1. Pendahuluan
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan
gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada
dibawah standar yang diterapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)
pada tahun 2022 kejadian stunting di Indonesia menurun sebesar 2.8% dari yang semula
berada pada angka 24.4% pada tahun 2021 menjadi 21.6% pada tahun 2022. Pemerintah
telah merencanakan penurunan kejadian stunting yang tertuang pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2020-2024 untuk
menurunkan prevalensi stunting pada tahun 2024 menjadi 14%.
2. Latar Belakang
Percepatan penurunan stunting adalah setiap upaya yang mencakup intervensi spesifik
dan intervensi sensitif yang dilaksanakan secara konvergen, holistik, integratif, dan
berkualitas melalui kerja sama multisektor di pusat, daerah dan desa. Intervensi spesifik
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya
stunting. Intervensi sensitif adalah kegiatan yang diaksanakan untuk mengatasi penyebab
tidak langsung terjadinya stunting. Pelaksanaan percepatan penurunan stunting ditujukan
pada kelompok sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia
0 (nol) – 59 (lima puluh sembilan) bulan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mendorong 11 intervensi untuk mempercepat penurunan stunting. Adapun 11 intervensi
tersebut antara lain :
1. Skrining anemia remaja putri
2. Konsumsi tablet tambah darah (TTD) remaja putri
3. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
4. Konsumsi TTD ibu hamil
5. Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronis (KEK)
6. Pematauan pertumbuhan balita
7. Pemberian ASI ekslusif
8. Pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta
9. Tatalaksana rujukan balita stunting
10. Peningkatan cakupan & perluasan imunisasi
11. Edukasi rematri, bumil, keluarga balita
Prevalensi balita stunted (tinggi badan menurut umur) provinsi Banten berdasarkan
hasil SSGI 2022 sebesar 20.0% dan kabupaten Pandeglang menempati urutan pertama
dengan prevalensi stunted terbanyak di provinsi Banten dengan angka 29.4%. upaya
percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan
intervensi sensitif dilakukan secara konvergen. Konvergensi penyampaian layanan
membutuhkan keterpaduan proses perencanaan, pengaggaran dan pemantauan program /
kegiatan pemerintah secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan
intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif.
2 Konsumsi tablet tambah Remaja puti berusia 12-18 tahun yang bersekolah di
darah (TTD) remaja putri SMP/SMA atau sederajat mengonsumsi tablet tambah
darah seminggu sekali
4 Konsumsi TTD ibu hamil Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah minimal 90
tablet selama masa kehamilan
5. Sasaran
Sasaran intervensi
1. Remaja putri
2. Calon pengantin
3. Ibu hamil
4. Ibu menyusui
5. Anak berusia 0 (nol) – 59 (lima puluh sembilan) bulan
7. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Jadwal
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Skrining anemia remaja putri √ √
2 Konsumsi tablet tambah darah (TTD) remaja putri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Pemeriksaan kehamilan (ANC) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Konsumsi TTD ibu hamil √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
energi kronis (KEK)
6 Pemantauan pertumbuhan balita √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Pemberian ASI ekslusif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Pemberian makanan tambahan protein hewani bagi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
baduta
9 Tatalaksana rujukan balita stunting √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Peningkatan cakupan & perluasan imunisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 Edukasi rematri, bumil, keluarga balita √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √