Dosen Pengampu :
Yurike Kinanthy Karamoy, M.Pd, Kons
Disusun oleh:
Kelompok 10
Cover
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1. Apa pengertian Monitoring bk..................................................................................................4
2. Apa yang dimaksud dengan Monitoring dan penilaian bk........................................................4
3. Apa Pengertian evaluasi............................................................................................................4
4. Apa Pengertian evaluasi bk.......................................................................................................4
5. Apa Tujuan pelaksanaan evaluasi program bk..........................................................................4
6. Apa saja Jenis-jenis evaluasi program bk..................................................................................4
7. Apa saja Model-model evaluasi dalam bk.................................................................................4
1.3. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................4
1. Untuk Mengetahui Pengertian Monitoring bk...........................................................................4
2. Untuk Mengetahui Monitoring dan penilaian bk.......................................................................4
3. Untuk Mengetahui Pengertian evaluasi.....................................................................................4
4. Untuk Mengetahui Pengertian evaluasi bk................................................................................4
5. Untuk Mengetahui Tujuan pelaksanaan evaluasi program bk...................................................4
6. Untuk Mengetahui Jenis-jenis evaluasi program bk..................................................................4
7. Untuk Mengetahui Model-model evaluasi dalam bk.................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1. Pengertian Monitoring....................................................................................................5
2.2. Monitoring dan Penilain BK..........................................................................................5
2.3. Pengertian Evaluasi........................................................................................................8
2.4. Pengertian Evaluasi BK..................................................................................................8
2.5. Tujuan pelaksanaan evaluasi program bimbingan konseling.....................................8
2.6. Jenis-jenis Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling............................................9
2.7. Model-Model Evaluasi dalam Bimbingan dan Konseling..........................................11
BAB III...........................................................................................................................................16
2
PENUTUP......................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................16
3.2. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1) Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap
pelaksanaan jenis layanan dan kegiatan pendukung BK untuk
mengetahui perolehan siswa yang dilayani.
2) Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu
tertentu (jangka pendek: satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah
satu/ sejumlah layanan dan atau kegiatan pendukung BK
diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/ kegiatan terhadap
siswa.
3) Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu
tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau
beberapa layanan dan kegiatan pendukung BK diselenggarakan untuk
mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung
BK terhadap peserta didik yang bersangkutan dan arah tindak
lanjutannya.
Fokus penilaian hasil layanan BK adalah dipahami/ dikuasainya lima
komponen yang disebut AKURS oleh peserta didik/ sasaran layanan, yaitu:
A = Acuan yang perlu digunakan oleh peserta didik/ sasaran layanan
berkenaan dengan pengembangan diri dan pengetasan masalahnya. K =
Kompetetensi yang perlu dimiliki dan diimplementasikan peserta
didik/sasaran layanan untuk pengembangan diri dan pengentasan
masalahnya mengacu kepada acuan yang dimaksud. U = Upaya yang perlu
dilakukan untuk mengembangkan diri dan mengentaskan masalah mengacu
kepada acuan dan kompetensi yang dimaksud. R = Suasana perasaan
berkenaan dengan komponen A-K-U yang dimaksud. S = Sungguh-
sungguh dalam melaksanakan upaya yang dimaksudkan dalam rangka
pengembangan diri dan penanganan masalah peserta didik/sasaran layanan
yang dimaksud Dalam komponen AKURS itu termuat nilai-nilai karakter-
cerdas dan dinamika BMB3 terkait dengan permasalahan yang dibahas
dalam layanan BK.
c. Laporan Hasil Penilaian
Guru BK atau Konselor melayani seluruh peserta didik yang menjadi obyek
ampuannya, baik dalam pelayanan klasikal terjadwal maupun no-klasikal di
dalam waktu di luar waktu jam pembelajaran. Laporan hasi penilaian atas
7
keterlaksanaan pelayanan terhadap masing-masing peserta didik disusun dalam
dua bentuk, yaitu:
1) Laporan tentang jenis dan frekuensi pelayanan yang diterima masing-
masing peserta didik. Dari laporan ini dapat dilihat sampai seberapa
jauh masing-masing peserta didik terlibat dalam pelayanan BK untuk
satuan waktu tertentu (misalnya satu semester).
2) Laporan kualitas hasil pelayanan yang dicapai oleh masing-masing
peserta didik. Adapun nilai hasil pelayanan BK diberikan dengan label
huruf, yaitu: A (artinya Baik Sekali), B (artinya Baik), dengan catatan:
A. Penilaian difokuskan pada kehadiran siswa dalam pelaksanaan
pelayanan konseling dan hasil laiseg, laijapen, dan laijapang.
