Anda di halaman 1dari 51

MODUL AJAR 1

SEJARAH
KEPERCAYAAN TERHADAP
TUHAN YANG MAHA ESA

PKT SMP Fase


D Kelas VII

Oleh: Jaya Damanik


IDENTITAS

Nama penyusun : Jaya Damanik

Institusi : MLKI/ SMP Negeri 1 Lumbanjulu Toba

Tahun disusunnya Perangkat Ajar : 2021

Jenjang : SMP

Kelas : VII

Alokasi waktu (dalam menit) : 480 menit

Jumlah pertemuan (dalam jam pelajaran) : 4 X Pertemuan (12JP)

Kata kunci (materi pokok) : Sejarah Asal-usul Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Kode perangkat : KPC.D.JAD. 7.1, 7.2, 7.3, 7.4, 7.5, 7.6, dan 7.7

Jumlah murid : 32 orang/ kelas

Moda : PJJ, TM, dan Blended


KATA PENGANTAR

Modul Ajar ini sebagai panduan guru merancang kegiatan pembelajaran yang menggambarkan aktifitas yang akan dilakukan siswa untuk
mencapai Capaian Pembelajaran Fase D Kelas VII sesuai dengan tujuan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi
Pekerti pada jenjang SMP. Tujuan akhir pendidikan membentuk Profil Peserta didik Pancasila sebagai pemelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dengan berperilaku Pancasila.

Profil tersebut akan dicapai apabila Proses belajar sepanjang hayat diterpkan sesuai tahapan perkembangan peserta didik. Modul Ajar ini
diperuntukkan bagi guru yang mengajar peserta didik tahun pertama pada fase D yaitu pada kisaran umur 13-15 tahun (SMP). Pada tahapan
ini peserta didik dapat mengaitkan sejarah keteladanan tokoh-tokoh kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk meningkatkan nilai penghayatan
kepercayaan. Peserta didik menghayati ajaran kepercayaan dan mengkontruksi sejarah dan perjuangan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa meliputi keteladanan dan perjuangan pendidikan dan kemanusiaan menjadi nilai yang terkristalisasi dalam lingkup pergaulan global.

Peserta didik diharapkan sudah mulai memiliki kemampuan menata dan mengelola proses maupun hasil belajarnya lebih baik dalam hal sikap
kritis dan pebelajar mandiri. Belajar mulai lebih memilih sendiri bahan, cara dan media pembelajaran yang sesuai minat/ bakatnya, lebih efektif
baginya, serta memilih yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Modul Ajar ini ditekankan orientasi pembelajaran harus berpusat pada
peserta didik dan menggunakan Model Pembelajaran yang membangun kecakapan hidup abad 21 yaitu Berpikir Kritis, Komunikatif, Kolaborasi
/ Gotong royong dan Kreatif.

Mengingat kondisi saat ini masa sulit “Pandemi Covid-19”, maka Modul Ajar ini disusun yang mengharapkan guru secara proaktif meningkatkan
pemamfaatan teknologi pembelajaran dengan baik yang berkaitan dengan Moda Daring, pemanfaatan Teknologi sebagai LMS. Saat ini peranan
guru sebagai mentor alih fungsi teknologi informasi bagi siswa. Guru dapat membantu siswa dalam menggunakan teknologi, menemukan
strategi dan sumber belajar yang beragam.

Penulis
PROFIL PANCASILA

BERAHKLAK
MULIA

MANDIRI GOTONG
ROYONG

BERNALAR KREATIF
KRITIS

Berahklak Mulia (Berakhlak mulia dalam menjaga keselarasan dengan lingkungan sekitar)
Mandiri (Memahami bahwa emosi yang dirasakan berpengaruh pada perilakunya dan menggambarkan konsekuensi emosi terhadap
perilakunya dalam konteks pembelajaran, sosial, dan pekerjaan). Mengidentifikasi gaya belajar dan kebiasaan kerja yang disukai, serta
memilih berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan tugas tertentu. Memonitor, memilih, dan menggunakan strategi belajar yang
efektif untuk mencapai tujuan. Menilai, mengadaptasi, dan memodifikasi strategi yang sudah dibuat. Membuat rencana baru serta
menjalankan kembali tugasnya dengan keyakinan baru.
Bernalar Kritis (Mengajukan pertanyaan, Merefleksi proses berpikir)
Bergotong royong (Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama, kerjasama, koordinasi sosial)
Kreatif (Mengembangkan gagasan yang ia miliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan imajinatif untuk mengekspresikan
pikiran dan/atau perasaannya. Menghasilkan karya dan tindakan untuk mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya,
mengevaluasinya, dan mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain).

CAPAIAN PEMBELAJARAN
• menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri asal usul Kepercayaan yang dianutnya
• menjelaskan pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menggunakan kata-kata sendiri
• mendeskripsikan Perkembangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
• menganalisis hubungan antara butir Pancasila dengan ajaran Kepercayaan yang dianutnya
• mempresentasikan hasil karya tentang sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di depan kelas
• menghayati nilai-nilai kepercayaannya yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila di sekolah, keluarga, dan
masyarakat
• mengamalkan nilai-nilai kepercayaannya yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila butir pertama dan butir ketiga
di sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Modul ajar ini menggunakan Alur Tujuan Pembelajaran yang sudah dibuat, dengan mengambil tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan materi, yaitu Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

CAPAIAN PEMBELAJARAN PER-TAHUN


1. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri asal usul Kepercayaan yang dianutnya.
2. Menjelaskan pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menggunakan kata-kata sendiri
3. Mendeskripsikan Perkembangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
4. Menganalisis hubungan antara butir Pancasila dengan ajaran Kepercayaan yang dianutnya.
5. Mempresentasikan hasil karya tentang sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di depan kelas.
6. Menghayati nilai-nilai kepercayaannya yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila di sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
7. Mengamalkan nilai-nilai kepercayaannya yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila butir pertama dan butir ketiga di
sekolah, keluarga, dan masyarakat.
8. Menjelaskan sikap keteladanan Tokoh pejuang (Pahlawan) Penghayat Kepercayaan yang dianutnya dengan menggunakan kata-
kata sendiri
9. Mempresentasikan hasil karya tentang materi keteladanan Tokoh pejuang (Pahlawan) Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa di depan kelas.
10. Menjelaskan nilai-nilai perjuangan Tokoh pejuang (Pahlawan) Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
berbangsa dan bernegara dengan menggunakan kata-kata sendir
11. Mempresentasikan hasil karya tentang materi nilai-nilai perjuangan Tokoh pejuang (Pahlawan) Penghayat Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam berbangsa dan bernegara di depan kelas.

Tujuan, Alur, dan Target Pencapaian Modul Ajar

Tujuan

Dengan mengangkat topik sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa SMP Kelas VII yang mengacu kepada pembelajaran berbasis inkuiri, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
bernalar kritis. Dengan melalui tahap bertanya, menyelidiki, diskusi dan melakukan aksi murid akan benar-benar memaknai tidak hanya
pengetahuan tentang sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, namun juga memaknai untuk diteladani dan diamalkan mulai
dari sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Target

Melalui modul ajar ini, murid diharapkan bisa menceritakan kembali dengan kata-kara sendiri asal usul Kepercayaan yang dianutnya,
menjelaskan pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menggunakan kata-kata sendiri, mendeskripsikan
perkembangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menganalisis hubungan antara butir Pancasila dengan ajaran Kepercayaan
yang dianutnya, mempresentasikan hasil karya tentang sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di depan kelas, serta menghayati
nilai-nilai kepercayaannya yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila di sekolah, keluarga, dan masyarakat, sehingga bisa
mengasah keterampilan untuk menuju dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
(Menjaga Lingkungan), Mandiri (Mengembangkan refleksi diri), Bernalar Kritis (Mengajukan pertanyaan, Merefleksi proses berpikir),
Bergotong royong (Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama, kerjasama, koordinasi sosial).

