Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan budaya dan karakter bangsa kini banyak

diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti

korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa,

tawuran antar pelajar, turunnya kewibawaan guru di mata peserta didik,

pola hidup konsumtif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat.

Berbagai alternatif penyelesaian diajukan antara lain dibuatnya peraturan

yang berkaitan dengan penguatan kembali budaya dan karakter bangsa.

Salah satu peraturan dimaksud adalah Instruksi Presiden Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 yang mengamanatkan

program penguatan metodologi dan kurikulum dengan cara

menyempurnakan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan

nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter

bangsa. Implikasi dari instruksi tersebut adalah pengembangan budaya

dan karakter bangsa melalui pendidikan.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa

dan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan

1
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk

menghargai satu sama lain, toleransi, kerja keras, disiplin, mandiri,

demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, bersahabat dan komunikatif.

Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerja sama dan kolaborasi untuk meningkatkan keterampilan sosial.

(Ibrahim, 2000:32). Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu

STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam pembelajaran

STAD, siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk

mencapai tujuan bersama. Siswa tidak hanya bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri tetapi juga kelompoknya. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD merupakan model yang sangat menarik karena

merupakan gabungan antara dua hal, belajar dengan kemampuan

masing-masing individu dan belajar kelompok sehingga siswa dapat

saling bertukar pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.

Untuk lebih memberi pemahaman siswa dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, pelaksanaannya dibantu dengan

multimedia berbasis TIK. Multimedia berbasis TIK diharapkan dapat

memberikan pengaruh baik, karena siswa menjadi jauh lebih mendalami

materi, ini terjadi karena siswa dapat mengatur sendiri kecepatan

belajarnya.

Penggabungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

menggunakan multimedia berbasis TIK, dinamakan STADMATIK

2
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang, “UPAYA MENERAPKAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN

KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN DAN MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR KONSEP STATISTIKA MELALUI METODE

STADMATIK PADA SISWA KELAS XI.IPA2 SMA NEGERI 1 KRAMAT

TAHUN PELAJARAN 2011/2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka ditarik suatu rumusan

masalah yaitu :

1. Apakah dengan menggunakan metode STADMATIK dalam

pembelajaran dapat diterapkan pendidikan budaya dan karakter

bangsa?

2. Apakah penggunaan metode STADMATIK dapat meningkatkan hasil

belajar dalam pembelajaran konsep konsep statistika?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui keberhasilan penerapan pendidikan budaya dan

karakter bangsa dalam pembelajaran melalui penggunaan metode

STADMATIK

2. Untuk mengetahui keberhasilan penggunaan metode STADMATIK

dalam meningkatkan hasil belajar konsep statistika

3
D. Manfaat Peneltian

1. Bagi siswa, yaitu:

a. Dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter

siswa

b. Dapat meningkatkan hasil belajar konsep statistika

2. Bagi guru

a. Berperan dalam pengembangan pendidikan nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa.

b. Dapat mengatasi kendala dalam pembelajaran dan

mencari solusi dalam mengatasi kendala tersebut.

c. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi

siswa dan kinerja guru.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan di kelas XI. IPA2 SMA Negeri 1 Kramat

Kabupaten Tegal semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012

2. Materi yang diajarkan adalah Konsep Statistika

4
BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pendidikan Budaya Dan Nilai-Nilai Karakter Bangsa

1) Pengertian
Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan

karakter sebagai karakter dirinya, mampu menerapkan nilai-nilai

tersebut dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dan

warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

2) Nilai-nilai Budaya dan Karakter Bangsa


Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya

dan karakter bangsa Indonesia dilandasi sumber-sumber agama,

pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan

keempat sumber tersebut telah diidentifikasi 18 nilai-nilai yang

dapat dikembangkan melalui pendidikan budaya dan karakter

bangsa, seperti tertera pada Tabel berikut.

CONTOH INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARAN


DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

NILAI
INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARAN
NO KARAKTER
1 Religius  Berdo’a sebelum mulai dan sesudah selesai
pembelajaran
 Mengaitkan materi pembelajaran dengan kekuasan
Tuhan Yang Maha Kuasa

5
2 Jujur  Membuat laporan hasil percobaan sesuai dengan data
yang diperoleh.
 Tidak pernah menyontek dalam ulangan
 Mengakui kesalahan
 Terbuka dalam memberi penilaian kepada peserta didik
3 Toleransi  Pelayanan yang sama terhadap peserta didik tanpa membedakan
suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
 Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
 Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis
kelamin, agama, suku, dan tingkat kemampuan
4 Disiplin  Hadir tepat waktu
 Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran
 Mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran
 Menyelesaikan tugas tepat waktu
5 Kerja keras  Berupaya dengan gigih untuk menciptakan semangat
kompetisi yang sehat
 Substansi pembelajaran menantang peserta didik untuk
berpikir keras
 Menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru
6 Kreatif  Menciptakan situasi belajar yang mendorong munculnya
kreativitas peserta didik
 Memberi tugas yang menantang munculnya kreativitas
peserta didik (tugas projek, karya ilmiah, dsb)
 Menghasilkan suatu karya baru, baik otentik maupun
modifikasi
7 Mandiri  Penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan secara
mandiri
 Mempresentasikan hasil pelaksanaan tugas-tugas yang
diberikan
 Memotivasi peserta didik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri
8 Demokratis  Pembelajaran yang dialogis dan interaktif
 Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama
pembelajaran
 Menghargai setiap pendapat peserta didik
9 Rasa ingin  Penerapan eksplorasi dan elaborasi dalam pembelajaran
tahu  Memanfaatkan media pembelajaran (cetak dan
elektronik) yang menumbuhkan keingintahuan
10 Semangat  Bekerjasama dengan teman yang berbeda suku/etnis
kebangsaan  Mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa yang
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotism
11 Cinta tanah  Menyanyikan lagu-lagu perjuangan
air  Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa,
peristiwa alam, dan perilaku menyimpang
 Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri
dalam pembelajaran
 Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran produk
dalam negeri
12 Menghargai  Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
prestasi menampilkan ide, bakat, dan kreasi
 Pujian kepada peserta didik yang telah menyelesaikan
tugas dengan baik, mengajukan ide cemerlang, atau menghasilkan
suatu karya
13 Bersahabat/  Pengaturan kelas memudahkan peserta didik berinteraksi
komunikatif  Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah

6
 Bimbingan kepada peserta didik yang memerlukan
 Mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan santun
 Menyajikan hasil tugas secara lisan atau tertulis
14 Cinta damai
15 Gemar  Penugasan membaca buku pelajaran dan mencari
membaca referensi
16 Peduli  Kebersihan ruang kelas terjaga
lingkungan  Hemat dalam penggunaan bahan praktik
 Penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik
17 Peduli sosial  Bantuan kepada teman yang mengalami kesulitan belajar
18 Tanggungja
wab
Prinsip-prinsip pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA

meliputi:

1. Tidak mengajarkan tetapi mengembangkan nilai-nilai karakter

Nilai-nilai karakter bukan bahan ajar biasa sehingga tidak diajarkan

seperti mata pelajaran. Nilai-nilai karakter diinternalisasi melalui

proses pembelajaran. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan

bahan kajian yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan

mata pelajaran lain untuk mencapai kompetensi yang berkaitan

dengan konsep, teori, prosedur, atau pun fakta. Kegiatan

pembelajaran dapat dilakukan misalnya melalui diskusi kelompok

yang mengembangkan nilai-nilai karakter antara lain “religius,

kerja keras, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat/

komunikatif, tanggungjawab, dan peduli lingkungan”.

2. Kontinuitas (berkelanjutan)

Pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang sangat

panjang dan berkelanjutan. Pendidikan karakter di SMA

merupakan kelanjutan dari pendidikan yang sudah lebih dari 9

tahun diperoleh peserta didik, yaitu dari rumah (orangtua dan

7
masyarakat sekitar) dan selama bersekolah di Sekolah Dasar (SD)

dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

3. Terintegrasi pada semua mata pelajaran, pengembangan diri,

dan budaya sekolah.

Pada prinsipnya pendidikan karakter di SMA dapat dilakukan

melalui pembelajaran (terintegrasi pada setiap mata pelajaran),

melalui pengembangan diri (layanan konseling dan kegiatan ekstra

kurikuler), dan melalui budaya sekolah (school culture).