B. Semua peserta didik diberi nilai A (Baik Sekali) atau minimal
B (Baik) karena mereka telah mendapatkan pelayanan optimal
dari Guru BK atau Konselor, sehingga kondisi KES telah
berkembang pada diri mereka dan kondisi KES-T sangat
minim atau tidak signifikan terjadi: mereka mampu ber-
BMB3, mandiri dan mengendalikan diri, (sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka), dan menguasai sikap (spiritual
dan sosial), pengetahuan, serta keterampilan sebagaimana
ditentukan dalam kurikulum satuan pendidikan di mana
mereka belajar.
C. Dengan nilai minimal B (Baik) itu semua peserta didik layak
naik kelas dan/atau melanjutkan studi ke program pendidikan
selanjutnya di satuan pendidikan yang dimaksud.
D. Kalaupun ada satu-dua peserta didik yang masih memerlukan
perhatian khusus (PK) hal itu menjadi tanggung jawab Guru
BK atau konselor untuk tetap/terus memberikan pelayanan
sesuai dengan gejala yang memerlukan perhatian khusus.
Hasil monitoring terhadap proses kegiatan pembelajaran/pelayanan dan hasil-
hasilnya sebagaimana isi LAPELPROG dianalisis dan ditindaklanjuti untuk perbaikan,
pemantapan ataupun penyesuaian kegiatan pelayanan selanjutnya. Kegiatan tindak lanjut
direncanakan melalui RPL/RKP tersendiri. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa jenis
layanan dan atau kegiatan pendukung tertentu, baik melalui format klasikal maupun
nonklasikal, perorangan, kolaboratif dan atau lapangan.
8
2.3. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari b.inggris evaluation, dalam b. arab : al-taqdir ,
dalam bahasa Indonesia berarti, penilaian. Adapun dari segi istilah, sebagaimana
dikemukakan oleh edwind wand dan Gerald W.Brown: Evaluation refer to the act or
process to determining to the value of something.menurut difinisi ini yang dikemukakan
oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang evaluasi
pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai ,suatu tindakan
atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk atau suatu proses yang berlangsung
dalam dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan segala
sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi dilapangan pendidikan.
Evaluasi sebaiknya dilakukan pada akhir tahun ajaran dan menjadi salah satu dasar
pengembangan program untuk tahun ajaran berikutnya. Evaluasi proses sebaiknya
dilakukan setiap bulan melalui forum pertemuan staf (MGBK di sekolah) dan dapat
dihadiri oleh unsur pimpinan sekolah konselor dapat mengembangkan instrumen yang
dapat menjaring umpan balik secara triangulasi, yaitu dari siswa sebagai objek dan subjek
bimbingan dari pendidik di sekolah sebagai personil yang terlibat dan berinteraksi
langsung dengan siswa.
Metode atau pendekatan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, antara lain: a) metode survei, b) metode observasi, c) metode eksperimental,
dan d) metode studi kasus. ((Anas, 2010: 217-224) dalam Zainal, 2012: 58)
9
Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling bertujuan untu:
10
Jenis evaluasi program ini dilakukan untuk meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling di sekolah yang dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan,
yaitu:
a) Layanan kepada peserta didik;
b) Layanan kepada guru atau konselor;
c) Layanan kepada kepala sekolah; dan
d) Layanan kepada orang tua klien atau masyarakat.
3. Evaluasi proses
Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi adalah proses pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan titik evaluasi
proses ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas proses yang pada gilirannya
berfungsi meningkatkan kualitas proses bimbingan itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, kita dituntut
untuk melakukan suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang
diharapkan. di dalam proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah,
banyak faktor yang terlihat, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal
tersebut dapat diuraikan yakni:
a) Organisasi dan administrasi program bimbingan;
b) personal atau petugas pelaksana;
c) fasilitas dan kelengkapan;
d) kegiatan bimbingan;
e) partisipasi guru atau konselor;
f) anggaran pembiayaan; dan
g) evaluasi hasil.
Salah satu alasan bahwa evaluasi program dipandang sebagai alat berharga bagi
konselor, karena evaluasi dapat dianggap sebagai suatu jenis penelitian tindakan yang
dimaksudkan untuk memantau dan meningkatkan program atau layanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakan. Evaluasi dapat dilakukan pada skala yang lebih kecil,
11
dapat direncanakan dan diimplementasikan oleh para praktisi bimbingan dan konseling,
serta dapat digunakan untuk mengkomunikan dampak program dan pelayanan bimbingan
dan konseling terhadap pencapaian prestasi siswa dalam bidang akademik atau belajar,
pribadi dan sosial serta karir juga variabel penting lainnya, terutama perkembangan
kemandirian siswa.