Alur

Modul ajar ini menggunakan siklus belajar inkuiri, dimulai dari bertanya untuk mencari pemahaman bermakna, kemudian menyelidiki dengan
mencari, menganalisis informasi, mendiskusikan hasil investigasi dan melakukan aksi, dengan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari
dan dipahami. Rangkaian kegiatan belajar melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan murid untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri. Bagian
inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh murid diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Dalam modul ajar ini banyak kegiatan refleksi yang akan terjadi di
setiap tahapan proses, dan fokus pada sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan tujuan jaran di fase ini.
Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Memulai Proses Pembelajaran

Proses Inkuiri/ Discovery

Selama proses pembelajaran aktivitas murid secara maksimal untuk mencari dan menemukan, seluruh aktivitas yang dilakukan murid
diarahkan untuk mencri dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan untuk dapat
menumbuhkan sikap percaya diri untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :


✓ Merumuskan masalah
✓ Mengamati atau melakukan observasi
✓ Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya
✓ Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lainnya.
Penting sekali untuk memberikan pertanyaan pemantik yang membangun pemahaman, dan bukan pertanyaan untuk mengetes. Dengan
bertanya dan ditanya, murid akan lebih terasah nalar berpikirnya, dibandingkan apabila hanya diberikan informasi langsung. Dengan
memulai dengan pertanyaan, diberikan pilihan yang menantang, murid bisa mencari tahu sendiri, bertanggung jawab akan pilihannya
sehingga menjadi pelajar merdeka.

Pendekatan Pedagogi Genre


Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dalam Kurikulum 2013 menuntut pendekatan pembelajaran tersendiri. Pendekatan
yang dapat melatih keterampilan murid untuk menghasilkan teks sesuai tujuan sosial yang diharapkan dikenal dengan pendekatan
Pedagogi Genre. Pendekatan Pedagogi Genre didasarkan pada siklus belajar-mengajar. Murid belajar melalui bimbingan dan interaksi yang
mengutamakan teknik pemodelan. Dalam pendekatan Pedagogi Genre, bimbingan dan interaksi guru dengan peserta didik menjadi penting
dalam proses pembelajaran.

Siklus belajar mengajar yang terdiri atas empat tahap, sebagai berikut:
✓ Menyiapkan konteks dan membangun pembelajaran
Pada tahap ini, proses pembelajaran pada setiap teks perlu diawali dengan paparan tentang relevansi dan fungsi materi yang akan
dibahas dengan konteks kepentingan para murid, baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun kehidupan sehari-harinya secara
reseptif maupun produktif. Guru dapat melakukannya dengan metode tanya jawab atau curah pendapat. Tujuannya untuk
membantu murid dalam memaknai konteks situasional dan kultural tipe teks yang sedang dipelajari. Pada tahap ini juga dapat
dilakukan melalui kegiatan menelaah ulang (review) kandungan pelajaran sebelumnya dengan tanya jawab atau cerita ulang. Guru
juga dapat memulai kegiatan dengan menciptakan suatu prakondisi melalui pertanyaan-pertanyaan dalam konteks pengalaman
bersama tentang tujuan sosial teks. Artinya, tahapan ini akan dapat terealisasi dengan persiapan perencanaan guru yang totalitas,
baik dari segi bahan ajar maupun persediaan media pembelajaran yang mendukung fungsi sosial teks yang akan dibahas.

✓ Pemodelan dan dekonstruksi


Terdapat dua kegiatan utama dalam tahapan pemodelan, yaitu membangun konteks dan percontohan teks yang ideal. Pada tahap
pemodelan, guru dapat mengenalkan nilai, tujuan sosial, struktur, ciri-ciri bentuk dan ciri-ciri kebahasaan yang menjadi penanda
teks yang diajarkan. Wujud kegiatan yang dilakukan guru, yaitu menyajikan model teks itu sendiri, baik itu secara lisan, tertulis,
ataupun melalui tayangan. Para murid mengamati model teks tersebut untuk kemudian dimanfaatkan sebagai dasar untuk
dimunculkannya sejumlah pertanyaan yang diharapkan relevan dengan Kompetensi Dasar atau tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Kegiatan ini semacam membongkar dan merakit kembali bangunan teks berdasarkan tingkat pengetahuan murid melalui
model yang disajikan.
✓ Konstruksi terbimbing
Tahapan ini, guru dan murid membangun kompetensi teks bersama-sama. Tahapan konstruksi terbimbing dapat dilakukan dengan
model pembelajaran deduktif ataupun induktif. Deduktif berarti guru memberikan penjelasan langsung tentang konsep, prinsip, dan
prosedur di dalam mengidentifikasi, menganalisis, menyimpulkan, ataupun memproduksi teks itu. Induktif berarti guru
membimbing siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan penemuan, praktik, ataupun proyek terkait dengan KD yang relevan
dengan teks.

✓ Konstruksi mandiri
Pada tahap ini, murid meproduksi teks (berteks baik tulis maupun lisan) secara mandiri. Kegiatan dapat berupa serangkaian
latihan, penugasan, ataupun studi kasus/ lapangan, berkaitan dengan KD yang sedang mereka pelajari. Kegiatan ini hendaknya
dimulai dari kegiatan yang sederhana menuju pada pembelajaran yang lebih kompleks dengan memanfaatkan kegiatan-
kegiatan mereka dalam proses pembelajaran terbimbing.

Tahapan-tahapan yang dilalui murid dalam proses pembelajaran dengan pendekatan pedagogi genre memberikan kesempatan
kepada murid untuk aktif membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pedagogi genre yang dilaksanakan mengajak murid
secara aktif untuk mengenal konteks melalui membangun konteks, mendekonstruksi teks beserta nilai dan ciri kebahasaannya
melalui kegiatan dekonstruktif dalam tahap pemodelan. Selanjutnya, murid merekonstruksi teks bersama-sama dengan teman atau
bantuan guru, dan dilanjutkan dengan pemberian tugas kepada murid untuk membuat teks dengan genre yang sama tetapi topik
yang berbeda.
Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari murid secara
individu maupun kelompok. serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual.

Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata. pengintegrasian
konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan keterampilan.

Karakteristik yang tercakup dalam Problem Based Learning (PBL) antara lain:

(1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran;

(2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured);
(3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective);
(4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru;
(5) sangat mengutamakan belajar mandiri;
(6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan
(7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Karakteristik ini menuntut murid untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah.
Pada Problem Based Learning (PBL), guru berperan sebagai guide on the side dari pada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya
bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran.
Murid mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya.
Langkah kerja (sintak) model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Orientasi murid pada masalah;
2) Mengorganisasikan murid untuk belajar;
3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berdasarkan sintak tersebut, langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang bisa dirancang oleh guru adalah sebagai
berikut:

Langkah Kerja Aktivitas Guru Aktivitas Murid

Orientasi murid pada masalah Guru menyampaikan masalah yang akan Kelompok mengamati dan memahami masalah yang
dipecahkan secara kelompok. Masalah yang disampaikan guru atau yang diperoleh dari bahan
diangkat hendaknya kontekstual. Masalah bias bacaan yang disarankan.
ditemukan sendiri oleh murid melalui bahan
bacaan atau lembar kegiatan.

Mengorganisasikan murid untuk Guru memastikan setiap anggota memahami Murid berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari
belajar. tugas masing-masing. data/ bahan-bahan/ alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.

Mengembangkan dan Guru memantau diskusi dan membimbing Kelompok melakukan diskusi untuk menghasil-kan
menyajikan hasil karya. pembuatan laporan sehingga karya setiap solusi pemecahan masalah dan hasilnya
kelompok siap untuk dipresentasikan. dipresentasikan/ disajikan dalam bentuk karya.

