22
Pada gambar 3.1a diatas, suatu proses penjagaan temperatur pada sebuah reaksi
eksotermis A à B terjadi pada sebuah reaktor berpengaduk yang dialiri oleh aliran coolant
pada bgaian jaket reaktor sebagai pendingin agar reaksi berjalan optimal.
Tujuan pengendalian adalah menjaga temperature dalam reaktor berpengaduk konstan pada
nilai set point. Gangguan mungkin terjadi adalah perubahan temperatur reaktan masuk, Ti
dan laju aliran coolant masuk Tc. Variabel yang dimanipulasi adalah laju aliran coolant
masuk.
Pada pengendalian FeedBack 3.1a, temperatur dalam reaktor langsung diukur oleh
sebuah termokopel yang kemudian memberikan informasi hasil pengukuran kepada
controller yang akan mengevaluasi hasil pengukuran terhadap setpoint.
Controller kemudian memberi perintah agar katup control mengalirkan sejumlah aliran
coolant untuk menjaga temperatur reaksi. Laju aliran coolant tidak akan langsung berakibat
pada temperatur reaksi di dalam reaktor berpengaduk. Laju alir coolant akan berakumulasi
terlebih dahulu di dalam jaket dengan temperatur Tc baru kemudian berakibat ada
temperature dalam reaktor atau temperatur reaksi.
Pengendalian FeedBack ini akan efektif terhadap perubahan temperatur reaktan Ti, namun
tidak untuk perubahan Tc.
Pengendalian kaskade dapat meningkatkan respon dari pengendalian feedback terhadap
perubahan temperatur coolant dengan cara memasang dua buah termokopel sebagai alat
ukur temperatur, TT1 mengukur temperatur dalam reaktor dan TT2 mengukur
temperatur dalam jaket, akan didapat dua hasil pengukuran.
Hasil pengukuran temperatur coolant dalam jaket akan digunakan controller pada loop
kedua untuk mengubah laju aliran coolant sebelum efek coolant tersebut dirasakan oleh
tangki berpengaduk.
Saat Tc naik, laju coolant membesar untuk menghilangkan panas saat Tc naik tersebut dan
konsekuensi saat Tc turun, laju aliran coolant akan mengecil menyesuaikan terhadap
perubahan tersebut. Tc naik dan turun dikarenakan reaksi proses eksotermis pada tangki
berpengaduk, reaksi yang menghasilkan panas tinggi akan menyebabkan temperatur coolant
naik karena menyerap panas reaksi tersebut, begitu juga apabila temperature reaksi sudah
turun maka penyerapan panas oleh coolant juga berkurang.
23
Perhatikan bahwa kedua loop menggunakan variabel manipulasi yang sama dalam mencapai
tujuan yaitu mempertahankan temperatur dalam reaktor berpengaduk.
Gambar 3.2 Diagram balok (a) open loop, (b) closed loop dan (c) Kaskade
Sumber : G.Stephanopoulos
Dalam bentuk diagram balok dapat dilihat 2 proses pada gambar (a) dalam bentuk lingkar
(loop) terbuka, sedangkan dalam bentuk lingkar tertutup (closed loop) dapat dilihat pada
gambar (b) sedangkan gambar (c) adalah diagram balok dari pengendalian Kaskade. Pada
(b) output dari proses II langsung menjadi input bagi proses I, sedangkan pada
pengendalian kaskade, output dari proses II yang telah dikendalikan menjadi input bagi
24
proses I. Disini dapat dilihat bahwa process I (utama) akan lebih stabil dalam
pengendalian karena proses II yang lebih dinamis telah dikendalikan terlebih dahulu.
- Pengendalian Override
- Pengendalian Auctioneering
25
Disini digunakan Low Selective Switch ( LSS ), yang akan memilih kondisi ketinggian
yang lebih rendah dari dua kondisi terukur ; ketinggian air atau tekanan steam keluar.
Apabila ketinggian air lebih rendah maka katup kontrol keluar steam akan ditutup sebagai
akibat dari memindahkan aksi control dari pengendali tekanan (PC) ke pengendali level
(LC) saat ketinggian air turun dari batas bawah boiler. Dengan tertutupnya katup steam
maka steam akan terkondensasi balik ke boiler sementara air umpan masuk juga akan
membuat ketinggian air di dalam boiler kembali ke ketinggian normal yang aman, saat
kondisi aman tercapai maka katup keluar steam akan mulai terbuka. Begitu juga apabila
kebutuhan steam di unit lain bertambah, maka hasil pengukuran tekanan akan membuka
katup steam lebih besar agar kebutuhan steam di jalur utilitas tetap dapat terpenuhi.
steam
PT
LT LC LSS PC
air
Saat ketinggian air dalam boiler dalam keadaan normal, maka pemanasan air dalam boiler
akan menghasilkan steam yang kemudian dikeluarkan melalui katup kontrol, besarnya laju
aliran keluar diukur oleh transduser tekanan (PT) yang kemudian mememberikan hasil
pengukuran ke controller tekanan (PC), dari PC kemudian diumpankan ke LSS yang akan
membandingkan hasil evaluasi (LC) dari pengukuran ketinggian air dalam boiler (LT).
