Anda di halaman 1dari 3

Cara Agar Biji Bertunas

Daftar Isi (klik di bawah ini)


1. Dormansi (Biji Sedang Tidur)
2. Skarifikasi
    2.1. Menipiskan Kulit Biji/Benih
    2.2. Meregangkan Kulit Biji/Benih
    2.3. Meretakkan Kulit Biji/Benih
    2.4. Mengeluarkan Biji dari Cangkangnya
3. Perendaman Cara Kimia
4. Merendam Benih
5. Germinasi Benih (Memunculkan Tunas)
6. Stratifikasi Benih (Menciptakan Lingkungan Benih)

kembali ke atas
1. Dormansi (Biji Sedang Tidur)
Benih/biji tanaman yang kita lihat sehari-hari sebenarnya sedang tidur (dorman). Ketika benih
tersebut berkecambah atau mengeluarkan tunas, maka dikatakan bahwa benih tersebut telah bangun dari
tidurnya. Kondisi yang sedang atau masih tidur inilah disebut dengan dormansi yaitu kondisi benih/biji
tumbuhan yang sedang tidur (dorman) sampai benih tersebut mendapatkan kondisi dan waktu ideal untuk
bangun atau tumbuh atau berkecambah (mengeluarkan tunas) dan menjadi bibit.
Setiap biji berbeda-beda masa dan kondisi yang dibutuhkan agar bangun dari tidurnya (mengeluarkan tunas atau
berkecambah). Hal ini terutama bergantung dari kekerasan kulit biji, kedap atau tidak kedap air, serta suhu
sekitar biji tersebut.
Sebagian besar biji tidak memerlukan perlakuan khusus, dibiarkan begitu saja beberapa hari sudah langsung
mengeluarkan tunas (berkecambah). Namun ada yang kulit bijinya harus diampelas dulu, dikupas atau
diretakkan, ditekan dengan tekanan tertentu, direndam dengan larutan tertentu, direbus, direndam dengan air
hangat, air dingin, dimasukkan kulkas, dsb.
Demikian juga dengan waktu yang dibutuhkan agar biji bangun dari tidurnya.
Sebagian besar benih/biji hanya memerlukan satu atau beberapa hari saja sudah bertunas. Namun ada yang
membutuhkan waktu sampai 4 bulan diletakkan dalam suhu dingin (di dalam kulkas) seperti biji Apricot, atau 3
bulan untuk biji Blackberry, juga ada yang cukup beberapa jam saja.
Terdapat beberapa cara agar biji menjadi bertunas (berkecambah) seperti berikut ini.
kembali ke atas
2. Skarifikasi Biji/Benih
Skarifikasi benih/biji adalah melakukan sesuatu (umumnya secara fisik) terhadap benih/biji sedemikian
rupa sehingga benih/biji menjadi lebih mudah menyerap air dan udara, yang otomatis akan mempercepat biji
menjadi bertunas atau berkecambah.
Upaya stratifikasi benih/biji antara lain dengan menipiskan kulit biji, meregangkan atau meretakkan kulit biji,
mengeluarkan biji dari cangkang kulit yang keras, dan sebagainya.
kembali ke atas
2.1. Menipiskan Kulit Biji/Benih
Menipiskan kulit benih/biji perlu dilakukan pada benih/biji yang kulitnya keras dan kedap air, karena sulit
ditembus oleh air dan udara. Namun harus hati-hati dalam melakukannya agar tidak merusak bagian dalam
benih tersebut.
Dengan ditipiskannya kulit benih/biji yang keras, maka kulit biji menjadi lebih mudah ditembus oleh air atau
udara, sehingga membantu peresapan air yang akan mempercepat munculnya tunas.
Beberapa tanaman mempunyai kulit biji yang keras, sehingga perlu ditipiskan kulitnya dengan cara
dikikir/diamplas sebagian kulit benih/bijinya. Daerah yang ditipiskan bisa dimana saja (pangkal kulit biji,
punggung kulit biji, atau tepinya). Cukup tipisnya di satu titik atau satu bagian saja, karena tujuan utama
menipiskan tersebut agar air dan udara lebih mudah masuk ke dalam bijinya.
Caranya, pegang bijinya dan gosokkan perlahan-lahan pada amplas/kikir. Ketika kulit bijinya berubah
warna (karena bakal tunas warnanya berbeda dengan kulit biji), maka segera hentikan, itu berarti biji tersebut
sudah selesai di-skarifikasi dan siap direndam.
Setelah kulit benih dianggap sudah mampu menyerap air, maka dilanjutkan dengan merendam benih dalam
air kemudian proses germinasi (membuat benih bertunas/berkecambah). Untuk benih tertentu bisa langsung ke
proses germinasi benih.
kembali ke atas
2.2. Meregangkan Kulit Biji/Benih