Menganalisis dan Guru membimbing presentasi dan Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok
mengevaluasi proses mendorong kelompok memberikan penghargaan yang lain memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan
pemecahan masalah. serta masukan kepada kelompok lain. Guru dengan merangkum/ membuat kesimpulan
bersama murid menyimpulkan materi. sesuai dengan masukan yang diperoleh dari
kelompok lain.
Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
media. Murid melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project
based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu
investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan
berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Karakteristik Project Based Learning memiliki karakteristik yang membedakan model yang lain. Karakteristik tersebut, antara lain :
1. Centrality (proyek menjadi pusat dalam pembelajaran).
2. Driving question (pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu
pengetahuan yang sesuai).
3. Constructive Investigation (siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri dimana guru sebagai
fasilitator).
4. Autonomy (menuntut student centered, siswa sebagai problem solver dari masalah yang dibahas).
5. Realisme (kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas otetik dan menghasilkan sikap professional).

Tujuan Project Based Learning antara lain :


• Meningkatkan kemampuan murid dalam pemecahan masalah proyek
• Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
• Membuat murid lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata
• Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan murid dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek
• Meningkatkan kolaborasi murid khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok

Langkah-langkah pembuatan Project Based Learning :


✓ Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question/essential question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada murid untuk melakukan
suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
✓ Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan murid. Dengan demikian murid diharapakan akan merasa memiliki atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
✓ Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan murid secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas,
dan murid diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan murid mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga
harus tetap mengingatkan apabila aktivitas murid melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh murid adalah proyek
yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta murid untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, murid tinggal mempresentasikan hasil proyeknya
di kelas.
✓ Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas murid selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi murid pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas murid. Guru
mengajarkan kepada murid bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap murid dapat memilih perannya masing-masing dengan
tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
✓ Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing murid, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh murid, serta membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya
di depan kelompok lain secara bergantian.
✓ Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan murid melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, murid diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek
Peran Guru

✓ Fasilitator : memfasilitasi kegiatan, menyediakan media belajar, lembar belajar, lembar kerja dan lain-lain.
✓ Moderator : memoderasi diskusi, memberikan pertanyaan pemantik, menutup dengan kesimpulan.
✓ Penyedia Informasi : menyediakan artikel, video, tautan informasi.
✓ Mentor : membimbing murid dalam mengembangkan projek.
✓ Mengorganisir pameran : mengorganisir pameran karya, mengundang pengunjung, orang-tua murid atau murid dan guru
dari sekolah lain

Sarana dan Prasarana

Dalam modul ajar ini dibuat untuk proses belajar daring atau online sehingga perlu diperhatikan:
• Apakah guru mempunyai perangkat daring yang memadai?
• Apakah murid mempunyai perangkat daring yang memadai?
• Apakah ada alternatif untuk perangkat?
Guru bisa menyiasati metode daring agar bisa menjadi luring dengan mengunduh materi online atau mencetak file pdf apabila mempunyai
keterbatasan jaringan.

Kolaborasi dan Narasumber


Apabila guru dan murid mempunyai keterbatasan untuk memperoleh konten, guru bisa mengundang narasumber ahli misalnya dari
Pemuka Kepercayaan, Sesepuh Kepercayaan, Pengurus Organisasi Kepercayaan dan bisa menggunakan sarana sekitar sebagai sumber
belajar primer maupun sekunder.
Cara Penggunaan Modul Ajar

Modul ajar ini dirancang untuk membantu guru SMP Kelas VII (Fase D) yang berada di sekolah penggerak untuk melaksanakan kegiatan di
mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam modul ajar ini ada beberapa aktivitas yang saling berkaitan,
dengan beberapa formatif asesmen sebagai diagnostik asesmen dan asesmen sumatif sebagai ujung dari proses pembelajaran. Disarankan
agar modul ajar ini dilakukan pada semester gasal awal, sesuai dari urutan di alur tujuan pembelajaran.

Waktu yang direkomendasikan untuk pelaksanaan modul ajar ini adalah 4 minggu atau 4 kali tatap muka dengan durasi kurang lebih 12 JP
(480 menit). Sebaiknya ada jeda waktu antar aktivitas agar di satu sisi para guru mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan persiapan
materi untuk memantik diskusi dan refleksi murid. Murid juga mempunyai waktu untuk berpikir, berefleksi, dan menjalankan masing-masing
aktivitas dengan baik.

Alur Tujuan Pembelajaran Modul Ajar 1

Menceritakan kembali Menjelaskan pengertian Mendeskripsikan Menganalisis hubungan


dengan kata-kata sendiri Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Perkembangan antara butir Pancasila
asal usul Kepercayaan Maha Esa dengan menggunakan Kepercayaan Terhadap dengan ajaran Kepercayaan
yang dianutnya. kata-kata sendiri Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya.

Mengamalkan nilai-nilai kepercayaannya yang Menghayati nilai-nilai kepercayaannya Mempresentasikan hasil karya
tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila yang tertuang dalam dasar negara tentang sejarah Kepercayaan
butir pertama dan butir ketiga di sekolah, Indonesia Pancasila di sekolah, terhadap Tuhan Yang Maha Esa di
keluarga, dan masyarakat keluarga, dan masyarakat. depan kelas.
Proses Pembelajaran
Pertemuan I: Asal-usul dan Perkembangan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ringkasan Materi Ajar
Mari kita hayati, bagaimana bumi dan alam semesta tercipta beserta kehidupan di dalamnya? Bagaimana berjuta-juta bintang dan planet
yang bertebaran dilangit pada malam hari yang cerah dapat tercipta? Manusia yang memiliki tubuh dan jiwa, serta suatu daya hidup di
dalam dirinya yang mempengaruhi tubuh dan jiwa tersebut. Tentu kita meyakini bahwa semuanya itu ada yang menciptakan dan yang
mengaturkannya bukan?. Sang Pencipta itu memiliki kemampuan Maha Besar dan Maha Kuasa di luar kemampuan diri manusia yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

Penyebutan untuk nama Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda sesuai suku daerah masing-masing karena memiliki Bahasa,
adat-istiadatdan budaya. Seperti Eyang Gusti Agung, Sang Hyang Sangkan Paran atau Gusti Pangeran pada suku Jawa (kepercayaan
Kejawen), Debata Mulajadi Nabolon pada Suku Batak (Kepercayaan Ugamo Malim atau Parmalim), Gusti Nu Maha Suci Allah Maha Kuasa
pada suku Baduy, Hyang Widhi Wasa di Bali, Mori atau Magholo-Marawi atau Amawolu Amarawi di Sumba Barat (Kepercayaan Marapu),
Ranying Hatalla Langit Jata Balawang Bulau pada Suku Dayak di Kalimantan (kepercayaan Kaharingan), Dewata Seuwae di Sulawesi Selatan
(kepercayaan Towani Tolotang), Dehata atau Debata di Sulawesi Barat (kepercayaan Mappurondo), dan lain sebagainya.

Selain karena perbedaan bahasa, budaya dan adat-istiadat, keragaman tersebut juga diduga dipengaruhi oleh adaptasi terhadap budaya
luar. Indonesia sebagai pusat perdangangan pada masa lalu, sehingga pedagang Buddha dan Hindu ikut menyebarkan agamanya. Pengaruh
Hindu dan Buddha dapat diamati dari kesamaan beberapa mitos lokal di Indonesia. Beberapa suku di Indonesia memiliki kisah tentang
Tokoh pejuang (Pahlawan) mitologis dengan nama yang sama, namun dengan versi yang berbeda. Misalnya Batara Guru dalam mitologi
Batak, Bali, dan Jawa; Dewi Sri dalam mitologi Sunda dan Bali.

Kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Sang Pencipta tersebut sudah ada jauh sebelum agama-agama dari luar
masuk ke Indonesia, yang menuntun laku hidup dan kehidupan masyarakat kita serta menyembah kepada-Nya. Nilai-nilai ajaran Budi Luhur
dari kepercayaan dan keyakinan tersebut diwariskan secara turun-temurun kepada generasi berikutnya dengan pengahayatan dan
pengamalan yang diwujudkan dalam perilaku budaya (budaya spiritual). Hingga sekarang penganutnya disebut Penghayat Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam cakupan komunitas maupun perorangan.

Pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bagi masing- masing Kepercayaan sangat erat kaitannya dengan penyebutan untuk
nama atau panggilan kepada Sang Pencipta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Misalnya Kepercayaan Kejawen percaya dan takwa
kepada Eyang Gusti Agung atau Sang Hyang Sangkan, Kepercayaan Ugamo Malim atau Parmalim percaya dan takwa kepada Debata Mulajadi
Nabolon, Kepercayaan Sunda Wiwitan percaya dan takwa kepada Gusti Nu Maha Suci Allah Maha Kuasa, Kepercayaan Marapu percaya dan
takwa kepada Mori atau Magholo-Marawi atau Amawolu Amarawi, Kepercayaan Kaharingan percaya dan takwa kepada Ranying Hatalla
Langit Jata Balawang Bulau, kepercayaan Mappurondo percaya dan takwa kepada Dehata atau Debata, dan lain sebagainya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dinyatakan bahwa
dinyatakan bahwa pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan perilaku ketakwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya berasal dari kearifan lokal bangsa Indonesia.

Dari pengertian di atas Penghayat Kepercayaan mempercayai adanya Tuhan yaitu Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajarannya dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak boleh disekutukan dengan mahluk (tan kenging mangeran liyan), Tuhan
tidak boleh diwujudkan sebagaimana makhluk (tan kenging kinoyo ngopo) (Bustami,A.L, 2017)

Walaupun Kepercayaan yang ada di Indonesia sangat beragam, namun memiliki inti ajaran yang sama tentang konsep Tuhan. Tuhan Yang
Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta segala isinya yang bersifat mutlak sebagai segala sumber kehidupan. Manusia selalu
membutuhkan bimbingannya untuk kembali kepada sumber hidupnya, dari mana dan mau kemana ( sangkan paraning dumadi), menjadi
pribadi sebagai panutan bagi kehidupan sekitarnya (memayu hayuning bawana), serta mempunyai kesadaran akan peran dan fungsinya
sebagai umat Tuhan yang Maha Esa (Manunggaling kawula Gusti). Ajaran Penghayat Kepercayaan juga menekankan keharmonisan,
kedamaian, kesejahteraan bagi semua makhluk ciptaannya (memayu hayuning bawana). Ajaran itu dinyatakan dalam laku budi atau
perbuatan sehari-hari.

Penghayat Kepercayaan memiliki salam yang sama, yaitu salam Rahayu yang dilakukan dengan sikap menyembahkan kedua telapak tangan
di depan dada. Penghayat memiliki tata peribadatan yang mengatur tentang perkawinan, kehamilan, kelahiran, kematian dan peringatan
lainnya sesuai dengan ajaran masing-masing. Setiap tata peribadatan ditentukan waktu, tempat, tata cara (urutan), pemimpin, pakaian,
bacaan, dan lain sebagainya. Hari raya Penghayat Kepercayaan adalah tahun baru 1 (satu) Suro dengan sebutan sesuai dengan ajaran
masing-masing. Selain itu, Penghayat juga memiliki hari-hari sakral. Sebutan nama bangunan peribadatan Penghayat Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa juga beraneka ragam seperti bale pasogit, ruma parsantian, pasewakan, padepokan, pasujudan, sanggar, dan/atau
sarasehan

Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
No
Pendahuluan
1 Pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam Rahayu dan mengajak murid berdoa bersama.
2 Guru mengabsen murid, kerapian pakaian murid dan kebersihan kelas.
3 Guru mengatur meja dan bangku murid yang akan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
4 Guru menyampaikan capaian pembelajaran yang akan dicapai murid.
5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai murid.
6 Guru menyiapkan media/alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran, berupa video atau ilustrasi gambar.
7 Guru memilih strategi pembelajaran/ model/ metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang digunakan
pendekatan saintifik, model pembelajaran inquiri dan PBL. Metode yang digunakan metode tanya jawab, metode diskusi, metode
8 ceramah, metode penugasan.
Guru melakukan cipta kondisi dengan melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang Asal-usul
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pertanyaan bertitik tolak dari pengalaman belajar murid dan karateristik ajaran
Kepercayaan yang dipeluknya.
Inti
1. Murid diminta mencermati gambar yang ditampilkan oleh guru dan mengemukakan hasil pencermatan tersebut.

2. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan tentang sebutan Maha Pencipta Tuhan Yang Maha Esa dari berbagai
suku di Indonesia yang dikemukakan murid.

3. Bersama Murid, guru menyebutkan berbagai sebutan Tuhan Yang Maha Esa dari berbagai suku yang ada di Indonesia.
4. Murid dibagi dalam beberapa kelompok dan diberikan tugas pada LKPD 1 (lampiran) untuk berdiskusi tentang asal-usul
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Guru meminta kelompok kecil mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

6.

Penutup

1. Guru dan murid menyimpulkan inti sari dari pelajaran tersebut.

Guru melakukan review bersama murid berkaitan dengan materi yang diajarkan
Pertemuan II : Pengertian dan Inti Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Ringkasan Materi Ajar


Pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bagi masing- masing Kepercayaan sangat erat kaitannya dengan penyebutan
untuk nama atau panggilan kepada Sang Pencipta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Misalnya Kepercayaan Kejawen percaya dan
takwa kepada Eyang Gusti Agung atau Sang Hyang Sangkan, Kepercayaan Ugamo Malim atau Parmalim percaya dan takwa kepada Debata
Mulajadi Nabolon, Kepercayaan Sunda Wiwitan percaya dan takwa kepada Gusti Nu Maha Suci Allah Maha Kuasa, Kepercayaan Marapu
percaya dan takwa kepada Mori atau Magholo-Marawi atau Amawolu Amarawi, Kepercayaan Kaharingan percaya dan takwa kepada
Ranying Hatalla Langit Jata Balawang Bulau, kepercayaan Mappurondo percaya dan takwa kepada Dehata atau Debata, dan lain sebagainya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dinyatakan bahwa
dinyatakan bahwa pengertian Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan dengan perilaku ketakwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya berasal dari kearifan lokal bangsa Indonesia.

Dari pengertian di atas Penghayat Kepercayaan mempercayai adanya Tuhan yaitu Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajarannya dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa tidak boleh disekutukan dengan mahluk (tan kenging mangeran liyan), Tuhan
tidak boleh diwujudkan sebagaimana makhluk (tan kenging kinoyo ngopo) (Bustami,A.L, 2017)
Walaupun Kepercayaan yang ada di Indonesia sangat beragam, namun memiliki inti ajaran yang sama tentang konsep Tuhan. Tuhan Yang
Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta segala isinya yang bersifat mutlak sebagai segala sumber kehidupan. Manusia selalu
membutuhkan bimbingannya untuk kembali kepada sumber hidupnya, dari mana dan mau kemana ( sangkan paraning dumadi), menjadi
pribadi sebagai panutan bagi kehidupan sekitarnya (memayu hayuning bawana), serta mempunyai kesadaran akan peran dan fungsinya
sebagai umat Tuhan yang Maha Esa (Manunggaling kawula Gusti). Ajaran Penghayat Kepercayaan juga menekankan keharmonisan,
kedamaian, kesejahteraan bagi semua makhluk ciptaannya (memayu hayuning bawana). Ajaran itu dinyatakan dalam laku budi atau
perbuatan sehari-hari.

