Disusun Oleh :
Kelompok 8 Kelas 5B
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul "Cara Baca dan Penggunaan Peta Gempa SNI
2019" dengan tepat waktu.
Paper disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknik Gempa. Selain itu, paper ini
bertujuan menambah wawasan tentang dinding geser pelat baja bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maya selaku Dosen Mata Kuliah Teknik
Gempa. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya paper ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan paper ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki titik gempa terbanyak di dunia, mencapai
129 titik. Selain itu, Indonesia merupakan negara rawan gempa terbesar di dunia yang dapat
menimbulkan gelombang tsunami. Hal ini disebabkan posisi geografis Indonesia yang di apit
oleh dua samudera besar dunia (samudra Hindia dan samudra Pasifik) dan Posisi geologis
Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia (lempeng Indo-Australia, lempeng
Eurasia, dan lempeng Pasifik). Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami gempa
berkali-kali di beberapa wilayah terutama sekitaran pulau Sumatera, Jawa, Bali, sampai Irian
Perancangan struktur gedung tahan gempa di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah
mata karena sebagian besar wilayahnya berada di wilayah gempa yang cukup tinggi, oleh
karena itu pemerintah membuat peraturan mengenai bangunan tahan gempa yang terbaru
yaitu (SNI-1726-2019) tentang tata cara perancangan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung. Peraturan ini merupakan hasil revisi dari peraturan yang
Peraturan gempa terbaru ini sudah mengikuti konsep perencanaan baru yang digunakan
oleh ASCE7-10. Selain itu, peraturan ini dilengkapi dengan peta gempa terbaru yang
dikembangkan oleh tim revisi peta gempa Indonesia. Namun, untuk mengadopsi konsep baru
ini Indonesia masih harus menyusun revisi peta gempa dengan menggunakan data dan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Peta gempa adalah peta wilayah yang menunjukan besaran percepatan tanah dasar
akibat gempa rencana yang kemungkinan menimpa gedung yang kita bangun. Peta ini
merupakan hasil analisis probabilitas dari data-data kejadian gempa yang ada di suatu
wilayah. Artinya, data-data kejadian gempa yang ada diolah dan dianalisis untuk
menghasilkan niali peluang terjadinya suatu gempa pada masa yang akan dating. Dari peta
gempa Indonesia kita dapat melihat sebaran percepatan gempa di wilayah Indonesia. Daerah
berwarna putih adalah daerah dengan percepatan gempa terkecil dan wilayah berwarna
merah adalah daerah dengan percepatan gempa terbesar. Dari peta tersebut kita dapat melihat
bahwa seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian besar daerah Kalimantan memiliki potensi
terjadinya gempa dengan percepatan yang besar. Hal ini sudah terbukti dengan terjadinya
gempa-gempa besar di Aceh, Padang, Jawa Barat, Yogyakarta, NTB, bahkan hingga ke
Papua. Tidak mengherankan pula jika daerah Sumatra bagian pesisi barat sering dilanda
gempa besar dalam beberapa dekade terakhir ini.
Peta gempa merupakan prasyarat penting dalam menentukan beban gempa sesuai
peraturan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Permukhtakhiran atau
pembaharuan peta gempa merupakan hal yang niscaya dalam proses pembangunan sebuah
Negara. Peta gempa juga memebrikan informasi penting untuk keperluan kesiapsiagaan,
penanggulangan kedaruratan, perencanaan pembangunan, pengambilan keputusan
pemerintah, perencanaan investasi bisnis serta peningkatan awareness masyarakat. Pada peta
gempa yang telah dibuat, misalnya Peta Gempa 2010, memiliki beberapa kendala yang perlu
disempurnakan terkait dengan keterbatasan data observasi, misalnya lebih dari 30% jumlah
sesar di Indonesia memiliki estimasi slip-rates yang tidak akurat.
2.2 Metode Pemetaan Zonasi Gempa Indonesia
Nilai goncangan tanah merupakan parameter yang bisa dan mudah dimodelkan
serta bisa diangkakan atau dihitung. Mengapa mudah? ya karena nilai goncangan tanah
akibat suatu gempa akan berbanding lurus dengan nilai magnitudo gempa bumi dan
berbanding terbalik terhadap jarak. Artinya, apabila gempa bumi yang timbul besar maka
goncangannya tanahnya juga akan besar namun makin jauh sumber gempa bumi tersebut
maka goncangan yang dirasakan akan semakin kecil. Faktor berkurangnya goncangan
tanah terhadap jarak nantinya akan diselesaikan dengan persamaan atenuasi. Persamaan
atenuasi apa yang digunakan, tergantung kondisi geologi setempat. Selain bisa
dikuantifikasi, goncangan tanah juga yang menyebabkan runtuhnya bangunan sehingga
timbulnya korban jiwa.
Untuk menganalisa peta zonasi gempa bumi (seismic hazard) digunakan 2 (dua)
metode umum yaitu, metode DSHA (Deterministic Seismic Hazard Analysis) dan PSHA
(Probabilistic Seismic Hazard Analysis). Kalau metode DSHA, menggunakan satu
sumber gempa bumi (patahan/sesar) yang kemudian skenariokan dengan nilai magnitudo
gempa bumi tertentu untuk dianalisa proses penjalaran gelombang gempa bumi dan besar
goncangan tanah yang ditimbulkan oleh gempa tersebut pada suatu kawasan. Contoh
hasil peta gempa menggunakan metode DSHA dapat dilihat pada gambar di atas yang
dibuat oleh Pak Danny Hilman Natawidjaja. Nah, bagaimana dengan metode PSHA?
metode PSHA menjadi penyempurnaan dari metode DSHA, kalau tadi di metode DSHA
yang skenariokan satu sumber, maka pada metode PSHA diskenariokan sumber yang
banyak berdasarkan data katalog gempa yang sudah ada sejak beberapa puluh tahun ke
belakang. Dalam metode PSHA juga memperkirakan unsur ketidakpastian seperti
frekuensi kejadian gempa bumi, lokasi dan magnitudo gempa. Dalam metode PSHA juga
dipertimbangkan kondisi probabilitas terburuk yang mungkin terjadi.
Gambar 2.1 peta gempa 2017
2.5 Gambar Peta Untuk Mencari Nilai SS dan S1 pada SNI 1729-2019
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarakan penjelasan tentang tata cara baca dan penggunaan peta gempa
pada SNI 1726-2019, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Petea ini memebantu kita semakin memahmai resiko bencana pada suatu wilayah, dan
menghadapi bencana. Apalagi, sejumlah peristiwa bencana belakangan ini seperti gempa bumi di
Pulau Lombok, Nusta Tenggara Barat dan Palu, Sigi, Donggala, Sulawesi Tengah menjadi
pengingat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kerentanan tinggi terhadap bencana.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, didapatkan saran untuk penelitian selanjutnya.
1. Updating Peta Gempa mengikuti Standar Internasional yang biasanya di-update setiap 3
tahun, untuk Indonsia diupayakan paling lama setiap 5 tahun.
2. Disarankan lagi kepada pembaca untuk mencari materi yang lebih lengkap agar bisa
mengetahui rumus dan perhitungannya yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/455846477/Peta-Gempa-Indonesia-2017-SNI-1726-2019