Menurut pendapat lain, ada tiga jenis evaluasi yang diperlukan konselor untuk
menunjukkan bahwa pekerjaan mereka dalam kerangka program bimbingan dan konseling
komprehensif serta memberikan kontribusi untuk keberhasilan siswa secara keseluruhan
(Missouri Department of Elementary and Secondary Education, (2000) dalam Galang
(2019:46). Pertama, evaluasi personil, menggambarkan cara konselor disupervisi dan
dievaluasi. Kedua, evaluasi proses lazim disebut evaluasi program, review terhadap status
program kaitannya dengan standar program yang ditetapkan untuk memastikan sejauh
mana program dilaksanakan. Terakhir, ketiga adalah evaluasi hasil, berfokus pada dampak
kegiatan dan pelayanan bimbingan dan konseling bagi siswa, sekolah, dan masyarakat.
Peserta dilatih untuk terampil mengevaluasi dengan satu model yang relatif mudah
untuk dilakukan di lapangan yaitu model berorientasi tujuan yang dikembangkan oleh
Ralph W Tyler. Ia memahami bahwa evaluasi sebagai sebuah proses yang cukup mudah
menentukan tujuan-tujuan program mana yang telah tercapai dan mana yang belum dapat
dicapai. Oleh karena evaluasi program bimbingan dan konseling berdasarkan pada standar
dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka untuk mengukur keberhasilannya
bisa membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang ditetapkan.
Madaus & Stufflebeam (1989) tahap-tahap evaluasi model berorientasi tujuan
secara umum:
1. Menentukan tujuan umum,
2. Mengklasifikasikan tujuan umum dan tujuan khusus (goal and objective),
3. Merumuskan tujuan dalam tingkah laku nyata,
4. Menemukan situasi di mana capaian target tersebut dapat ditunjukkan,
5. Mengembangkan atau memilih teknik-teknik pengukuran,
12
6. Mengumpulkan data performansi, dan
7. Membandingkan data performansi dengan tingkah laku yang telah ditentukan
dalam tujuan.
Kelebihan dari model evaluasi goal attainment merupakan model evaluasi yang
sederhana. Perkenaan evaluasi hanya pada aspek hasil saja membuat evaluasi lebih mudah
dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Model evaluasi ini sudah disimulasikan selama
bertahun-tahun sehingga menghasilkan tindakan dan instrument yang sudah diperhalus.
Literature evaluasi berorientasi tujuan banyak, serta diisi dengan ide yang kreatif untuk
mengaplikasikan pendekatan ini.
Selain kelebihan yang dibahas diatas tedapat juga kekurangan dari model evaluasi
Goal Attainment, yakni sebagai berikut.
1) Mengabiakan aspek perencana dan proses pada proses pembelajaran
2) Banyak kekurangan standar penilaian yang penting untuk diobservasi
3) Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya
4) Pembagian nilai tujuan pendekatan evaluasi itu sendiri
5) Membagikan alternatif-alternatif penting yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan program
6) Melakukan konteks yang memiliki wewenang evaluasi
7) Membagikan hasil penting lainnya yang ditutupi oleh tujuan (hasil yang
sengaja didapatkan dari kegiatan)
8) Membagikan fakta-fakta dari nilai program yang tidak dapat digambarkan
dengan tujuan itu sendiri.
2. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product)
13
1) Evaluasi konteks
Pendekatan konteks menekankan penilaian terhadap pengumpulan terhadap
informasi atau data yang berhubungan dengan suatu program secara keseluruhan, seperti
gambaran mengenai lingkungan serta komponenkomponen lain suatu program, termasuk
tujuan, kriteria keberhasilan, dan masukan lain yang direncanakan dalam mencapai
tujuannya.
2) Evaluasi Input
Pendekatan input diarahkan pada masukan-masukan yang direncanakan dalam
mencapai tujuan keberhasilan suatu program, biaya yang diperlukan, kuantitas dan kualitas
tenaga personel, fasilitas yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan untuk mencapai
tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan, serta bagaimana interaksi berbagai
masukan/komponen dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi programnya.
3) Evaluasi proses
Evaluasi proses diarahkan pada pengumpulan data atau informasi mengenai
interaksi komponen-komponen masukan dalam suatu program. Terkadang komponen
masukan sangat lengkap baik dalam segi jumlah maupun urutannya, tetapi apabila
komponen-komponen itu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak terjalin
suatu interaksi dalam pencapaian tujuannya, maka tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya banyak tergantung pada proses pengelolaan komponen-komponen masukan.