Penghayat Kepercayaan memiliki salam yang sama, yaitu salam Rahayu yang dilakukan dengan sikap menyembahkan kedua telapak
tangan di depan dada. Penghayat memiliki tata peribadatan yang mengatur tentang perkawinan, kehamilan, kelahiran, kematian dan
peringatan lainnya sesuai dengan ajaran masing-masing. Setiap tata peribadatan ditentukan waktu, tempat, tata cara (urutan), pemimpin,
pakaian, bacaan, dan lain sebagainya. Hari raya Penghayat Kepercayaan adalah tahun baru 1 (satu) Suro dengan sebutan sesuai dengan
ajaran masing-masing. Selain itu, Penghayat juga memiliki hari-hari sakral. Sebutan nama bangunan peribadatan Penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga beraneka ragam seperti bale pasogit, ruma parsantian, pasewakan, padepokan, pasujudan, sanggar,
dan/atau sarasehan.

a. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
No
Pendahuluan
1 Pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam Rahayu dan mengajak peserta didik berdoa bersama.

2 Guru mengabsen peserta didik, kerapian pakaian peserta didik dan kebersihan kelas.

3 Guru mengatur meja dan bangku peserta didik yang akan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
4 Guru menyampaikan capaian pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

6 Guru menyiapkan media/ alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran, berupa video atau ilustrasi gambar.

Guru memilih strategi pembelajaran/ model/ metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang digunakan
7 pendekatan saintifik dengan model inquri dan PBL. Metode yang digunakan metode tanya jawab, metode diskusi, metode ceramah,
metode penugasan.

Guru melakukan cipta kondisi dengan melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang Pengertian dan
8 Inti Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pertanyaan bertitik tolak dari pengalaman belajar peserta didik dan
karateristik ajaran Penghayat yang dipeluknya.

Inti
1. Peserta Didik diminta mengemukakan salah satu ajaran kepercayaan yang di anutnya

Pserta didik menyimak penjelasan guru atau mencermati gambar atau tayangan visual/ film tentang salah satu Ajaran dari
2.
penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan diberikan tugas LKPD 2 (lampiran) untuk berdiskusi tentang
3.
perbedaan dan persamaan Inti Ajaran dari berbagai kepercayaan

4. Guru meminta kelompok kecil mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Guru dan peserta didik menyimpulkan inti sari dari pelajaran tersebut sesuai yang terdapat dalam buku teks peserta
5
didik pada kolom rangkuman.
Penutup

1. Guru melakukan review bersama Peserta Didik berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Pertemuan III : Karena Kenal Maka Sayang.


Ringkasan Materi Ajar
Mari kita hayati, bagimana jika kalian bertemu dengan seseorang yang tidak mengenalya, tentu kalian kurang memperdulikannya bukan?
Berbeda dengan jika kalian bertemu dengan seseorang yang kalian sudah kenal baik, tentu kalian saling menyapa dan sangat akrab. Hal
ini terjadi karena kalian sudah saling mengetahui dan memahami satu sama lain. Semakin mengenal pasti akan semakin memahami dan
lebih jauh adalah dapat menyayangi mereka. Semakin tidak dikenal maka semakin tidak disayang karena belum memahaminya.

Indonesia memiliki masyarakat yang beraneka ragam budaya, adat istiadat, suku, bahasa daerah, agama dan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Keberagaman itu sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dikelola dan dilestarikan serta
diperkenalkan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Memperkenalkan keberagaman itu bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah,
tetapi seharusnya menjadi kewajiban kita bersama yakni melalui pengamalan ajaran masing-masing dalam setiap sendi kehidupan kita.
Ketika sudah saling mengenal maka timbul rasa sayang dan rasa memiliki. Inilah yang menjadi potensi pemersatu bangsa kita dalam
memajukan pembangunan nasional.
(Sumber: Indira Maharsi 2020)

Potensi pemersatu itu dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-bedaa tetapi tetap satu jua), yang digali dari bumi Indonesia
berasal dari masa Kerajaan Majapahit. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa kuno yaitu kakawin sutasoma, karangan
Mpu Tantular sekitar abad ke-14. Kakawin ini mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Budha. Kitab Sutasoma
menyatakan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa, artinya Tiada Kebenaran Yang Mendua (Bustami A. L., 2018). Dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang kita miliki, kita patut bersyukur dan mengamalkannya pada setiap sendi-sendi kehidupan kita.
Dengan demikian negara dan bangsa Indonesia terhindar dari perpecahan dan menjadi sebuah bangsa yang besar dan makmur seperti
yang kita idamkan bersama.

Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
No

1 Pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam Rahayu dan mengajak peserta didik berdoa bersama

2 Guru mengabsen peserta didik, kerapian pakaian peserta didik dan kebersihan kelas.

3 Guru mengatur meja dan bangku peserta didik yang akan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

4 Guru menyampaikan capaian pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.


6 Guru menyiapkan media/alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran, berupa video atau ilustrasi gambar.

Guru memilih model/metode/strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang digunakan
7 pendekatan saintifik dengan model inquiri, PBL dan PjBL. Metode yang digunakan metode tanya jawab, metode diskusi, metode
ceramah, metode penugasan.

Guru melakukan cipta kondisi dengan melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang Bhinneka
8
Tunggal Ika. Pertanyaan bertitik tolak dari pengalaman belajar peserta didik dan karateristik ajaran Penghayat yang dipeluk.

Inti
1. Peserta Didik diminta mengemukakan pendapatnya tentang gambar keanekaragaman budaya di Indonesia pada buku
siswa PKT.
2. Peserta didik menyimak penjelasan guru atau mencermati gambar atau tayangan visual/film tentang berbagai budaya yang
ada di Nusantara.
3. Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk berdiskusi tentang berbagai budaya dan dari
berbagai daerah.
4.
Secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasilnya dan kelompok lainnya memperhatikan, menyimak, dan
memberikan tanggapan.

5 Guru dan peserta didik menyimpulkan inti sari dari pelajaran tersebut sesuai yang terdapat dalam buku teks peserta didik
pada kolom rangkuman.

Penutup
1.
Guru melakukan review bersama Peserta Didik berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Pertemuan IV : Kita Indonesia Kita Pancasila


Ringkasan Materi Ajar
Masyarakat Indonesia yang sangat beragam ini terdiri dari berbagai latar belakang budaya, suku, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, yang tersebar di beberapa pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Masyarakat yang berbeda-beda itu bersatu menjadi
Bangsa Indonesia oleh satu ideologi yaitu Pancasila yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Penghayat kepercayaan berasal
dari bumi Indonesia dan hanya dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki ajaran
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan semua mahkluk dan isinya dan memberikan petunjuk yang sangat penting bagi
terciptanya kehidupan yang tentram, sejahtera, dan kebahagiaan lahir batin. Ajaran itu diamalkan sesuai dengan petunjuk yang telah
ditentukan oleh ajaran masing-masing yang selaras dengan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Di dalam ideologi Pancasila itu tercantum Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi kita sebagai penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa turut bangga karena dasar dan ideologi bangsa dan nagara kita
digali dari bumi Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya dan kepercayaan seluruh masyarakat kita. Mari kita sama-sama
mengamalkannya, karena Pancasila itu adalah milik dan tuntunan kita bersama dalam berbangsa dan bernegara.

