Anda di halaman 1dari 10

RIKARDUS DJEGADUT

SURAT CINTA
UNTUK
ADRIANE

Diterbitkan secara mandiri

Melalui NulisBuku.com
SURAT CINTA UNTUK ADRIANE

Oleh: Rikardus Djegadut

Copyright © 2014 by Rikardus Djegadut

Penerbit

Rengkawaek

Putracongkasae.wordpress.com

Djegadut.richardus@gmail.com

Desain Sampul:

Rikardus Djegadut

Diterbitkan melalui:

NulisBuku.com

2
Ucapan Terimakasih:
“Surat Cinta Untuk Adriane” ini 100%
tercipta oleh berkat Allah yang sungguh Melimpah.
Gloriam Dei ad Majorem.

Dan untuk semua pribadi yang luar biasa,


yang pernah melintas dalam sejarah perjalanan
hidupku baik di waktu lalu, sekarang maupun nanti,
terima kasih telah menjadi sumber inspirasi bagi
hatiku bergulat denga duka dan mendorong pikiranku
mewartakanya dalam coretan-coretan tanpa makna
ini sehingga terkumpul menjadi sebuah buku.

Surabaya, Januari 2015


Salam Kasih

Rikardus Djegadut

3
KATA PENGANTAR

Salah satu tantangan terhebat manusia yang


tak terkalahkan oleh hati dan akal sehatnya adalah
ketakmampuannya melawan kecenderungan
manusiawiNya—yakni kecenderungan meragukan
dan mempertanyakan kebenaran akan suatu hal yang
terlampau jauh dari jangkaun panca inderawinya—itu
tak salah, karena memang meragukan dan
mempertanyakan berakar bertahta dalam akal sehat
manusia.

Namun demikian, manusia juga dituntut


untuk takluk pada kebenaran kenyataan yang jauh
dari jangkauan panca inderawinya—Ia harus take a
leap of faith untuk kebenaran-kebenaran itu

Kebenaran eksistensinya Tuhan merupakan


sebua kebenaran yang tak semudah membalikan
telapak tangan menerimanya—yang dalam buku ini,
Tuhan dilukiskan sebagai sang kekasih tapi juga pada
point-point tertentu digambarkan sebagai sang

4
terkasih yang keberadaanya, kebenaran eksistensinya
disangsikan setiap saat.

Tuhan sebagai sang Kekasih, berusaha sekuat


tenaga, jiwa raga meyakinkan sang terkasihnya
bahwa Tuhan sungguhnya mencintainya, selalu setia
berada disampingnya siang dan malam, dalam suka
maupun duka, dalam sehat atau sakit. Namun
demikian sang terkasih belum tentu sepenuhnya
yakin dan menyadari hal keagungan cintaNya—dan
ketaksadarannya, ketakyakinannya itu
meghanyutkannya ke dalam samudera keraguan dan
kegalauan mahadalam. Tapi sesungguhnya,s emua
berawal dari kelemahan manusia, ketakmampuan
panca inderawi melihat misteri cinta Tuhan itu.

Terpisah dari dan ketakmampuan melihat


sang kekasih atau terkasih in person bukanlah hal
yang mudah diterima. Kala hati sedang di landa
gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun
tempat sandarannya terlampau tak terjangkau, tak
terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan,

5
sakit hati, putus asa datang mencekik hati kecil kita—
dan yang pasti sakit, lalu kitapun menanyakan
kebenaran sandaran hati yang dituju sang sanubari:
terkadang hati kecil kita bertanya “apakah benar
kekasih di seberang sana yang tak tertangkap panca
inderawiku sungguh ada? Apa masih ada cinta
untukku? Rindukah engkau padaku layaknya aku
yang tengah merindumu mati-matian? Atau
barangkali kau hanyalah mahakarya ilusiku, ciptaan
inovatif akal sehatku—in other words, kau adalah
fiktif semata: fantasi belakakku…buku ini hadir
menghadirkan semua polemic dan kesusahan hati itu.

Salam dari bilik kasih


Disuatu senja yang seram
November 2014

6
DAFTAR ISI

LOVE LETTERS TO ADRIANE

Tentang Penderitaan 5
Tentang Penantian 15
Simponi Rindu 21
The Essence of My Love 25
My Love is Unfathomable 31
The Lover’s Confession of Love 37
On Longing 44
Cinta Yang Menyelamatkan 48
I Love Thee Divinely 51
Setialah Pada Imanmu 53
Malam Terakhir: Malam Penentuan 61
Pulanglah: Rumah Hatiku Kini Sepi 69
Rindu Sang “Aku” Yang Terkurung 70

7
Baitan Petuah dalam Lembaran Kasih 85
My Heart Waits For You 79

PUISI-PUISI

Merindukan Pelukan Abadimu 85


Perpisahan 90
Doa Seorang Penderita 92
Sang Aku dan Sang Khalik 94
Hati Penuh Syukur 96
Rindu Tak Berujung 98
Aku dan Sepiku 102
Bumi Bulat Bundar:
Meretas Resah 104

8
LOVE LETTERS TO ADRIANE

Tentang Penderitaan:
Penderitaan Bentuk penyempurnaan
Adriane Terkasihku,
Ini pertama kalinya kurangkaikan rinduku
yang menggunung dalam helain-helain kertas putih
sederhana ini, mencoba melukis rasa rindu dan
cintaku yang mengamuk di relung terdalam hati ini
dengan kata-kata ciptaan akal budi manusia.
Dalam cermin mata hati ini, lewat jendela
permenunganku, sesunggunya aku melihat deritamu
yang tak bertepi, sengsaramu yang tak pernah
menepi—ingin selalu bersamamu, tak ingin jauh dari
hidupmu. Seakan-akan kau dan deritamu identic dan
satu. Ah Adriane, kekasih pemberaniku, percayalah
padaku, derita itu membawamu pada kesempurnaan,
menyucikan dan memurnikan jiwamu. Derita itu
adalah hakiki bagi kehidupan.
Adriane, laskar pemberani terkasihku, betapa
tinginnya inginku membebaskan derita-derita itu dari

9
hidupmu. Aku bersedia membuka tabir penderitaan
yang menutupi setiap langkah hidupmu, andaikata
perbuatan membuka tabir itu memberimu kelegaan
dan mendewasakanmu. Tapi, jujur aku tak punya apa
apa. Manusia sederhana yang tak memiliki apa apa.
Aku hanyalah seorang yang terkaruniai kekuatan
berempathy—menempatkan diriku pada posisimu:
mencoba merasakan apa yamg kau rasakan dan
mengerti penyebab setiap bongkah persoalanmu
tanpa menanyakanmu.
Ah Adrianeku, diluar bulan tak bersinar lagi
layaknya malam-malam sebelumnya, awan tebal
megerudunginya. Mungkin langit sedang ikut
berkabung bersama diriku yang sedang menangisi
dirimu yang tak pernah lelah berteman dengan duka
dan derita. Ah Adriane, meski kini awan-awan itu
sudah membuang air besarnya, tapi bulan tak
diijinkanya bersinar. Mantel putihnya masih saja
mendekap sang rembulan dalam pelukan kelamnya.
Adriane kekasih pemberaniku, hatiku tengah
dilanda bencana rasa iba yang menyamudra…ah

10

Anda mungkin juga menyukai