MV (Manipulated Variable).
Sistem proses pada diagram diatas adalah proses heat exchanger. Pada
heat exchanger, uap digunakan sebagai media untuk meningkatkan suhu air.
Feedback temperature controller digunakan untuk membandingkan suhu
outlet air dengan set point dan mengatur laju alir uap dengan
membuka/menutup control valve. Namun, karena terjadi perubahan tekanan
uap di hulu, maka laju alir uap dapat berubah meskipun control valve dalam
kondisi yang sama. Hal ini tentu akan mempengaruhi jumlah panas yang
dipetukarkan dan suhu outlet air. Ini akan memakan waktu untuk mendeteksi
perubahan suhu dan mengambil tindakan korektif selanjutnya. Pada cascade
control, masalah tersebut dapat diatasi dengan mengukur disturbance
(perubahan debit uap karena variasi tekanan hulu dan tindakan korektif
untuk menjaga kecepatan aliran uap agar tetap konstan). Terdapat tambahan
pengontrol yang set pointnya ditentukan oleh temperature control.
Contoh lain paling sederhana dari cascade skema kontrol melibatkan
dua loop kontrol yang memantau dua sinyal pengukuran untuk mengontrol
satu variabel utama dalam contoh ini output pengontrol utama menentukan
titik setel untuk pengontrol sekunder output pengontrol sekunder kemudian
digunakan untuk menyesuaikan variabel kontrol pengontrol sekunder
umumnya akan berubah dengan cepat ketika pengontrol utama berubah
perlahan setelah kontrol kaskade diterapkan gangguan dari pengontrol
sekunder perubahan cepat tidak akan mengganggu pengontrol utama.
Gambar 1. Dua strategi select control yang berbeda pada Heat Exchanger
Di kedua pengaturan, aliran air pendingin dimanipulasi untuk mengontrol
suhu aliran keluar. Strategi kontrol untuk setiap heat exchanger tersebut
berbeda.
Gambar 1 (a) menunjukkan heat exchanger di mana aliran air pendingin
diatur berdasarkan suhu aliran keluar. Keuntungan dari pengaturan ini
adalah cukup lurus ke depan dan penyebab perubahan suhu aliran keluar
tidak harus diidentifikasi. Kerugiannya adalah bahwa perubahan suhu telah
terjadi sebelum tindakan diambil, dan jika jeda waktu untuk air pendingin
tambahan untuk mendinginkan aliran proses lama, maka suhu aliran keluar
mungkin tidak konsisten.
Gambar 1 (b) menunjukkan heat exchanger dimana aliran air pendingin
diatur berdasarkan laju aliran dan suhu aliran masuk dan suhu aliran
pendingin. Berdasarkan serangkaian perhitungan menggunakan koefisien
perpindahan panas dari penukar panas, suhu aliran keluar dapat diprediksi.
Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa tindakan diambil sebelum
perubahan terjadi pada suhu aliran keluar. Kerugiannya adalah jika kapasitas
pertukaran panas aktual berbeda dari nilai yang diharapkan karena masalah
fouling atau mekanis, sehingga suhu keluaran tidak akan benar.
blok. Sehingga, bentuk P&ID dari studi kasus di atas adalah sebagai
berikut.