Selain Pancasila Indonesia juga memiliki jati diri atau identitas yang membedakan dengan negara lain, yaitu lambang Garuda Pancasila,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika, bendera Merah Putih, serta lagu Kebangsaan Indonesia Raya dengan 3 stanza. Masing-masing identitas
tersebut memiliki makna yang sangat dalam yang bersumber dari nilai-niai luhur dan budaya Bangsa Indonesia agar tercipta suasana
kekeluargaan yang harmonis, damai, adil, dan makmur bagi masyarakatnya. Identitas itu wajib dihormati, dan diamalkan serta
dipertahankan sampai akhir hayat kita.

Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan

1 Pembelajaran dimulai, guru mengucapkan salam Rahayu dan mengajak peserta didik berdoa bersama.

2 Guru mengabsen peserta didik, kerapian pakaian peserta didik dan kebersihan kelas.

3 Guru mengatur meja dan bangku peserta didik yang akan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

4 Guru menyampaikan capaian pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

6 Guru menyiapkan media/alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran, berupa video atau ilustrasi gambar.

Guru memilih model/metode/strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan yang
7 digunakan pendekatan saintifik. Metode yang digunakan metode tanya jawab, metode diskusi, metode ceramah, metode
penugasan.
Guru melakukan cipta kondisi dengan melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif tentang
8 Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Pertanyaan bertitik tolak dari pengalaman belajar peserta didik dan
karateristik ajaran Penghayat yang dipeluk.

Inti

1. Peserta didik diminta untuk mencermati teks Pancasila, Garuda Pancasila, teks UUD 1945, lagu Indonesia Raya stanza tiga.

Peserta didik mengemukakan isi gambar Burung Garuda, isi teks Pancasila dan lagu Indonesia Raya yang menjadi ciri amalan
2.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan peserta didik isi gambar tersebut.

Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk berdiskusi tentang kaitan kelima butir Pancasila
4.
dengan Ajaran Kepercayaan yang kalian anut.

Secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasilnya dan kelompok lainnya memperhatiakn, menyimak, dan
5.
memberikan tanggapan

Guru dan peserta didik menyimpulkan inti sari dari pelajaran tersebut sesuai yang terdapat dalam buku teks peserta didik
6.
pada kolom rangkuman.

Penutup
Guru melakukan review bersama Peserta Didik berkaitan dengan materi yang diajarkan. Pada kesempatan ini dapat dilakukan
1.
kegiatan tanya jawab.

Guru menugaskan Peserta Didik untuk melakukan kegiatan kelompok membuktikan bahwasanya Bendera Merah Putih, lagu
2.
kebangsaan Indonesia Raya, lambing Garuda Pancasila, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Bumi Indonesia.

ASASMEN/ PENILAIAN
Kriteria Penilaian

Penilaan Metode/Teknik penilaian Bentuk Instrumen

- Observasi
- Lembar pengamatan sikap
1. Sikap - Penilaian diri
- Rubrik pengamatan sikap
- Penilaian Antarteman
- Soal pilihan ganda
2. Pengetahuan/ Proses Tes tertulis
- Esay tes
3. Keterampilan Presentasi - Rubrik penilaian Presentasi

Penilaian Sikap
Instrumen penilaian Kompetensi Sikap

No Tanggal Nama Peserta Dididk Catatan Perilaku Butir Sikap Tindak Lanjut

Rubrik penilaian sikap

No Aspek yang dinilai Rubrik


(1) (2) (3)
1 Berakhlak Mulia 3. menunjukkan kepatuhan terhadap norma-norma sosial dan kepercayaan (sikap sabar, toleransi, saling
menghormati, dan menghargai orang lain) yang ada dalam kegiatan kelompok.
2. kurang menunjukkan kepatuhan terhadap norma-norma sosial dan kepercayaan (sikap sabar, toleransi,
namun kurang menghormati, dan menghargai orang lain) yang ada dalam kegiatan kelompok.
1. tidak menunjukkan kepatuhan terhadap norma-norma sosial dan kepercayaan (tidak sabar, tidak toleransi,
tidak menghormati, dan menghargai orang lain) yang ada dalam kegiatan kelompok.
(1) (2) (3)
2 Mandiri 3. memilih dan menggunakan strategi belajar yang efektif untuk mencapai tujuan, tekun dalam menyelesaikan
tugas dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.
2. memilih dan menggunakan strategi belajar yang efektif untuk mencapai tujuan, tidak tekun dalam
menyelesaikan tugas dengan hasil kurang baik, tidak berupaya tepat waktu.
1. tidak dapat memilih dan menggunakan strategi belajar yang efektif untuk mencapai tujuan, tidak tekun
dalam menyelesaikan tugas dengan hasil kurang baik, tidak berupaya tepat waktu.
3 bernalar kritis 3. dapat mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi dan menginterpretasi suatu informasi dan mencari
tahu penyebab dan konsekwensi dari informasi tersebut.
2. kurang dapat mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi dan menginterpretasi suatu informasi dan
mencari tahu penyebab dan konsekwensi dari informasi tersebut.
1. tidak dapat mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi dan menginterpretasi suatu informasi dan
mencari tahu penyebab dan konsekwensi dari informasi tersebut.
4 Kreatif 3. dapat mengembangkan gagasan yang ia miliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan imajinatif
2. kurang dapat mengembangkan gagasan yang ia miliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan
imajinatif
1. tidak dapat mengembangkan gagasan yang ia miliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan imajinatif
5 Gotong Royong 3. dapat menganalisis pendapatnya dan memberikan tanggapan kepada orang lain
2. kurang dapat menganalisis pendapatnya dan memberikan tanggapan kepada orang lain
1. tidak dapat menganalisis pendapatnya dan memberikan tanggapan kepada orang lain
6 Berkebhinekaan 3. dapat mengidentifikasi dan menolak stereotip serta prasangka dalam gambaran identitas kelompok,
Global bangsa, dan regional
2. kurang dapat mengidentifikasi dan menolak stereotip serta prasangka dalam gambaran identitas kelompok,
bangsa, dan regional
1. tidak dapat mengidentifikasi dan menolak stereotip serta prasangka dalam gambaran identitas kelompok,
bangsa, dan regional

a. Penilaian diri

Petunjuk: Berilah tanda centang(√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Nama : .................................................

Kelas : .................................................

Semester : .................................................

No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya percaya bahwa Indonesia melindungi warganegara Peng- hayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Saya bangga menjadi warganegara Indoensia karena memiliki dasar Negara Pancasila, Undang-Undang Dasar 1934,
Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai harga mati.

3. Saya percaya bahwa pemerintah Indonesia melayani pemenuhan hak Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dengan prinsip tidak membeda-bedakan latarbelakang
4. Saya percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan pertolongan kepada Penghayat dan warganegara
Indonesia
5. Saya percaya bahwa bahwa ilmu yang saya dapatkanadalah murni dari hasil ikhtiar atau jerih payah manusia.

6. Saya harus berbaik sangka kepada semua orang karena mereka diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan
suci.
7. Saya meyakini bahwa sekecil apapun perbuatan danpekerjaan manusia diketahui Tuhan Yang Maha Esa.

8. Saya percaya bahwa saya boleh berkata semaunya karena Tuhan Yang
Maha Esa tidak akan melihat dan tidak ada yang mendengarnya.
9. Saya meyakini bahwa kita boleh berbuatsesuka hati selama tidak ada orang yang melihat.

10. Saya meyakini bahwa saya harus selalu mengamalkan ajaran keper- cayaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan
ber-syukur.

Hasil penilaian diri perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan melakukan fasilitasi terhadap murid yang belum menunjukkan sikap yang
diharapkan.

b. Penilaian Antarteman

Petunjuk: Berilah tanda centang ( ) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Nama teman yang dinilai : .................................................

Nama penilai : .................................................

Kelas : .................................................

Semester : .................................................
No Pernyataan Ya Tidak
1. Teman saya percaya bahwa Indonesia melindungi warganegara Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Teman saya bangga menjadi warganegara Indoensia karena memiliki dasar Negara Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai harga mati.

