Anda di halaman 1dari 3

Indonesia, Islam dan Toleransi

Para ulama mengatakan bahwa sejarah itu huda (petunjuk). Oleh karena itu,
wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad – Perhatikanlah sejarahmu untuk hari
esokmu (QS 59: 18). Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas Islam,
sejak zaman dahulu di Nusantara ini terdapat 72 kesultanan dan Mahkamah Syariat
hingga akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Protestan Belanda melalui seorang
penasehat Ratu Belanda yang bernama Snouck Hurgronje. Betapa pentingnya para
generasi muda saat ini mengetahui sejarah tentang Snouck Hurgronje bagaimana
sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Kerajaan
Protestan Belanda untuk ‘menaklukan Islam’. Indonesia adalah negeri muslimin
sebelum kedatangan missionaris Katolik Portugis dan misi zending Protestan
Belanda. Sebagai bangsa yang besar kita patut bangga bahwa meski 350 tahun kita
dikuasai Belanda atau lebih tepatnya kita 350 tahun berjihad fisabilillah melawan
penjajah Barat atau imperialisme, namun kita masih bisa bertahan bahkan sampai
sekarang penduduknya 260 juta dan tetap Islam menjadi agama terbesar di
Indonesia. Tentu saja semua itu tidak terlepas dari peran perjuangan para ulama,
santri dan muslimin Indonesia yang sudah berjuang dan tetap melanjutkan estafet
perjuangan hingga Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan merdeka. Meski
begitu, secara faktual kita tidak sepenuhnya 350 tahun dijajah karena kesultanan
Aceh tidak pernah benar-benar dikuasai oleh Belanda. Berbeda dengan negeri-
negeri yang tidak memiliki elan jihad fisabilillah, seperti Amerika dan negara
tetangga kita Australia yang mana mereka semua penduduk aslinya hampir punah
bahkan binasa dan berganti menjadi orang-orang kulit putih. Maka janganlah
sekali-kali kita mengerdilkan perjuangan para Founding Fathers dengan
meragukan sejarah perjuangan mereka.

Indonesia lahir sebagai negara merdeka melalui proklamasi dengan


ideologi yang membersamainya yaitu Pancasila. Maka, perlu ditegaskan bahwa
Pancasila adalah ideologi yang islami, bagaimana tidak yang merumuskan
Pancasila adalah Panitia Sembilan yang di dalamnya adalah mayoritas ummat
Islam dan beberapa diantaranya adalah ulama, Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan bentuk mentauhidkan Allah, adil, adab, hikmah, musyawarah
kesemuanya itu adalah nilai-niali Islam. Sejarah panjang tentang toleransi dapat
kita lihat dari pengorbanan ummat Islam di Indonesia yang bersikap ‘legowo’ pada
saat akan disahkannya UUD NRI 1945 sehari setelah proklamasi kemerdekaan
tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, bahwasanya ketika itu terdapat gejolak di
Indonesia bagian Timur yang berkeberatan dengan dasar negara yang pertama
sehingga dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang berbunyi: “dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Maka, itu bisa
dikatakan sebagai toleransi terbesar dari ummat Islam Indonesia. Fenomena yang
seringkali terjadi adalah ketika ummat Islam hendak menjalankan syari’atnya
secara kaffah maka tidak jarang akan menjadikan sebuah tudingan intoleran atau
bahkan radikal. Islam seringkali dibenturkan dengan toleransi oleh para oknum-
oknum pegiat liberalisme. Padahal, prestasi ummat Islam soal toleransi beragama
sangat membanggakan. Sejarah mencatat bahwa tonggak awal penegakkan HAM
dunia adalah dengan adanya Piagam Madinah (Konstitusi Madinah) tahun 622
Masehi yang dibuat atas prakarsa Nabi Muhammad S.A.W. Ketika itu beliau hijrah
dari Mekkah ke Yasrib (Madinah) dan disana terdapat kaum Pagan (penyembah
berhala), kaum Majusi (penyembah api), kaum Yahudi juga kepercayaan lainnya
tapi tidak pernah ada pemaksaan terhadap agama dan hak-hak mereka tetap diakui.
Piagam Madinah (622 M) telah ada jauh sebelum Inggris membuat Magna Charta
pada tahun 1215 Masehi yang oleh Barat diklaim sebagai dokumen HAM tertua di
dunia. Meski begitu para pakar dunia tetap sepakat bahwa Piagam Madinah adalah
‘the first return constitution in the world’. Islamlah yang dari awal mengajarkan
kebhinekaan, menghormati kebhinekaan, menghormati keperbedaan. Al-Qur’an
itu memerintahkan seorang anak yang muslim kepada orangtuanya yang belum
muslim untuk menghormati. Bahkan, Al-Qur’an mengajarkan kalau kita muslim
dan tetangga kita belum muslim, kita wajib menghormati tetangga kita itu dan
Rasulullah S.A.W. mencontohkan itu bagaimana menghormati orang non-muslim.
Dalam sebuah hadis, beliau menyebutkan : “Barang siapa menyakiti orang dzimmi
sama dengan menyakiti aku.” Semua itu bukan klaim kosong, 800 tahun ummat
Islam melindungi kaum Yahudi di Andalusia ketika orang-orang Eropa membantai
kaum Yahudi dan 400 tahun kemudian orang Yahudi dilindungi di Turki Utsmani.
Itulah sejarah toleransi Islam, sejarah kebhinekaan Islam.

Mengutip perkataan Prof. Syed Naquib Al-Attas, “Islam is the only genuine
repeat religion”. Sebagai ummat Islam sudah tentu kita memahami keunikan dan
karakteristik ajaran Islam. Maka, bagaimana ummat Islam mengamalkan Pancasila
semua itu sudah dibahas oleh para ulama sejak dahulu. Pada tahun 1983, Rais Am
PBNU KH. Achmad Shiddiq membuat keputusan bahwa mengamalkan Pancasila
bagi orang muslim adalah mengamalkan syari’at Islam. Maknanya adalah ketika
ummat Islam sudah mengamalkan ajaran Islam maka otomatis sudah
mengamalkan Pancasila. Toleransi terbaik adalah toleransi dengan keimanan.
Mengenai toleransi, Islam telah memberikan contoh teladan, panduan yang jelas
dan para ulama kita terus menjaga. The limit of tolerance, merupakan satu hal yang
harus kita pegang dalam mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan ummat
beragama. Kita bisa belajar dari sejarah Sunan Kudus (Ja’far Shodiq) ketika
menyebarkan Islam di daerah Kudus dahulu beliau mempunyai tradisi tidak
menyembelih sapi pada saat Qurban tetapi diganti dengan menyembelih kerbau
untuk menghormati pemeluk agama Hindu, itulah contoh luar biasa dari Wali
Songo. Sama halnya ketika ummat Islam tidak mengucapkan selamat natal maka
tidak bisa dikatakan tidak toleran, karena itulah yang dinamakan batas toleransi.
Hendaknya kita berpikir rasional tanpa menjadi liberal, dengan begitu kerukunan
terjalin dan keimanan terjamin. Wallahu’alam bishawab.

Anda mungkin juga menyukai