Anda di halaman 1dari 9

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA.

Hari, Tanggal Ujian : Senin, 6 Desember 2021

UJIAN AKHIR SEMESTER


PENGENDALIAN PROSES

1. Berikan contoh pengendalian cascade dengan gambar dan penjelasannya


Jawab:
Cascade Control atau pengendalian berjenjang adalah sistem pengendalian
yang memiliki 2 besaran pengukuran yang berada pada satu kontrol loop.
Tujuan dari sistem ini adalah untuk mendapatkan hasil pengaturan yang
tepat dengan mengurangi efek penundaan waktu yang terjadi. Hal ini
dilakukan dengan jalan menggunakan output dari primary controller sebagai
besaran untuk mengatur set point bagi secondary controller. Atau dengan
kata lain sistem pengendalian yang dapat dilakukan oleh sistem DCS di
mana hal ini diperlukan pada suatu loop kontrol yang membutuhkan satu
sistem pengontrolan yang bertingkat. Pengendalian ini merupakan
pengembangan dari sistem kendali umpan balik yang hanya mengendalikan

MV (Manipulated Variable).
Sistem proses pada diagram diatas adalah proses heat exchanger. Pada
heat exchanger, uap digunakan sebagai media untuk meningkatkan suhu air.
Feedback temperature controller digunakan untuk membandingkan suhu
outlet air dengan set point dan mengatur laju alir uap dengan
membuka/menutup control valve. Namun, karena terjadi perubahan tekanan
uap di hulu, maka laju alir uap dapat berubah meskipun control valve dalam
kondisi yang sama. Hal ini tentu akan mempengaruhi jumlah panas yang
dipetukarkan dan suhu outlet air. Ini akan memakan waktu untuk mendeteksi
perubahan suhu dan mengambil tindakan korektif selanjutnya. Pada cascade
control, masalah tersebut dapat diatasi dengan mengukur disturbance
(perubahan debit uap karena variasi tekanan hulu dan tindakan korektif
untuk menjaga kecepatan aliran uap agar tetap konstan). Terdapat tambahan
pengontrol yang set pointnya ditentukan oleh temperature control.
Contoh lain paling sederhana dari cascade skema kontrol melibatkan
dua loop kontrol yang memantau dua sinyal pengukuran untuk mengontrol
satu variabel utama dalam contoh ini output pengontrol utama menentukan
titik setel untuk pengontrol sekunder output pengontrol sekunder kemudian
digunakan untuk menyesuaikan variabel kontrol pengontrol sekunder
umumnya akan berubah dengan cepat ketika pengontrol utama berubah
perlahan setelah kontrol kaskade diterapkan gangguan dari pengontrol
sekunder perubahan cepat tidak akan mengganggu pengontrol utama.

2. Gambarkan dan jelaskan ratio control dan penerapannya pada kolom


distilasi/ pembakaran
Jawab:
Rasio control adalah sistem kontrol yang dikembangkan untuk
mengontrol rasio, misalnya pada pencampuran air dengan asam pada dua
bejana yang berbeda. Penggunaan rasio kontrol pada tungku industri yaitu
untuk menjaga akses udara pembakaran dalam tungku. Kontrol rasio yang
menjaga rasio aliran udara di atas aliran bahan bakar konstan dan sama
dengan titik setel rasio yang ditetapkan. Hal ini disimbolikan dengan FFC
(Flow Fraction Control) atau FRC (Flow Ratio Control) untuk mengontrol
rasio aliran dari dua pengukuran aliran yang mencapai total aliran bahan
bakar dan aliran udara dari kipas. Pembandingan rasio dilakukan
berdasarkan titik setel pengontrol dan akhirnya memodifikasi sesuai sinyal
katup yang mengontrol kisi-kisi pada aliran udara menuju burner.
Penggunaan kontrol rasio yang khas untuk tungku industri untuk
menjaga akses udara pembakaran dalam tungku, kontrol proporsi atau rasio
yang digambarkan di sini menjaga rasio aliran udara di atas aliran bahan
bakar konstan dan sama dengan titik setel rasio yang ditetapkan. Ini dapat
ditunjukkan secara simbolis oleh FFC untuk fraksi aliran pengontrol atau
FRC untuk pengontrol rasio aliran untuk ini pengontrol harus menghitung
rasio dari dua pengukuran aliran yang mencapainya total aliran bahan bakar
yang terlihat di sini dan aliran udara dari kipas membandingkan rasio ini
dengan titik setel pengontrol dan akhirnya memodifikasi sesuai sinyal katup
yang di sini mengontrol kisi-kisi yang terletak di aliran udara menuju burner.
Salah satu penerapan ratio control dapat ditemui pada boiler yang
melibatkan pembakaran. Boiler adalah salah satu peralatan yang banyak
digunakan dalam industri proses sebagai penghasil steam/uap pada
tekanan/pressure tertentu. Dalam suatu sistem boiler, Untuk menjaga
pressure steam pada nilai yang diinginkan, dilakukan dengan mengatur
besarnya pembakaran, yaitu dengan cara mengatur besarnya aliran bahan
bakar dan udara yang masuk ke ruang bakar. Gambar berikut adalah salah
satu contoh boiler pressure control yang didalamnya termasuk fuel/air ratio
control.