Meregangkan kulit biji adalah membuka/meregangkan sedikit mulut/ujung biji agar air dan udara dapat
masuk ke dalam biji tersebut, sehingga mempermudah dan mempercepat biji mengeluarkan tunas
(mempercepat proses perkecambahan).
Peregangan kulit biji ini perlu dilakukan pada benih/biji yang kulitnya kedap air dan keras, sehingga sulit
ditembus oleh air. Namun harus hati-hati dalam melakukannya agar tidak merusak bagian dalam benih tersebut.
Alat yang digunakan untuk meregangkan/membuka ujung biji tersebut antara lain tang kecil atau gunting kuku
atau menggunakan gigi kita (seperti makan kuaci/kwaci).
Cara meregangkannya seperti berikut ini. Pegang biji tersebut, kemudian bagian ujung yang lancip ditekan sedikit
menggunakan tang kecil sehingga ujung bijinya menjadi terbuka (regang). Atau bagi yang sering makan kuaci,
bisa juga meregangkannya menggunakan gigi kita, dengan cara ujung biji tersebut ditekan sedikit menggunakan
gigi sehingga terbuka.
Yang perlu diperhatikan saat menekan untuk meregangkannya jangan terlalu keras dan jangan terlalu lebar,
karena dikawatirkan biji didalamnya menjadi retak atau terluka sehingga tidak dapat bertunas/berkecambah. Jadi
yang dibutuhkan hanya sesedikit mungkin mulut kulit bijinya terbuka agar air dan udara bisa masuk.
Setelah mulut biji dianggap sudah sedikit terbuka, maka dilanjutkan dengan merendam benih dalam air
kemudian proses germinasi (membuat benih bertunas/berkecambah). Untuk benih tertentu bisa langsung ke
proses germinasi benih.
kembali ke atas
2.3. Meretakkan Kulit Biji/Benih
Skarifikasi ini adalah meretakkan sedikit ujung kulit biji agar air dan udara dapat masuk ke dalam
biji tersebut, sehingga mempermudah dan mempercepat biji mengeluarkan tunas (mempercepat proses
perkecambahan).
Peretakan kulit biji perlu dilakukan pada benih/biji yang kulitnya kedap air dan keras, sehingga sulit ditembus
oleh air. Namun harus hati-hati dalam melakukannya agar tidak merusak bagian dalam benih tersebut.
Alat yang digunakan untuk meretakkan ujung biji antara lain tang kecil atau gunting kuku. Ujung biji yang
dimaksud adalah bagian yang lebih runcing dibandingkan ujung satunya.
Cara meretakkannya seperti berikut ini. Pegang biji tanaman kemudian bagian ujung yang lancip ditekan sedikit
menggunakan tang kecil atau pemotong kuku sehingga ujung bijinya menjadi sedikit retak atau sedikit terbuka
(regang).
Yang perlu diperhatikan saat menekan untuk meretakkannya jangan terlalu keras, karena dikawatirkan biji
didalamnya menjadi retak atau terluka sehingga tidak dapat bertunas/berkecambah. Jadi yang dibutuhkan
hanya sesedikit mungkin retak ujungnya agar air dan udara bisa masuk.
Setelah mulut biji dianggap sudah sedikit terbuka, maka dilanjutkan dengan merendam benih dalam air
kemudian proses germinasi (membuat benih bertunas/berkecambah). Untuk benih tertentu bisa langsung ke
proses germinasi benih.
kembali ke atas
2.4. Mengeluarkan Biji dari Cangkangnya
Beberapa biji memiliki cangkang kulit luar yang keras (misalkan biji bidara), sehingga biji/benih perlu
dikeluarkan dari cangkang kulit luarnya untuk mempermudah dan mempercepat biji mengeluarkan tunas
(mempercepat proses perkecambahan).
Cara paling praktis adalah langsung pecahkan cangkang luar bijinya dengan menggunakan palu atau besi
pipih atau tang, lakukan perlahan dan hati-hati agar biji didalamnya tidak ikut pecah atau rusak.
Cara yang lebih sabar dengan direndam terlebih dulu biji yang masih terbungkus cangkang selama 8-12 jam.
Selanjutnya tiriskan lalu dijemur selama 1-3 jam sehingga cangkang lebih mudah untuk dipecahkan.
Kemudian baru pecahkan cangkang luar bijinya dengan menggunakan palu atau besi pipih atau tang. Tetap
lakukan dengan perlahan dan hati-hati agar biji didalamnya tidak ikut pecah atau rusak.
Setelah biji dikeluarkan dari cangkangnya, maka dilanjutkan dengan merendam benih dalam air kemudian
proses germinasi (membuat benih bertunas/berkecambah). Untuk benih tertentu bisa langsung ke