3. Teman saya percaya bahwa pemerintah Indonesia melayani pemenuhan hak Penghayat Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dengan prinsip tidak membeda-bedakan latarbelakang.
4. Teman saya percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan pertolongan kepada Penghayat dan warga
negara Indonesia.
5. Teman saya percaya bahwa ilmu yang saya dapatkan adalah murni dari hasil ikhtiar atau jerih payah manusia.

6. Teman saya percaya harus berbaik sangka kepada semua orang karena mereka diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa dalam keadaan suci.
7. Teman saya percaya bahwa sekecil apapun perbuatan dan pekerjaan manusia diketahui Tuhan Yang Maha Esa.

8. Teman saya percaya bahwa saya boleh berkata semaunya karena Tuhan Yang Maha Esa tidak akan melihat dan
tidak ada yang mendengarnya.
9. Teman saya percaya bahwa kita boleh berbuat sesuka hati selama tidak ada orang yang melihat.

10. Teman saya meyakini bahwa saya harus selalu mengamalkan ajaran kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
perwujudan bersyukur.

Hasil penilaian antarteman perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan mem- berikan bantuan fasilitasi terhadap murid yang belum menunjukkan
sikap yang diharapkan.
1. Penilaian Ketrampilan

Instrumen Penilaian Keterampilan Diskusi Kelas/ Presentasi / Projek :

No Nama Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Skor Total

Rubrik Penilaian Diskusi Kelas :

skor
No Aspek yang dinilai
4 3 2 1
1 Banyaknya pertanyaan yang diajukan
2 Kualitas pertanyaan
3 Penguasaan materi presentasi
4 Akurasi jawaban
REFLEKSI MURID

Kalian sekarang telah menghayati nilai-nilai kepercayaan yang tertuang dalam dasar negara Indonesia Pancasila. Terkait dengan materi ini, lakukanlah
refleksi diri. Tanggapilah pernyataan-pernyataan berikut, menurut apa yang kamu rasakan dengan cara memberi tanda ceklist () pada ppilihan yang
sesuai.

Contoh:

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin

1. Saya yakin bahwa kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sudah ada jauh sebelum agama-agama masuk ke Indonesia.

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin

2. Saya meyakini bahwa kelima butir Pancasila tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, sehingga selaras dan tidak
bertentangan dengan ajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin

3. Keberadaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesa sudah memiliki payung hukum atau legitimasi yuridis formal.

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin

4. Organisasi Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) merupakan wadah tunggal Nasional Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin

5. Indonesia yang memiliki masyarakat yang beraneka ragam budaya, adat istiadat, suku, agama dan Kepercayaan, merupakan karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa wajib kita lestarikan dan perkenalkan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Sangat Yakin Yakin Tidak Yakin


REFLEKSI GURU

1. Apakah materi dapat tersampaikan secara baik kepada murid?


2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar?
3. Sikap positif apa yang anda dapatkan selama proses belajar?
4. Apa saja yang anda dapat lakukan meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengadar?
5. Menurut anda, apakah metode belajarnya dapat diikuti dengan mudah oleh murid?

Contoh Asesmen Pengetahuan

A. Soal Ppilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Penyebutan untuk nama Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa berbeda untuk setiap kepercayaan yang ada di Indonesia, seperti Eyang Gusti Agung, Sang
Hyang Sangkan Paran atau Gusti Pangeran pada kepercayaan Kejawen, Debata Mulajadi Nabolon pada kepercayaan Ugamo Malim atau Parmalim, Mori
atau Magholo-Marawi atau Amawolu pada kepercayaan Marapu, Ranying Hatalla Langit Jata Balawang Bulau pada kepercayaan Kaharingan. Dehata atau
Debata pada kepercayaan Mappurondo, dan lain sebagainya. Keragaman penyebutan tersebut disebabkan…..

a. perbedaan bahasa, budaya dan adat-istiadat setiap suku di Indonesia

b. dipengaruhi oleh adaptasi terhadap budaya luar.

c. menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat jumlah penduduk yang besar.

d. Tuhan pada kepercayaan satu dengan yang lainnya tidak memiliki kesamaan.
2. Pernyataan berikut ini sesuai dengan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah…

a. ciri Pokok Kepercayaan Terhadap Tuhan YME adalah adanya perilaku ketakwaan untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, dan adanya Pengamalan
Budi Luhur dalam pengembangan laku sosial

b. penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME adalah orang yang tidak mengakui dan tidak meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan
YME

c. organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME hanya ada satu macam sebagai wadah penghayat kepercayaan yang telah terinventarisasi di
Kementerian terkait.

d. ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME adalah segala sesuatu yang diajarkan dapat berupa pendidikan, tuntunan, nasihat, petuah dan petunjuk yang
harus seragam.

3. Agar perjalanan dinamika perkembangan organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak mengalami pasang surut, hal yang harus kita
lakukan adalah….

a. Menjadikan perbedaan menjadi perselisihan untuk menjadi pemenang

b. Mengembangkan persaudaraan melalui pengamalan laku Kepercayaan

c. Selalu menang sendiri tanpa memikirkan kepentingan oran lain

d. Fanatisme berlebihan terhadap Kepercayaan masing-masing

4. Pernyataan berikut ini benar adalah…

a. Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, sehingga Pancasila itu adalah hanya milik penghayat kepercayaan.

b. Pada sila pertama Pancasila disebut Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus beragama.

c. Butir Pancasila yang kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bertentangan dengan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
d. Kita meyakini bahwa kelima butir Pancasila selaras dan tidak bertentangan dengan ajaran kepercayaan yang kita anut masing-masing.

5. Perbuatan di bawah ini yang bertentangan dengan Bhinneka Tunggal Ika…

a. ingin menang sendiri

b. bermusyawarah

c. menghargai pendapat orang lain

d. menerima perbedaan

B. Soal Esay Test :

1. Buatlah deskripsi Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Kepercayaan yang kalian anut!

2. Apa dasarnya pemerintah melindungi keragaman di Indonesia? Jelaskan!

3. Jelaskan kaitan sila pertama Pancasila dengan ajaran kepercayaan yang kamu anut!

4. Tunjukkan bukti bahwa Pancasila, Bendera Merah Putih, lagu Kebangsaan Indonesia Raya, lambang Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika berasal dari Bumi Indonesia!

5. Jelaskan mengapa sikap saling menghormati dan menghargai antarsesama penghayat kepercayaan dan pemeluk agama lain sangat penting!

PENGAYAAN
Peserta didik yang sudah menguasai materi Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengerjakan soal pengayaan identifikasi
Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa peserta didik di tempat tinggalnya. Soal pengayaan telah disiapkan oleh guru. Guru
mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan. Contoh Carilah di internet atau koran tentang
peristiwa-peristiwa yang menggambarkan Sejarah kepercayaan terhadap Tuhan YME, kemudian susunlah menjadi sebuah kliping.

REMEDIAL
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali olehguru materi Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Guru akan melakukan penilaian kembali dengan soaly ang sejenis atau memberikan tugas individu merangkum materi Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Remedial dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan, boleh pada saatpembelajaran apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah
pulang jam pelajaran selesai).

INTERAKSI GURU DENGAN ORANG TUA

Komunikasi dengan orang tua dapat menggunakan buku penghubung yang memfasilitasi komunikasi yang baik antara sekolah/guru dengan
orang tua Peserta Didik. Buku penghubung ini juga bermanfaat untuk membangun kerjasama pihak sekolah dengan orang tua dalam membantu
keberhasilan Peserta Didik. Buku penghubung ini memuat hari/tanggal, matapelajaran, materi/topik, bentuk tugas, dan tanda tangan orang tua.