4. Pendidikan yang mengaktifkan dan menyenangkan peserta

didik

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam

suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak

indoktrinatif. Diawali dengan pengenalan terhadap pengertian nilai

yang dikembangkan, guru menuntun peserta didik agar secara aktif

merumuskan pertanyaan, mencari dan mengumpulkan informasi

dari berbagai sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki,

merekonstruksi nilai-nilai karakter yang telah ada pada diri mereka,

mengembangkan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan

karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar, baik

yang terjadi di kelas, di sekolah, maupun tugas-tugas di luar

sekolah.

Diskusi merupakan cara terbaik untuk  menanamkan nilai-nilai

yang dinginkan sehingga mampu membentuk karakter peserta

didik yang baik. Dengan diskusi peserta didik mengembangkan

8
nilai-nilai kejujuran, bijaksana, berpikir kritis,  toleransi, menghargai

teman, bekerjasama, tanggung jawab, dan refleksi.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan

model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang

melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk

pembelajaran individu anggota. Pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD, siswa dikelompokkan dengan beranggotakan 4-5 orang siswa

yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Menurut Slavin (1995:71) STAD terdiri dari lima komponen utama,

yaitu:

a. Presentasi Kelas

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui

presentasi kelas oleh guru. Presentasi kelas harus fokus pada unit

STAD tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka

harus sungguh-sungguh memperhatikan untuk dapat mengerjakan

kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor timnya.

b. Kerja tim

Tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili heterogenitas kelas

dalam kinerja akademik. Fungsi utama tim adalah menyiapkan

anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru

mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk

mempelajari lembar kegiatan siswa (LKS).

9
c. Kuis

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan latihan tim,

siswa akan dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling

membantu selama kuis berlangsung.

d. Skor perkembangan individu

Setiap siswa dapat menyumbangkan poin maksimum kepada

timnya dalam sistem penyekoran. Setiap siswa diberikan sebuah

skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata pada kuis serupa

sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya

didasarkan pada berapa banyak skor kuis yang melampaui skor

dasar mereka. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor kuis sebelumnya.

2) Siswa memperoleh poin untuk kuis yang terkait dengan materi

pelajaran yang disampaikan pada saat itu.

3) Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya

ditentukan dengan pencapaian nilai yang sama atau melampaui

skor dasar mereka.

e. Penghargaan tim

Setiap kuis terlaksana, sesegera mungkin guru mengumumkan

skor perbaikan individual dan skor tim, dan menghadiahkan

penghargaan kepada tim yang memperoleh skor tertinggi.

1) Poin perbaikan

Siswa mendapat poin untuk tim berdasarkan seberapa besar skor

kuis mereka melampaui skor dasar mereka dan poin tersebut

10
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

a) Apabila dalam suatu kuis, siswa memperoleh nilai sempurna

tidak memandang berapa pun skor dasar maka siswa tersebut

akan memperoleh 30 poin perbaikan.

b) Apabila dalam suatu kuis, siswa memperoleh skor lebih dari 10

poin di atas skor dasar maka siswa tersebut akan memperoleh

30 poin perbaikan.

c) Apabila dalam suatu kuis, siswa memperoleh skor antara skor

dasar sampai 10 poin di atas skor dasar maka siswa tersebut

akan memperoleh 20 poin perbaikan.

d) Apabila dalam suatu kuis, siswa memperoleh skor antara 10

poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar maka

siswa tersebut akan memperoleh 10 poin perbaikan.

e) Apabila dalam suatu kuis, siswa memperoleh skor lebih dari 10

poin di bawah skor dasar maka siswa tersebut akan

memperoleh 5 poin perbaikan.

2) Skor tim

Skor tim dihitung dengan mamasukkan setiap poin perbaikan

siswa dalam lembar ikhtisar tim, lalu dijumlahkan dan dibagi sesuai

dengan jumlah anggota tim. Skor rata-rata tim digunakan untuk

menentukan kriteria penghargaan untuk tim. Terdapat tiga tingkat

penghargaan sebagai berikut.

a) Kelompok dengan rata-rata 15 - 19 poin, mendapatkan

penghargaan sebagai tim baik (good team).

11
b) Kelompok dengan rata-rata 20 - 24 poin, mendapatkan

penghargaan sebagai tim terbaik (great team).

c) Kelompok dengan rata-rata 25 - 30 poin, mendapatkan

penghargaan sebagai tim super (super great team).