proses germinasi benih.
kembali ke atas
3. Perendaman Cara Kimia
Tujuan dari perendaman cara kimia ini adalah menjadikan pori-pori kulit biji lebih mudah dimasuki air atau
lebih mudah menyerap air (imbibisi), setelah itu baru dilanjutkan proses lainnya.
Misalkan menggunakan larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat
kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Contoh lain, perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam. Perendaman
benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit, dan sebagainya.
Larutan kimia lain yang sering digunakan seperti asam hidrochlorit, potassium hidroxide, potassium nitrat dan
Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh seperti Cytokinin, Gibberelin, iuxil (IAA), dsb.
Setelah pori-pori kulit benih dianggap sudah lebih mudah menyerap air, maka dilanjutkan dengan merendam
benih dalam air kemudian proses germinasi (membuat benih bertunas/berkecambah). Untuk benih tertentu bisa
langsung ke proses germinasi benih.
kembali ke atas
4. Merendam Benih
Fungsi perendaman ini terutama untuk melunakkan kulit benih sehingga memudahkan penyerapan air oleh
benih, juga untuk mengaktifkan sel-sel dorman dan tunas bisa menembus kulitnya.
Air yang digunakan antara lain air biasa, air bawang merah, air kelapa, air yang telah diberi ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh), air fungisida, dsb.
Suhu air untuk merendam juga bervariasi bergantung dari jenis benihnya, antara lain direndam menggunakan air
hangat, air dingin, air panas, bahkan air mendidih. Ada yang direndam dengan air hangat beberapa waktu,
kemudian diganti dengan air dingin, dsb.
Setelah merendam benih dan kulit benih dianggap sudah lunak, barulah dilakukan proses germinasi atau
perkecambahan (membuat benih bertunas/berkecambah).
kembali ke atas
5. Germinasi Benih (Memunculkan Tunas)
Germinasi benih atau perkecambahan benih adalah proses akhir membuat agar benihnya mengeluarkan tunas
(berkecambah) atau menjadikan benih bertunas/berkecambah.
Pada umumnya proses ini dilakukan setelah benih direndam kemudian ditiris (dientaskan), selanjutnya dilakukan
germinasi benih menggunakan tisu atau kapas atau kain. Kemudian dimasukkan plastik atau ditutup plastik dan
dibiarkan/dirawat beberapa hari sampai muncul kecambah/tunasnya sekitar 0,5 - 2 cm, baru kemudian disemai
atau ditanam langsung.
kembali ke atas
6. Stratifikasi Benih (Menciptakan Lingkungan Benih)
Beberapa jenis benih yang dulunya berasal dari daerah yang memiliki 4 musim (musim panas, gugur, dingin,
semi) membutuhkan perlakuan khusus agar benih dapat bertunas / berkecambah secara optimal.
Benih-benih tersebut biasanya "tidur" selama musim gugur dan musim dingin kemudian bertunas
menjelang atau saat musim semi (saat suhu mulai menghangat).
Untuk benih semacam ini agar bertunas dilakukan stratifikasi benih yaitu diciptakan lingkungan benih sesuai
dengan habitatnya (sesuai dengan lingkungan asal benih tersebut).
Misalkan benih anggur dari Inggris, pada umumnya benih anggur tersebut "tidur" selama musim gugur dan
musim dingin kemudian bertunas saat musim semi. Oleh karena itu, benih anggur tersebut agar mau
bertunas harus dikondisikan dulu seolah-olah berada dalam musim gugur dan musim dingin dengan
cara dimasukkan ke dalam kulkas (jangan di freezer) selama 6 bulan. Untuk benih lainnya ada yang
membutuhkan waktu 4 bulan seperti bunga sakura dan aprikot, 3 bulan untuk biji Blackberry, dsb.
Proses yang dilakukan sebenarnya sama dengan proses germinasi, yaitu setelah benih direndam kemudian
ditiris (dientaskan), selanjutnya dilakukan stratifikasi benih menggunakan tisu atau kapas sebagai medianya.
Kemudian dimasukkan atau ditutup plastik dan diletakkan dalam kulkas (jangan di freezer) selama beberapa
bulan dan dirawat sampai benih tersebut mengeluarkan tunasnya.

Anda mungkin juga menyukai