Contoh Lembar Monitoring Orang Tua

Hari/ Komentar Orang Tanda Tangan


Mata Pelajaran Materi/ Topik Bentuk Tugas Tanda
Tanggal Tua Orang Tua
Tangan Guru
Bentuk lain interaksi dengan orang tua, yaitu membangun keterlibatan orangtua dalam tugas-tugas sekolah para Peserta Didik. Guru dianjurkan
menyusun tugas untuk Peserta Didik yang dapat melibatkan orang tua dalam kegiatan-kegiatan bersama Peserta Didik. Misalnya berkaitan
dengan materi ini, orang tua dapat membimbing anaknya untuk mengamati berbagai alat ukur dan cara penggunaannya di pasar mulai dari
besaran yang diukur, alat ukur, dan satuanyang disesuaikan. Selain itu, orang tua dapat menjadi pendamping belajar anaknya di rumah.

GLOSARIUM

Amawolu Amarawi : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta di Sumba Barat (Kepercayaan Marapu)
Debata : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada suku Batak (kepercayaan Parmalim)
Mulajadi Nabolon : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada suku Batak (kepercayaan Parmalim)
Dehata : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta di Sulawesi Barat (kepercayaan Mappurondo)
Dewata Seuwae : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta di Sulawesi Selatan (kepercayaan Towani Tolotang)
Eyang Gusti Agung : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada suku Jawa (kepercayaan Kejawen)
Gusti Nu Maha Suci : sebutan Tuhan oleh orang Sunda secara umum, kata lainnya Pangeran. Khusus orang Baduy , mereka
menyebutnya Nu Ngersakeun dan Batara Tunggal.
Gusti Pangeran : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada suku Jawa (kepercayaan Kejawen)
Hyang Widhi Wasa : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta di Bali
Kaharingan : Jenis Kepercayaan di Kalimantan Selatan
Kejawen : Jenis Kepercayaan di Jawa
Magholo-Marawi : Jenis Kepercayaan di Sumba Barat (Kepercayaan Marapu)
Marapu : Jenis Kepercayaan di Sumba Barat
Mappurondo : Jenis Kepercayaan di Sulawesi Barat
Mori : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta di Sumba Barat (Kepercayaan Marapu)
Parmalim : Singkatan dari Parugamo Malim yaitu penganut Ugamo Malim
Perjalanan (Lelampahan) : Nama Organisasi Kebatinan setelah Partai Permai membubarkan diri dari Partai politik sepeninggal Mei
Kartawinata, sehingga terbentuk organisasi kepercayaan Budi Daya, Bumi Hantoro Lampung, Aji Dipa, dan
Kebatinan Perjalanan.
Pinisepuh : pendahulu/pimpinan organisasi Kepercayaan
Ranying Hatalla Langit Jata : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada Suku Dayak di Kalimantan Selatan (kepercayaan Kaharingan)
Sapta Darma : Jenis Kepercayaan di Jawa
Sang Hyang Sangkan Paran : Penyebutan untuk nama Sang Pencipta pada suku Jawa (kepercayaan Kejawen)
Towani Tolotang : Jenis Kepercayaan di Sulawesi Selatan
Ugamo Malim : Jenis Kepercayaan pada Suku Batak

REFERENSI

Bustami, A. L. (2011). Pemberdayaan Budaya Spiritual. Makalah pada Gelar Budaya Spiritual, Yogyakarta, 8 Oktober 2011. Direktorat
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Jakarta

Bustami, A. L. (2017). Modul Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, Pendidikan Dan Latihan Jabatan Penyuluh Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Jakarta.

Basuki, H. (2005). Membangun Moral Keindonesiaan. Wawasan Kebangsaan,


Gultom, I. (2010). Agama Malim Di Tanah Batak. Bumi Aksara, Jakarta.
Lampiran

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 1

Gambar ilustrasi Keberagaman suku dan budaya Indonesia


Sumber: https://www.kompasiana.com

Ayo kita Diskusikan!

Buatlah kelompok keci yang terdiri dari 2-4 orang.

Tahukah kalian bahwa penyebutan atau panggilan untuk nama Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda sesuai suku dan daerah
atau Kepercayaan masing-masing. Deskripsikanlah Tuhan Yang Maha Esa sesuai Kepercayaan yang kalian anut! Deskripsikan juga Tuhan
Yang Maha Esa sesuai defenisi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa! Mengapa nama Kepercayaan yang ada di Indonesia berbeda-
beda dan sangat beragam? Adakah kesamaan dan perbedaan antara kepercayaan yang kalian anut dengan kepercayaan yang lainnya? Analisis
ketiga jawaban kalian lalu buatlah kesimpulannya!
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 2

Foto: Presidiun DMP MLKI periode 2014-2019 pada Munas pertama di Yogyakarta 2017
(Sumber: Dokumen MLKI)

Ayo Kita Latihan bersama

Buatlah kelompok kecii yang terdiri dari 2-4 orang.

Pemecahan Masalah

Jika seorang teman kalian mengatakan bahwa kepercayaan yang kalian anut tidak resmi diakui oleh negara. Bagaimana kalian dapat
menjelaskannya? Hubungkan jawaban kalian dengan payung hukum atau legitimasi yuridis formal yang melindungi Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa di negara Republik Indonesia!

Berpikir Kritis

Mengapa dalam perjalanan dinamika perkembangan organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sering mengalami pasang surut
dan berganti nama? Diskusikan dengan temanmu permasalahan tersebut dan buatlah kesimpulan kalian!.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 3

Foto ilustrasi kebhinnekaan Indonesia


Sumber: dok. kemdikbud
Tugas Proyek

Ayo Kita kerjakan dan diskusikan !

Buatlah kelompok keci yang terdiri dari 2-4 orang.

Tentu kalian memiliki teman-teman yang berbeda dengan kepercayaan atau memeluk agama lain. Masing-masing kelompok carilah
informasi tentang keyakinan teman di sekolahmu yang beragama lain. Mintalah kepada temanmu untuk mendeskripsikan Tuhan yang
mereka sembah. Kemudian informasi tersebut konfirmasi kepada orang tuanya dan guru Agama mereka. Analisis jawaban temanmu
tersebut dalam kelompok dan buatlah laporan dari tugas proyek yang kalian lakukan! Kemudian presentasikan didepan kelasmu!
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 4

Foto Sidang kedua BPUPKI berlangsung pada tanggal 10 Juli sampai 14 Juli 1945. Agenda sidang kedua adalah mengenai pembuatan rancangan undang-undang
dasar (UUD), wilayah negara, bentuk negara, pernyataan merdeka, dan kewarganegaraan Indonesia. Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk
lagi panitia kecil yang beranggota 7 orang, yaitu: 1) Porf. Dr. Mr. Soepomo, 2) Mr. Wongsonagoro, 3) Mr. Achmad Soebardjo, 4) Mr. A.A. Maramis. 5) Mr. R.P.
Singgih, 6) H. Agus Salim, dan 7) Dr. Soekiman.

(Sumber: https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-bpupki/. Diunduh 11 Oktober 2020)


Ayo Kita Latihan bersama

Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 orang.

1. Tahukah kalian bagaimana dasar negara kita Pancasila itu dilahirkan? Tentu kalian sudah mempelajarinya pada mata pelajaran PPKn.
Bahwa Pancasila itu dilahirkan melalui suatu proses yang sangat berat dan Panjang dari para Tokoh Pendiri Bangsa Indonesia
termasuk Tokoh Penghayat Kepercayaan, yang menghasilkan 5 butir Pancasila. Buatlah kaitan antara kelima butir Pancasila itu dengan
ajaran kepercayaan yang kalian anut!

2. Buktikan bahwa Bendera Merah Putih, lagu Kebangsaan Indonesia Raya, lambang Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
berasal dari Bumi Indonesia!

Anda mungkin juga menyukai