Dalam konfigurasi kontrol ini, steam pressure control akan


mengeset besarnya flow/aliran fuel (output steam pressure control PC
sebagai set point untuk fuel flow control FC-1), sementara besarnya flow
udara mengikuti flow fuel, melalui penggunaan air/fuel ratio station
(FY-1). Untuk menjelaskan ini mari kita lihat apa yang terjadi jika
pressure steam mengalami penurunan. Saat pressure steam turun,
pressure control (PC) akan menaikan set point fuel flow control FC-1,
sehingga flow fuel akan naik. Dari gambar terlihat bahwa sinyal dari fuel
flow transmiter dikalikan dengan ratio R pada blok FY-1 untuk
menghasilkan set point untuk air flow control FC-2, jadi kenaikan flow
fuel akan menaikan set point untuk air flow control FC-2, yang
selanjutnya akan membuka control valve sehingga flow/aliran udara
akan meningkat hingga ke nilai optimalnya (sesuai ratio). Dengan
bertambahnya flow fuel dan udara maka pembakaran di ruang bakar juga
bertambah sehingga tekanan uap akan naik hingga mencapai nilai yang
diinginkan sesuai set point PC. Hal yang sama juga terjadi pada kondisi
sebaliknya, yaitu jika pressure steam naik melebihi set point, PC akan
menurunkan set point fuel flow control FC-1, yang menyebabkan flow
fuel turun yang diikuti oleh flow udara. Penurunan flow kedua
komponen pembakaran ini akan mengurangi pembakaran di ruang bakar
sehingga tekanan uap akan turun hingga mencapai set point PC. Dalam
konfigurasi diatas, besarnya ratio R diset secara manual. Selain diset
secara manual, besarnya ratio R juga dapat diset/berubah secara
otomatis.

3. Bagaimana menerapkan "Select Control"? Jelaskan dengan gambar dan


uraiannya.
Jawab:
Penerapan select control misalnya terdapat pada ilustrasi berikut: pada boiler
terdapat umpan air, kemudian dipanaskan dan akan diperoleh hasil berupa
uap (uap jenuh saturated steam/superheated steam). Pada saat boiler
memiliki air yang mencukupi, di dalam boiler terdapat 2 pengendali level
(atas dan bawah). Level bawah berfungsi untuk menjaga air di boiler supaya
tidak habis. Apabila air di boiler habis, sementara panas tetap (terus
berjalan) maka boiler akan mengalami collapse.
Selanjutnya, select control dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh uap
air/steam pada suhu dan temperatur tertentu. Sehingga yang diperlukan ialah
pengendalian tekanan dengan tujuan mendapatkan uap dengan tekanan
tertentu. Sehingga, pada kondisi normal, boiler akan bekerja untuk
menghasilkan uap. Pada kondisi normal, control yang digunakan ialah
control pada produk steam. Maka, hasil yang keluar di bagian atas akan
dikendalikan sehingga mendapatkan supply steam dengan tetap menjaga air
di boiler. Ketika air di dalam boiler dan pemanasan terlalu tinggi, maka akan
terjadi masalah, dan yang bekerja tidak lagi diutamakan pada pressure
control steam, akan tetapi yang diutamakan adalah menjaga agar operasi
boiler tetap safe. Maka dari controller yang ditujukan untuk tekanan
selanjutnya diubah untuk safety. Sehingga ini yang disebut override/select
controls (memilih pengendali, pada kondisi normal untuk pengendalian
operasi produk), pada kondisi tidak normal maka diutamakan untuk
keselamatan. Maka controlnya akan berubah yaitu untuk menjaga air di
boiler itu tetap (tidak boleh kosong), berpindah dari pengedali tekanan ke
pengendali temperatur bahan bakar atau laju alir bahan bakar. Ketika
tekanan sudah tinggi maka bahan bakar yang masuk banyak sehingga
pembakaran tinggi, uap yang dihasilkan akan banyak, dan tekanan akan
naik. Ketika tekanan naik maka perintah selectnya memerintahkan ke valve
bahan bakar supaya valve bahan bakar dikurangi.