3. Multimedia Pembelajaran Berbasis TIK

1) Pengertian Multimedia Pembelajaran

Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau

lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video

dan animasi secara terintegrasi. Sedangkan pembelajaran

diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran

yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam

pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat

relatif konstan. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut

kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan

sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses

pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan

(pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang

piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga

secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

2) Manfaat Multimedia Pembelajaran

Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan

digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang

12
sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat

yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik,

lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas

belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar

dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa

dapat ditingkatkan.

4. STADMATIK

STADMATIK merupakan sebuah model pembelajaran STAD yang

dalam pelaksanaannya dibantu dengan multimedia berbasis TIK

B. Kerangka Berfikir

Adanya persoalan Pengembangan nilai-nilai


nilai-nilai budaya budaya dan karakter
dan karakter bangsa dalam
bangsa pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif
Adanya persoalan tipe STAD dengan Meningkatnya hasil
penguasaan konsep menggunakan multimedia belajar matematika
statistika berbasis TIK konsep statistika
(STADMATIK)

Dapat diterapkannya
pengembangan nilai-nilai
budaya dan karakter
bangsa dalam
pembelajaran

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, kerangka teoritis dan kerangka

13
berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan pada

penelitian ini adalah melalui metode STADMATIK dapat diterapkan

pendidikan budaya dan nilai-nilai karakter bangsa dalam pembelajaran

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep statistika di

kelas XI.IPA2 SMA Negeri 1 Kramat Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran

2011/2012

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI.IPA2 SMA Negeri 1

Kramat Kabupaten Tegal, dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang.

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pembelajaran 2011/2012,

dengan waktu pelaksanaan selama 3 minggu yaitu pada bulan Agustus

2011.

B. Metode Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research) dengan pelaksaan kolaboratif antara pengamat

dengan peneliti sebagai pelaku tindakan. Jenis PTK nya adalah Jenis

Eksperimental karena penelitian dilakukan sebagai upaya menerapkan

berbagai teknik, metode atau strategi dalam pembelajaran secara

efektif dan efisien.

Adapun langkah penelitiannya bersifat refleksi tindakan dengan

14
pola “proses Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berulang-ulang

yang terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan,

dan (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak

dua siklus.

2. Rincian Metode Penelitian

Siklus I

a. Perencanaan

Penelitian ini dilakukan secara berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses

jalannya tindakan. Adanya kolaborator sebagai upaya untuk

mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan

amatan yang dilakukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran

rencana tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam

bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan

adalah menyiapkan perangkat pembelajaran sebagai berikut:

a. Menyiapkan Multimedia Pembelajaran statistika berbasis TIK

b. Menyusun RPP untuk sub konsep rata-rata

c. Menyusun LKS pada sub konsep rata-rata (mean)

d. Menyiapakan lembar observasi untuk monitoring aktivitas

guru dan siswa dalam proses pembelajaran

e. Membentuk kelompok-kelompok

15
f. Menyiapkan soal kuis

g. Menyiapkan seperangkat soal tes / evaluasi untuk mengukur

ketuntasan belajar sebagai bentuk gambaran penguasaan

konsep rata-rata.

b. Pelaksanaan

Hal-hal yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan

adalah implementasi dari rencana yang telah dirumuskan

sebelumnya. Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan sebagai

berikut:

Tindakan 1, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran konsep rata-

rata dengan model pembelajaran STAD yang pelaksanaanya

menggunakan multimedia pembelajaran berbasis TIK

c. Pengamatan

Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan

dan review. Keabsahan data diperiksa dengan trianggulasi, yaitu

dengan bantuan pengamat lain (Moleong, 1994). Alat dan teknik

observasi atau pemantauan diantaranya meliputi:

1. Seperangkat skenario pembelajaran pada masing-masing sub

konsep

2. Lembar kegiatan Siswa

3. Instrumen monitoring aktivitas guru dan siswa dalam proses

pembelajaran

Catatan observasi tersebut dipergunakan untuk mengetahui

penerapan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

16
dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi dilakukan untuk

mengukur ketercapaian atau ketuntasan belajar siswa.

d. Refleksi

Data hasil penelitian dianalisis bersama mitra kolaborasi sejak

penelitian dimulai, dikembangkan selama proses refleksi sampai

penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah

model alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan (Milles dan Huberman, 1989). Sedangkan hasil belajar

siswa (evaluasi) dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa.

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi yang berpijak pada

indikator keberhasilan. Hasil refleksi selanjutnya digunakan untuk

melakukan tindakan-tindakan berikutnya.

Siklus II

Pada siklus II  merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan

memperhatikan hasil observasi, dan hasil diskusi dengan Kolaborator

serta hasil refleksi, maka Peneliti bersama Kolaborator merencanakan

proses pembelajaran selanjutnya. Adapun langkah – langkah pada

siklus II adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

a. Menyusun skenario pembelajaran untuk sub konsep sebagai

berikut: median dan modus

b. Menyusun lembar kegiatan siswa pada sub konsep median

dan modus

17
c. Menyiapakan lembar observasi untuk monitoring penerapan

pengembangan nilai-nilai budaya dalam proses pembelajaran

d. Menyiapkan seperangkat soal tes / evaluasi untuk mengukur

ketuntasan belajar sebagai bentuk gambaran penguasaan

konsep rata-rata.

b. Pelaksanaan

Hal-hal yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan

adalah implementasi dari rencana yang telah dirumuskan

sebelumnya. Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan sebagai

berikut:

Tindakan 2, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran konsep

median dan modus menggunakan model pembelajaran tipe STAD

yang pelaksanaanya dibantu dengan multimedia pembelajaran.

c. Pengamatan

Sama dengan siklus I

d. Refleksi

Sama dengan siklus I. Hasil refleksi selanjutnya digunakan untuk

melakukan tindakan-tindakan berikutnya.

C.    Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu

melaksanakan penelitian dalam upaya mencari dan mengumpulkan data

penelitian dalam masalah ini hasil ulangan harian  pada pokok bahasan

18
Statistika pada kelas XI. IPA2 semester ganjil SMA Negeri 1 Kramat

tahun pelajaran 2011/2012 dan respon kondisi pembelajaran dari siswa.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini

menggunakan metode pengumpulan data, yaitu :

•    Metode Test

•    Metode Observasi

Penjelasan.

a.   Metode Test

Yang dimaksud dengan metode tes adalah suatu metode yang

digunakan untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki seseorang

dengan menggunakan soal – soal isian dengan batasan tertentu.

Metode tes yang digunakan pada ini adalah ulangan harian yang

dilakukan pada akhir siklus guna memperoleh data yang diinginkan.

b.   Metode Observasi.

Didalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut dengan

pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek

dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi adalah

pengamatan langsung melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba dan pengecap. Disini guru sebagai peneliti

melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang muncul

dalam setiap siklus. Kehadiran guru sebagai peneliti dan kolaborator

tidak diketahui obyek penelitian, karena observasi yang dilakukan

adalah observasi partisipasif dalam bentuk team teaching.

19
Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi dengan menggunakan format yang sudah disiapkan

(check list) pada lembar observasi sehingga kolaborator tinggal

memberi tanda observasi.

D.    Teknik analisa data

Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap

kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan

berarti kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan

akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian.

Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan

analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah model analisa dengan cara

membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata

pada setiap siklus. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil ulangan pada

tiap siklus.

Dari hasil ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar

siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa individu

maupun klasiklal digunakan pedoman ketuntasan siswa, sebagai berikut.

1.   Ketuntasan Perorangan.

Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila

telah mencapai taraf penguasaan minimal 70% atau dengan nilai 70.

Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 70% diberikan

remidi pada pokok bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi

siswa yang telah mencapai penguasaan 70% atau lebih dapat

melanjutkan kepokok bahasan berikutnya.

20
2.   Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar)

jika paling sedikit 85% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah

mencapai ketuntasan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Apabila sudah terdapat 85% dari jumlah siswa

keseluruhan dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar maka kelas tersebut dapat melanjutkan kegiatan pada

satuan pembelajaran berikutnya.

b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar masih kurang dari 85% maka siswa yang taraf

penguasaannya kurang dari 70% harus diberi program perbaikan

mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum dikuasai. Siswa

yang telah mencapai taraf penguasaan 70% atau lebih dapat

diberikan program pengayaan.

