktur melalui Menteri Pendidikan kepada Menteri Keuangan untuk disahkan menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Perguruan Tinggi.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perguruan Tinggi yang diselanggarakan oleh
masyarakat, setelah disetujuai oleh senat perguruan tinggi, akan diusulkan oleh Rektor/ Ketua/
Direktur kepada badan penyelenggara peguruan tinggi bersangkutan untuk disahkan menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Perguruan Tinggi.
Pimpinan perguruan tinggi bertugas menyusun usulan struktur tariff dan tata cara
pengelolaan serta pengalokasian dana yang berasal dari masyarakat setelah disetujui oleh senat
perguruan tinggi, usulan tersebut kemudian diajukan oleh Rektor/ Ketua/ Direktur melalalui
Menteri atau pimpinan lembaga Pemerintah lain kepada Menteri Keuangan untuk disahkan.

Siklus Akuntansi Perguruan ,tTinggi

Menurut Indra Bastian (2007), Siklus Akuntansi Dalam Perguruan Tinggi merupakan
proses akuntansi mulai dari pencatatan transaksi keuangan sampai dengan penyusunan laporan
keuangan pada akhir suatu periode. Pada dasarnya akuntansi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Membuat atau menerima bukti pencatatan di mana biasanya sebuah entitas mempunyai
form voucher (bukti pencatatan) sendiri atau bukti lain yang bisa berupa kwitansi atau
yang lainnya.
2. Mencatat dalam buku jurnal.
3. Memindahkan buku jurnal ke buku besar.
4. Menyusun laporan keuangan.

Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Univeritas

1) Memberikan informasi mengenai:

 Jumlah dan sifat aset, kewajiban dan aset bersih.


 Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya. yang mengubah nilai dan sifat aset bersih
 Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan hubungan antara
keduanya
 Cara lembaga pendidikan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan
melunasi suatu pinjaman dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditas.
 Usaha jasa bagi lembaga pendidikan tinggi.
2) Menunjukan akuntabilitas kegiatan dengan cara mempertanggungjawabkan melalui laporan
keuangan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3) Mewujudkan transparansi dalam pelaporan keuangan dengan menyediakan informasi keuangan yang
terbuka bagi masyarakat

4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan serta

Sumber referensi:

Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.


Peraturan Pemerintah (PP No. 61 Tahun 1999.
Indra Bastian. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jogjakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai