PELAYANAN DI POSYANDU
A. PENDAHULUAN
Bahwa dalam rangka mendukung dan mencapai target Mileneum Depelopment Goals
(MDGs) dimana hampir 70 % goals yang ditetapkan dalam kegiatannya adalah ditujukan
peningkatan dan percepatan Kesejahteraan Ibu dan Anak serta Pemberdayaan Perempuan, maka
untuk itu seluruh pilar kelembagaan masyarakatan yang yang bergerak dibidang kesehatan dan
pemberdayaan perempuan serta pemberdayaan masyarakat diharapkan mendapatkan perhatian
lebih luas dan serius untuk kita laksanakan. Untuk itu salah satu pilar upaya yang perlu
dikembangkan adalah kegiatan Posyandu.
B. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
VI. SASARAN
Target masing-masing sasaran di Puskesmas sesuai dengan target yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten
Posyandu di Puskesmas Pisang Baru dilaksanakan satu kali sebulan yang pelaksanaannya
oleh tim Posyandu sesuai SK Kepala UPT Puskesmas dan jadwal yang telah disusun setiap tahunnya.
a. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi akan dilakukan setiap satu bulan sekali oleh Tim Posyandu
b. Pelaporan
Pelaporan dilakukan satu bulan sekali di akhir bulan
a. Pencatatan
b. Pelaporan
c. Evaluasi
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting yang secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang sehat dan berkualitas
merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan.
Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan yang
mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi harus dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian upaya terus menerus
mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang
tepat sasaran, identifikasi yang tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan
di berbagai tingkat administrasi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, besaran masalah Gizi pada Balita di Indonesia
yaitu 19,6 % Gizi Kurang, diantaranya 5,7 % Gizi Buruk, 11, 9 % Gizi Lebih, stunting (pendek) 37,2
%.Data Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei 2003 sebesar
11,1 % dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1 %. Di Banyak negara
15-20 % dan jumlah bayi secara keseluruhan merupakan BBLR, sedangkan di Indonesia
diperkirakan 14-17 % (Depkes 2007. Bayi dengan BBLR akan berpotensi mengalami gizi buruk.
Setiap anak dengan status Gizi Buruk mempunyai resiko kehilangan IQ poin 10-13 point. Potensi
kehilangan IQ sebesar 50 poin per orang juga terdapat pada penduduk yang tinggal didaerah rawan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Masalah kurang Vitamin A juga perlu diwaspadai, 50
% Balita masih menunjukkan kadar vitamin dalam serum < 20 mcg /dl. Masalah kurang vitamin A
selain berdampak pada resiko kebutaan juga berdampak pada resiko kematian karena infeksi (Gizi
Dalam Angka 2006).
Berdasarkan dari informasi data hasil PWS Gizi, para pengelola program dan penentu
kebijakan disetiap tingkat administrasi pemerintahan khususnya di Kabupaten/Kota dapat
mengetahui besaran masalah gizi dan menentukan tindakan yang tepat untuk memecahkan
masalah tersebut di wilayahnya. Disamping itu data hasil PWS-Gizi merupakan salah satu sumber
data rutin untuk kajian epidemiologi Sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian Luar Biasa / SKD-KLB Gizi
Buruk. Indikator kegiatan gizi yang dilakukan meliputi : prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis
(Bumil KEK), prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), cakupan Asi Ekslusif, cakupan Desa dengan
Garam Beryodium baik, pemantauan pertumbuhan, cakupan tablet tambah darah ibu hamil dan
Remaja Putri, cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk Balita dan Ibu Nifas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Kegiatan Pokok
1) Pendidikan Gizi
2) Pemberdayaan Masyarakat
2. Rincian Kegiatan
1) Penyuluhan Gizi
8) Surveilens Gizi
E. SASARAN
Target masing-masing sasaran di Puskesmas sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Way Kanan.
BULAN
No. KEGIATAN Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyuluhan Gizi Materi : 10
√ Pedoman Gizi
Seimbang
2 Pemeriksaan
√
Garam Beryodium
3 Pengelolaan Sesuai Jadwal
Pemantauan Posyandu
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pertumbuhan di
Posyandu
4 Pengelolaan Bulan Vitamin A
Pemberian Kapsul atau susulan
Vitamin A (Balita & √ √ √ √ (Balita). Pada
Bufas) persalinan Nakes
(Bufas)
5 Pengelolaan Tergantung alokasi
Pemberian MP-ASI - - - - - - - - - - - - anggaran
dan PMT-Bumil KEK
6 Pengelolaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 1 tablet/hari sejak
Pemberian Tablet awal kehamilan
Tambah Darah dilanjutkan sampai
(TTD) untuk ibu masa nifas
Hamil dan ibu nifas
7 Edukasi dalam Pemberian 1
rangka Pencegahan tablet/hari selama
√
Anemia pada haid dan 1
Remaja Putri tablet/minggu
8 Surveilens Gizi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
c. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi akan dilakukan setiap satu bulan sekali atau setelah selesai pelaksanaan kegiatan
dan akhir tahun.