c. Untuk menentukan prosentase dari pencapaian

ketuntasan siswa maupun kelas adalah sebagai berikut :

sp
Prosentase ketuntasan siswa  =   x100%
st

s
Prosentase ketuntasan kelas  =   x100%
t

Keterangan :

sp = skor perolehan

st = skor total

s = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

t = jumlah siswa total dalam kelas

21
Jika dalam suatu kelas ketuntasan siswa lebih atau sama dengan

85% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan

berhasil. Tetapi jika ketuntasan siswa kurang dari 85% maka

pembelajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil dan perlu

diperhatikan mengenai metode dalam pembelajarannya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Siklus I

Dalam siklus ini, kegiatan pembelajaran konsep rata-rata

menggunakan model pembelajaran tipe STAD dengan menggunakan

multimedia pembelajaran berbasis TIK

Dalam siklus I pembelajaran diawali dengan berdo’a yang

merupakan wujud pengakuan sebagai makhluk Tuhan, dilanjutkan

dengan penjelasan tujuan pembelajaran oleh guru yang dilakukan

dengan santun dan bersahabat, kemudian guru menjelaskan materi

rata-rata dengan menggunakan multimedia pembelajaran berbasis

TIK. Setelah itu masing-masing kelompok diberi LKS untuk dikerjakan

dengan diskusi dalam kelompok. Masing-masing kelompok dituntut

untuk memahamkan anggotanya karena nantinya ada kuis individu

yang nilainya akan dirata-rata dalam kelompok dan akan menentukan

kriteria kelompok tersebut.

22
Dalam mengerjakan LKS masing-masing kelompok sudah mulai

terlihat dapat menerapkan prinsip-prinsip diskusi yang baik, seperti

menghargai pendapat temannya, santun dalam berargumentasi, saling

memberikan tanggapan dengan santun, dsb.

Dalam mengerjakan LKS juga tampak kesungguhan masing-

masing anggota kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. Meskipun

demikian ada beberapa siswa yang belum terlibat secara aktif dalam

kelompoknya, hal ini terjadi karena posisi tempat duduk yang kurang

mendukung dan jumlah LKS pada tiap-tiap kelompok yang hanya 1

set. Dalam siklus ini hampir semua kelompok dapat mengerjakan LKS

sesuai dengan waktu yang diberikan.

Siklus I dilakukan pada bulan Romadlon, yang 1 jam

pembelajarannya hanya 30 menit, sehingga pada pertemuan pertama

dengan waktu 2 jam pelajaran (2 x 30 menit) tidak sempat

memberikan kuis karena keterbatasan waktu.

Kuis baru bisa dilakukan pada pertemuan kedua dengan hasil

sebagai berikut:

Kelomok Rata-rata Kriteria


I 60
II 64
III 66
IV 58
V 68
VI 54
VII 58,3

23
Tampak pada tabel rata-rata tertinggi diraih oleh kelompok V

disusul oleh kelompok 3 dan seterusnya, pada siklus ini belum ada

kriteria kelompok karena kuis baru dilakukan sekali sehingga belum

ada skor perkembangan. Sebagai gantinya kelompok yang meraih

rata-rata tertinggi yaitu kelompok V mendapat penghargaan berupa

tepuk tangan.

Jika dilihat dari hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal tes,

terdapat 21 orang siswa atau 58% yang telah mencapai ketuntasan di

dalam belajarnya. Selebihnya sebanyak 15 siswa atau 42% belum

mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Rata-rata pencapaian nilainya

adalah 71,8.

Jika dilihat dari penerapan pendidikan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa dalam pembelajaran terlihat bahwa kemampuan guru

dalam menerapkan pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

dalam pembelajaran mencapai 80 % sedangkan penerapan pada

siswa mencapai 75 %.

2. Siklus II

Dalam proses pembelajaran siklus II, kegiatan pembelajaran

konsep median dan modus menggunakan model pembelajaran tipe

STAD yang dibantu dengan menggunakan multimedia pembelajaran

berbasis TIK

Dalam siklus II, pembelajaran diawali dengan berdo’a yang

merupakan wujud pengakuan sebagai makhluk Tuhan, dilanjutkan

dengan penjelasan tujuan pembelajaran oleh guru yang dilakukan

24
dengan santun dan bersahabat, kemudian guru menjelaskan materi

median dan modus dengan menggunakan multimedia pembelajaran

berbasis TIK. Setelah itu masing-masing kelompok diberi LKS untuk

dikerjakan dengan diskusi dalam kelompok, kali ini masing-masing

kelompok diberi 2 set LKS. Masing-masing kelompok dituntut untuk

memahamkan anggotanya karena nantinya ada kuis individu yang

nilainya akan mempengaruhi rata-rata skor perkembangan kelompok

yang akan menentukan kriteria kelompok tersebut.