Apabila LC memberikan hasil evaluasi sesuai set point maka LSS akan membuka katup
control sehingga steam hasil pemanasan air dalam boiler dapat disalurkan ke unit proses
26
yang membutuhkan. Apabila ketinggian air berkurang dari set point aman yang
ditentukan, maka katup control akan tertutup dan steam akan terkondensasi kembali ke
boiler.
Pengendalian Auctioneering
Pengendalian auctioneering adalah pengendalian yang akan mengukur beberapa titik
pengukuran, kemudian memilih harga pengukuran tertinggi dan memberikan harga tertinggi
tersebut ke controller yang kemudian mengevaluasi harga tertinggi tersebut terhadap harga
set point.
Contoh :
temperatur
Hot spot
Reaksi oksidasi atau pembakaran hidrokarbon pada reaktor tubular katalitik mempunyai
reaksi eksotermis tinggi yang dapat merusak katalis yang digunakan dalam reaksi. Kurva
temperatur yang terjadi di sepanjang reactor tubular dapat digambarkan dalam kurva di atas.
Temperatur tertinggi disebut titik panas (hotspot) dan berada pada letak yang berbeda di
sepanjang reaktor tubular tergantung pada kondisi umpan (feed) seperti temperatur,
konsentrasi, laju alir dan aktivitas katalis. Kondisi umpan ini dapat menghasilkan
temperatur yang tidak seragam di sepanjang reaktor, keadaan ini terutama dapat merusak
27
katalis yang digunakan. Rusaknya katalis akan membuat reaksi terganggu dan penggantian
katalis akan menambah biaya produksi.
Tujuan pengendalian adalah menjaga agar temperatur hotspot berada di bawah dari batas
atas temperatur, sehingga diperlukan sistem kontrol yang dapat mengidentifikasi lokasi
hotspot dan menyediakan aksi control yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasang beberapa termokopel sepanjang reaktor dan menggunakan system auctioneering
untuk memilih temperatur tertinggi yang kemudian digunakan untuk mengendalikan laju alir
coolant agar temperatur tinggi tersebut dapat kembali berada temperatur set point.
Reaktan Produk
TT TT TT TT TT
Sistem Auctioneering
TC
coolant
28
yang terukur yang berhubungan dengan reaksi pembakaran dalam reactor dan memberikan
harga temperatur tertinggi tersebut ke TC (pengendali temperatur).
TC lalu mengevaluasi harga pengukuran terhadap set point dan memberikan perintah kepada
katup control untuk mengalirkan coolant menuju ke reactor. Disini tujua utamanya adalah
agar temperature tidak melebihi temperature maksimum, umumnya bertujuan untuk menjaga
agar kondisi reaktor dan katalis tetap aman.
PC
PT
PRODUK
REAKTAN
REAKTOR
F1 F2
(a)
29
Posisi katup
terbuka
V2 V1
tertutup
p
3 6 9 15 psi
Gambar 3.3 (a) reactor dengan pengendalian split range(b) gerakan dua katup control
Saat output controller meningkat dari 6 psi ke 9 psi, katup V2 akan terbuka terus sementara
katup V1 tetap terbuka, kedua aksi berakibat pada penurunan tekanan.
Saat tekanan reactor bertambah besar (misal > 9psi), maka katup V2 terbuka penuh
sementara katup V1 mulai menutup, kedua gerakan mengakibatkan penurunan tekanan
hingga reactor kembali ke tekanan set point.
Tabel III.1
Koordinasi gerakan katup dan sinyal output
30
Rasio yg diinginkan
FT FT
+ error
-
divider GR Rasio controller Rasio diinginkan Rasio controller
Rasio terukur
FT FT GR
Y
Aliran yg dikendalikan (B)
Aliran yang dikendalikan (B)
31
g. Mempertahankan rasio konstan antara laju alir liquid terhadap laju alir uap pada unit
absorber untuk mencapai komposisi yang diinginkan pada aliran uap keluar.
LATIHAN
1. Apabila sebuah proses memiliki satu input variabel manipulasi dengan dua buah output
pengukuran, dapatkah kedua output pengukuran tersebut dijaga pada harga yang
diinginkan dengan menggunakan satu variabel manipulasi ? Jelaskan jawaban anda.
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian split range, pada gambar 3.3 manakah yang
lebih baik ?
a. Mengendalikan katup V1 saja, V2 dijadikan konstan dengan pengendalian sederhana.
b. Mengendalikan katup V2 saja, V1 dijadikan konstan dengan pengendalian sederhana.
c. Membagi kedua katup menggunakan split range control. Jelaskan jawaban anda.
3. Pada gambar 3.4 (a) dan (b) yang mana menurut anda merupakan pengendalian rasio
control lebih baik, jelaskan alasan anda.
32