Jadi, override/select control menggunakan LS dan HS action untuk


mengubah controller mana ayang akan dilakukan. Kemudian prinsip dari
override/select control ialah menggunakan pilihan selector untuk menswitch
antara variabel manipulasi dengan same control objectives (yaitu komposisi
hasil bawah).
Contoh penerapan select control yaitu pada heat exchanger.

Gambar 1. Dua strategi select control yang berbeda pada Heat Exchanger
Di kedua pengaturan, aliran air pendingin dimanipulasi untuk mengontrol
suhu aliran keluar. Strategi kontrol untuk setiap heat exchanger tersebut
berbeda.
Gambar 1 (a) menunjukkan heat exchanger di mana aliran air pendingin
diatur berdasarkan suhu aliran keluar. Keuntungan dari pengaturan ini
adalah cukup lurus ke depan dan penyebab perubahan suhu aliran keluar
tidak harus diidentifikasi. Kerugiannya adalah bahwa perubahan suhu telah
terjadi sebelum tindakan diambil, dan jika jeda waktu untuk air pendingin
tambahan untuk mendinginkan aliran proses lama, maka suhu aliran keluar
mungkin tidak konsisten.
Gambar 1 (b) menunjukkan heat exchanger dimana aliran air pendingin
diatur berdasarkan laju aliran dan suhu aliran masuk dan suhu aliran
pendingin. Berdasarkan serangkaian perhitungan menggunakan koefisien
perpindahan panas dari penukar panas, suhu aliran keluar dapat diprediksi.
Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa tindakan diambil sebelum
perubahan terjadi pada suhu aliran keluar. Kerugiannya adalah jika kapasitas
pertukaran panas aktual berbeda dari nilai yang diharapkan karena masalah
fouling atau mekanis, sehingga suhu keluaran tidak akan benar.

4. Mengapa feed forward control masih sedikit digunakan dibanding feedback


control? Berikan contoh penerapan feed forward control pada peralatan
proses.
Jawab:
Feed forward control masih sedikit digunakan pada proses industri
dibandingkan feedback control karena memiliki beberapa kekurangan seperti
berikut ini:
 Tidak dapat mengeliminasi terjadinya offset
 Membutuhkan identifikasi gangguan terlebih dahulu
 Tidak bisa bereaksi terhadap disturbansi lain
 Membutuhkan lebih banyak sensor dan pemodelan yang cocok untuk
setiap gangguan yang diberikan
 Tidak bisa diaplikasikan pada system yang tidak stabil
Sedangkan di sisi lain feedback control memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut:
 Tidak terjadi offset
 Tidak perlu mengidentifikasi gangguan yang ada
 Efektif untuk semua jenis gangguan (disturbance) lebih banyak
dibandingkan feed forward control.
Sebelum memberi contoh mengenai penerapan feed forward control pada
alat proses alangkah lebih baik jika kita mengetahui kondisi-kondisi yang
tepat untuk bisa menggunakan feed forward control, kondisi-kondisi tersebut
antara lain sebagai berikut :
 Feedforward sangat cocok untuk sistem yang lambat.
 Feedforward sangat cocok untuk sistem yang stabil dan tidak bisa
diaplikasikan pada sistem yang tidak stabil
 Feedforward sangat cocok untuk sistem yang memiliki gangguan mudah
diidentifikasi telebih dahulu
Berikut adalah contoh pengendalian feed forward pada alat proses.