Proses pengerjaan LKS pada siklus ini lebih baik dari siklus

sebelumnya, pengerjaan sudah tidak terpusat pada anak yang pandai.

Masing-masing anggota tampak terlibat secara aktif dalam

pengerjaannya, hal ini disebabkan oleh LKS yang diberikan tiap

kelompok ditambah menjadi dua set sehingga semua siswa dapat

terlibat dalam pengerjaannya.

Dalam mengerjakan LKS masing-masing kelompok sudah mulai

terbiasa bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompoknya. Prinsip-

prinsip diskusi yang baik, seperti menghargai pendapat temannya,

santun dalam berargumentasi, saling memberikan tanggapan dengan

santun, dsb. sudah mulai berkembang.

Posisi tempat duduk dalam siklus ini bentuknya melingkar

sehingga memudahkan keterlibatan semua anggota kelompok secara

aktif. Dalam mengerjakan LKS juga tampak kesungguhan masing-

masing anggota kelompok dalam menyelesaikan tugasnya, semua

siswa terlibat secara aktif dalam kelompoknya. Hampir semua

25
kelompok dapat mengerjakan LKS sesuai dengan waktu yang

diberikan.

Siklus II ini juga dilakukan pada bulan Romadlon, yang 1 jam

pembelajarannya hanya 30 menit, sehingga pada pertemuan pertama

dengan waktu 2 jam pelajaran (2 x 30 menit) tidak sempat

memberikan kuis karena keterbatasan waktu.

Kuis baru bisa dilakukan pada pertemuan kedua dengan

hasil sebagai berikut:

Rata-rata
Rata-rata
Kelomok Skor Kriteria
Nilai Kuis
Perkembangan
I 56 22 Great Team
II 100 30 Super Great Team
III 88 28 Super Great Team
IV 100 30 Super Great Team
V 72 22 Great Team
VI 96 30 Super Great Team
VII 86,67 23,33 Great Team

Tampak pada tabel rata-rata tertinggi diraih oleh kelompok II dan

IV, sedangkan rata-rata skor perkembangan yang tertinggi diraih oleh

kelompok II, IV dan VI. Sebanyak 4 tim memperoleh kriteria Super

Great Team sedangkan 3 tim memperoleh kriteria Great Team.

Kelompok yang meraih kriteria Super Great Team mendapat

penghargaan berupa tepuk tangan. Kelompok yang berhasil

memperoleh rata-rata nilai kuis dan skor perkembangan tertinggi

26
adalah kelompok II dan kelompok IV, kepada kedua kelompok tersebut

juga diberi penghargaan berupa tepuk tangan.

Proses pembelajaran dalam siklus ini berlangsung begitu dinamis,

masing-masing siswa aktif dalam mengerjakan tugas di kelompoknya.

Kelemahan yang terjadi dalam siklus I diperbaiki, pengaturan posisi

tempat duduk dalam satu kelompok yang tadinya berjajar, pada siklus

ini dibuat melingkar sehingga memungkinkan keterlibatan semua

anggotanya. LKS yang diberikan tiap kelompok yang semula hanya 1

set pada siklus ini ditambah menjadi 2 set, sehingga semua siswa

dapat terlibat dalam pengerjaannya.

Jika dilihat dari hasil prestasi belajar siswa di dalam

menyelesaikan soal tes, terdapat 25 orang siswa atau 69,4% yang

telah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Selebihnya sebanyak

11 siswa atau 30,6% belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya.

Rata-rata pencapaian nilainya adalah 74,7.

Jika dilihat dari penerapan pendidikan nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa dalam pembelajaran terlihat bahwa kemampuan guru

dalam menerapkan pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

dalam pembelajaran mencapai 92,5 % sedangkan penerapan pada

siswa mencapai 80 %.