d. Pelaporan
Pelaporan dilakukan satu bulan sekali di akhir bulan / setelah pelaksanaan kegiatan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Permenkes No. 741/Menkes/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
3) Permenkes RI No. 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
b. Gambaran Umum
RPJMN 2015-2019 mencantumkan sasaran strategis pembangunankesehatan untuk
menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 18,4 % menjadi dibawah 15 % dan
menurunkan prevalensi balita pendek dari 37% menjadi dibawah 32 %.
Untuk mencapai tujuan tersebut Direktorat Bina Gizi memfokuskan pada upaya
memperbaiki asuapan zat gizi makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penerapan gizi seimbang, pemberdayaan masyarakat melaui pengembangan
intervensi gizi berbasis masyarakat.
Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami pertumbuhan yang pesat,
sehingga memerlukan asupan gizi yang seimbang. Selama ini, yang diperhatikan hanyalah
asupan zat gizi makro dan tidak memperhatikan zat gizi mikro. Padahal kenyataannya banyak
anak pada masa remaja mengalami anemia, yaitu kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi.
Bila keadaan ini terus berlanjut , akan membuat remaja mengalami masalah yang berakibat
penurunan produktivitas remaja. Produktivitas remaja yang terus menurun ini akan
menyebabkan kualitas SDM yang ada ikut menurun .Secara umum, juga akan mempengaruhi
kualitas penerus bangsa ini.
Oleh karena itu, pada tahun 2016 ini salah satu kegiatan program perbaikan dan
peningkatan gizi masyarakat slah satunya adalah Penyuluhan dan Pemberian Tablet Tambah
Darah pada Remaja Putri di Kecamatan Bumi Agung.
2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini dimaksud untuk
1) Remaja Putri mampu mengetahui pentingnya zat gizi Fe bagi kehidupannya
2) Remaja Putri dapat menerapkan apa yang ia ketahui dari penyuluhan, sehingga angka
penderita anemia menurun
b. Tujuan Kegiatan
1) Menurunkan angka kejadian anemia pada remaja putri di Kecamatan Bumi Agung
2) Menurunkan angka kejadian kematian bayi dan ibu di Kecamatan Bumi Agung
3) Menurunkan angka kejadian BBLR di Kecamatan Bumi Agung
3. Pelaksanaan Kegiatan
a. Uraian Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada remaja putri yang sudah mengalami menstruasi di
SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat dan diberikan tablet tambah darah berjumlah 13 tablet
yaitu 1 tablet/hari selama haid dan 3 tablet/minggu.
b. Batasan Kegiatan
Evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab program dan pelaporan dilakukan dengan menulis
laporan kegiatan dalam bentuk dokumen laporan.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
1. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beryodium
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah
b. Gambaran Umum
Masalah kekurangan Yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium
merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan (GAKY) merupakan masalah yang serius mengingat
dampaknya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencakup 3 aspek yaitu aspek perkembangan
kecerdasan, aspek perkembangan sosial dan aspek perkembangan ekonomi.
Hasil Riskesdas tahun 2013, secara keseluruhan ( perkotaan dan pedesaan) rumah
tangga yang mengkonsumsi garam mengandung cukup yodium mencapai 77,1 %, yang
mengkonsumsi garam kurang mengandung Yodium sebesar 14,8 % dan yang tidak
mengandung yodium sebesar 8,1 %.
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Kesehatan. Kementrian Kesehatan
telah menetapkan RENSTRA Kementrian Kesehatan 2015-2019, yang memuat indikator
keluaran yang harus dicapai yaitu 90 % rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium
dengan kandungan yodium cukup. Oleh karena itu program penanggulangan GAKY
difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium.
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Uraian Kegiatan
b. Batasan Kegiatan
1) Penetesan garam dengan iodina test dan menanyakan merk garam yang digunakan
dan tempat pembelian garam.
2) Mencatat hasil pemeriksaan garam
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
4. INDIKATOR KELUARAN
Kegiatan dilaksanakan pada bulan April 2016 di wilayah kerja UPT Puskesmas Pisang
Baru.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KONSELING GIZI
A. PENDAHULUAN
Status gizi merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang menjadi tujuan utama
pembangunan Indonesia. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri
sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya masalah gizi diantaranya adalah
ketersediaan pangan dalam rumah tangga, asuhan gizi keluarga, pengetahuan terkait
gizi, serta pemanfaatan keluarga terhadap pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
(Depkes RI, 2008).
B. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat
ke3sehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi di
dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu karena kodisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan semisal Puskesmas.
Masalah gizi dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi proses penyembuhan.Kecenderungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait gizi pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, anak,
remaja, hingga lansia, memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu
dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, kuratif
dan promotif yang dilakukan secara terpadu , terarah dan terus menerus.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan konseling gizi pada pasien dan keluarganya
b. Membimbing dan mengarahkan pasien dalam memahami masalah gizi yang
dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya
c. Memanfaatkan konseling gizi secara optimal oleh semua pasien yang datang ke
Puskesmas maupun dirawat di Puskesmas
d. Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan
status gizi dengan cara anamnesis diet
e. Memantau perkembangan balita yang mempunyai masalah gizi kurang
F. SASARAN
1. Penderita penyakit/pasien/keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan
yang datang ke Puskesmas
2. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan yang datang ke
Puskesmas
G. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan konseling gizi dilakukan setiap hari di hari efektif kerja, baik rawat
jalan maupun rawat inap.
A. LATAR BELAKANG
Kurang Energi Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13 %
berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9 % berstatus gizi buruk.
Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50 % kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh
karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan
menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang
ditemukan.Penanganan anak gizi buruk merupakan kegiatan yang terintegrasi melibatkan
peran lintas sektor terkait, LSM, organisasi profesi dan tokoh masyarakat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak gizi buruk
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukannya penapisan anak gizi buruk
b. Terselenggaranya kegiatan perawatan anak gizi buruk sesuai standar
c. Tercapainya peningkatan status gizi anak
d. Dilakukan pendampingan anak gizi buruk pasca rawat inap dan rawat jalan
e. Dilakukannya pemantauan dan evaluasi pelayanan anak gizi buruk
C. SASARAN
1. Anak gizi buruk
2. Keluarga anak gizi buruk
D. WAKTU DAN FREKUENSI PELAKSANAAN
Pelaksanaan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan anak berstatus gizi
kurang (-2 SD sampai -3 SD). Pelayanan gizi buruk dilakukan dengan frekuensi sebagai
berikut :
3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap minggu
Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap 2 minggu.
A. LATAR BELAKANG
Anak sekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat. Hal ini
menjadi penting karena, Pertama, anak sekolah merupakan generasi penerus tumpuan
bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya. Kedua, anak sekolah sedang
mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat diperlukan guna menunjang
kehidupannya di masa datang. Ketiga, guna mendukung keadaan tersebut di atas anak anak
sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status
gizi yang baik dan Keempat, anak sekolah dapat dijadikan perantara dalam penyuluhan gizi
pada keluarga dan masyarakat sekitar.
Peningkatan upaya penyuluhan gizi menjadi penting karena upaya ini akan berdampak
jangka panjang dan selama ini diketahui bahwa pengetahuan gizi pada anak sekolah hanya
diperoleh melalui mata pelajaran tertentu di sekolah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan perilaku gizi yang baik pada anak sekolah melalui penyuluhan gizi
2. Tujuan Khusus
- Terciptanya sikap positif tehadap gizi
- Terbentuknya pengetahuan & kecakapan memilih dan menggunakan sumber-
sumber pangan
- Timbulnya kebiasaan makan yang baik
- Adanya motivasi mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berhubungan
dengan gizi
E. SASARAN
Anak kelas III , IV dan Guru SD/MI
A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
- Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Ekslusif
- Pemenkes Nomor 15 tahun 2014 tentang Sanksi Bagi Penghambat Keberhasilan
Program Pemberian Asi Ekslusif
- Peraturan Daerah Nomor 17 tahun 2014 tentang Pemberian ASI Ekslusif
b. Gambaran Umum
Pola pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur
2 (dua) tahun meliputi : (a) memberikan ASI kepada Bayi segera dalam waktu 1
(satu) jam setelah lahir; (b) memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai 6
(enam) bulan. Menyusui menurunkan infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi
telinga, haemophilus, influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. Menyusui
juga melindungi bayi dari penyakit kronis masa depan seperti diabetes tipe 1.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu/keluarga sehingga bayi baru
lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan menruskan ASI Ekslusif
sampai bayi berusia 6 bulan
2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kecamatan Bumi Agung
- Menurunkan angka kematian bayi yang disebabkan penyakit infeksi
- Meningkat status gizi bayi dan anak
C. KEGIATAN POKOK
Kegiatan dilakukan di Posyandu , terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan
kelas Balita dan kelas ibu.
D. SASARAN
Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang mempunyai anak 0-
24 bulan