Gambar 2 Feed forward control pada tangki pemanas

Gambar 3 Blok diagram feed forward tangki pemanas


Pada gambar 2 terlihat perubahan kecepatan air (W) ini akan menyebabkan
variable yang dikontrol (controlled variable) yaitu temperatur air dalam
tangki To juga berubah. Karena sistem ini mempunyai time delay yang
cukup besar, maka perubahan To tersebut tidak langsung terukur oleh elemen
sensing feedback loop sehingga aksi koreksi yang dilakukan oleh feedback
control juga mengalami penundaan. Sementara itu akibat dari gangguan ini
terus masuk ke sistem, sehingga To selalu menyimpang dari
setpointnya. Untuk memperbaiki sistem ini, konfigurasi control baru, yang
disebut feed forward control digunakan. Pada konfigurasi kontrol ini,
fluktuasi pada kecepatan alir air W diukur oleh sensor flow, kemudian
diberikan ke flow controller (FC). Output FC akan dijumlahkan dengan
output feedback control TC untuk kemudian dikirim ke control valve (CV).
Dengan konfigurasi ini, perubahan yang terjadi pada kecepatan alir W akan
langsung memanipulasi bukaan control valve steam/uap CV sehingga To
tidak sampai berubah.
5. Jelaskan dengan contoh perancangan sistem pengendalian proses pada
industri kimia, dengan menunjukkan diagram alir proses (process flow
diagram/PFD) dan PFD yang telah dilengkapi dengan pengendalian proses
menjadi Piping & Instrumentation Diagram (P&ID).
Jawab:
Studi Kasus Perancangan Sistem perancangan proses yaitu sebagai berikut.
Reaksi A → B eksotermis dilakukan dalam reaktor CSTR dengan jaket
pendingin. Umpan reaktor dipanaskan awal memakai hasi reaksi dan
steam. Pendingin dicabang dua, dilengkapi dengan pemanas dan pendingin
(Qh dan QC). Hasil reaktor didinginkan di HE dan dipisahkan dalam flash
drum. Suhu drum diatur dengan pendingin air.
Tujuan operasi:
a. Menjaga konversi reaktor sebesar mungkin
b. Menjaga laju produksi tetap
c. Menjaga komposisi produk cair dari flash drum tetap
Gambar PFD dari proses berikut adalah sebagai berikut.

Langkah 1 : Membagi proses ke dalam 4 blok (lihat di gambar).


Langkah 2 & 3: Menentukan DOF, MV, dan CV untuk tiap-tiap blok. Pilih
konfigurasi terbaik dari tiap – tiap blok. Contoh pada coolant system.
Jumlah variabel = 8
Jumlah variabel yang ditetapkan = 2 Jumlah variabel yang tidak ditetapkan
= 6 Jumlah pers. Model = 4
DOF = 8 – 4 = 4
Jumlah MV = Jumlah CV = DOV – Var. yang ditetapkan = 4 – 2 = 2 CV =
2 (FC dan TCO)
MV = 2 (dipilih dari Fc, Fc1, Fc2, Fc1 + Fc2, dan Fc1/Fc2). Sehingga
didapatkan loop pengendali untuk unit pendingin adalah sebagai berikut.
Langkah 4: Menggabungkan kembali keempat blok dengan konfigurasi
pengendaliannya. Untuk 4 blok secara keseluruhan mempunyai sekitar
432 = (6x1x3x2x4) Konfigurasi. Gambar penggabungan konfigurasi
pengendalian untuk sebelum penghilangan konflik adalah sebagai berikut.
Langkah 5: Eliminasi konflik diantara loop-loop pengendali berbagai

blok. Sehingga, bentuk P&ID dari studi kasus di atas adalah sebagai
berikut.

Anda mungkin juga menyukai