B. Hasil Iringan

Perolehan prestasi belajar pada tiap siklus, tampak seperti pada

tabel berikut;

27
Tabel Data prestasi belajar siswa pada tiap siklus

Indikator Siklus I Siklus II


Rata-rata nilai ulangan 71,8 74,7
Prosentase ketuntasan 58 % 69,4 %
Penerapan nilai-nilai budaya dan
75 % 80 %
karakter bangsa

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar

siswa dari sebelumnya rata-ratanya 71,8 menjadi 74,7. Prosentase jumlah

siswa yang tuntas juga mengalami kenaikan dari sebelumnya 58 %

menjadi 69,4 %. Tampak pula bahwa nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa juga dapat diterapkan dengan baik dalam pembelajaran.

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menunjukkan bahwa

proses pembelajaran konsep Statistika dengan menggunakan model

pembelajaran tipe STAD yang pelaksanaannya dibantu dengan

menggunakan multimedia berbasis TIK (STADMATIK), dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui metode STADMATIK juga dapat

diterapkan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam

pembelajaran.

28
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, maka dapat

ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pengembangan pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

dapat diterapkan dalam pembelajaran konsep statistika dengan

menggunakan metode STADMATIK

2. Proses pembelajaran konsep Statistika dengan menggunakan metode

STADMATIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Penelitian Tindakan Kelas Upaya Menerapkan Pendidikan Budaya

dan Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran dan Meningkatkan Hasil

Belajar Konsep Statistika Melalui Metode STADMATIK Pada Siswa

Kelas XI.IPA2 SMA Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran 2011/2012 masih

perlu ditindaklanjuti oleh guru yang lain, demi kesempurnaan proses dan

hasil penelitian.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Pembinaan Karakter Bangsa untuk Sekolah Menengah Atas.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktotar

Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional 2007. Model-model Pembelajaran

Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam. Dirjen Dikdasmen, Direktorat

Pendidikan Luar Biasa.

Direktorat Pembinaan SMA – Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah 2011

Petunjuk Teknis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam

Pembelajaran.

Direktorat Pembinaan SMA – Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah 2011

Konsep dan Implementasi Pendikar di SMA

Direktorat jenderal Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Departemen pendidikan nasional 2008. Strategi pembelajaran dan

Pemilihannya. Direktorat tenaga kependidikan Jakarta

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang

Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC

Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran, Depdiknas; 2007.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: UPI.

Suyitno, Amin. 2003. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.

Semarang: FMIPA UNNES.

31
Biodata Peserta

Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru SMA/SMK

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

1 Nama Nur Rokhman, S.Pd.


2 NIP 197809172003121003
3 Jabatan Guru Matematika
4 Pangkat/Gol. Ruang Penata Tingkat I / IIId
5 Tempat dan tanggal lahir Tegal, 17 September 1978
6 Jenis Kelamin Laki-laki
7 Agama Islam
8 Mata Pelajaran yang Matematika

diajarkan
9 Masa Kerja Guru 8 tahun
10 Judul Penelitian Pendidikan Upaya Menerapkan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran dan

Meningkatkan Hasil Belajar Konsep

Statistika Melalui Metode STADMATIK Pada

Siswa Kelas XI.IPA 2 SMA Negeri 1 Kramat

Tahun Pelajaran 2011/2012


11 Pendidikan terakhir Sarjana Pendidikan UNNES
12 Fakultas/Jurusan FMIPA/Pendidikan Matematika
13 Status perkawinan Kawin
14 Sekolah

a. Nama SMA Negeri 1 Kramat

sekolah Jl. Garuda No.1a

b. Jalan Bongkok

c. Kelurah Kramat

an/Desa Tegal

d. Kecam Jawa Tengah

atan (0283)3335936

e. Kabupa

32
ten

f. Provinsi

g. Telepo

n
15 Rumah

a. Jalan Dukuh Gemahsari

b. Kelurah Jatimulya

an/Desa Suradadi

c. Kecam Tegal

atan Jawa Tengah

d. Kabupa 085226931728

ten

e. Provinsi

f. Telepo

n
16 Prestasi Guru Kategori Perunggu Lomba Pembuatan

Multimedia Pembelajaran Tingkat Nasional

Tahun 2008
17 Lomba Karya Ilmiah yang Kedua kali

pernah diikuti Berapa kali...

ke berapa...
Tegal, September 2011

Peserta Lomba

Nur Rokhman, S.Pd


NIP 197809172003121003

33

Anda mungkin juga menyukai