4) Evaluasi produk
Untuk melihat hasil, tidak saja pada akhir kegiatan, tetapi juga pada saat kegiatan
berlangsung. Metode umum yang ditempuh (1) Merencanakan tujuan, (2) Mengukur
kriteria sehubungan dengan tujuan, (3) Membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria,
membuat interpretasi yang rasional atas hasil yang dicapai dengan berdasar pada seluruh
hasil penilaian.
Stufflebeam & Shinkfield (1985) dan Stufflebeam & Zhang (2017) dalam Galang
(2019:51-52) beberapa butir pokok yang harus diperhatikan dalam evaluasi CIPP, berikut:
a. Evaluasi dilakukan untuk keperluan pengambilan keputusan, oleh karena itu
harus memberikan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan.
b. Evaluasi merupakan proses yang berkesinambungan dan bagai gelang spiral
dan oleh karena itu harus dilakukan secara sistematis.
c. Proses evaluasi mencakup tiga langkah pokok, yakni (1) Menggambarkan, (2)
Memperoleh, dan (3) Memberikan. Langkah-langkah tersebut menjadi dasar
bagi metode evaluasi.
14
d. Tahap penggambaran dan memberikan informasi dalam proses evaluasi
merupakan aktivitas bak koin (uang logam) dan merupakan proses kolaborasi
antara evaluator dan pengambil keputusan.
3. Model Evaluasi Formative-Summative
15
yaitu dihentikan atau dilanjutkan. Sedangkan kelemahannya adalah tidak terdapat
langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi, hanya
menekankan pada objek sasaran saja.
4. Model Evaluasi Responsive
Evaluasi responsive ditandai leh ciri- ciri penelitian kualitatif naturalistik. Evaluasi
responsive percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari pengertian isu terhadap
sudut pandang orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dalam
program. Data lebih banyak dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan
observasi daripada tes dan angket. Keberadaan data yang kualitatif ini membuat analisis
dan interpretasi data bersifat impresionistik. Bentuk laporan evaluasi adalah studi kasus
atau gambaran yang deskriptif . Fokus utama evaluasi responsive adalah menunjukan
perhatian dan isu peserta.
Menurut Stake (Kaufman, & Thomas, 2000) model ini dibagi atas tiga fase, yaitu:
antecedents (context) atau periode sebelum program dilaksanakan, transaction-processes
yaitu proses atau transaksi, dan keluaran atau hasil (output, outcomes). Masing-masing
keempat tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Antecedents (context) yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang
mungkin berhubungan dengan hasil, contohnya: latar belakang guru, kurikulum
yang sesuai, ketersediaan sumber daya.
2. Transaction yaitu pertemuan dinamis yang merupakan proses instruksi (kegiatan,
proses, dll), contohnya: interaksi guru dan siswa, komponen partisipasi.
3. Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran (pengamatan dan hasil tenaga
kerja), contohnya performance guru, peningkatan kinerja
Kelebihan pendekatan responsive adalah kepekaan terhadap berbagai titik pandang ,
dan kemampuanya mengakomodasi pendapat yang ambigu dan tidak fokus.
Keterbatasan pendekatan ini adalah keengganan terhadap membuat prioritas atau
penyederhanaan informasi untuk memegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak
mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, pendekatan yang
dilakukan terlalu subjektif, terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya
instrumen pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif, kemungkinan biaya yang terlalu
besar.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha
penelitian dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas
dasar data yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan
langkah-langkah perbaikan dan dan pengarahan staf. Evaluasi bertujuan untuk
mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling kemudian untuk mengetahui tingkat
efisiensi dan efektivitas srtategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang
telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Untuk itu evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling harus sesuai prinsip, prosedur dan metode evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
3.2. Saran
Dari paparan materi diatas semoga dapat bermanfaat untuk pembaca meskipun jauh
dari kata sempurna. Kami sadar dalam makalah kami masih tedapat banyak
kekurangan, itulah mengapa kami membutuhkan saran dan kritik untuk membangun
kami supaya lebih bak lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA
WIDYA.
Mashudi, Farid. (2018). Panduan Praktis Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: DIVA Press. Tersedia di Google Books.
Yuwono, Sudharno Dwi dan Asni. (2017). Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: UHAMKA. Tersedia di Z-Library.
https://spada.fip.unm.ac.id
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia/article/download/16833/8480
https://www.kompasiana.com/ananda63023/5dc8ecf2d541df4f84154ba2/evaluasi-
bimbingan-konseling-evaluasi-yang-sesungguhnya
18