Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI

PUSKESMASLABAKKANG
TAHUN 2020

A. PENDAHULUAN
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang
berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu sub-
sistem dalam pelayanan kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien.
Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku.
Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di fasilitas pelayanan kesehatan, maka
perlu upaya pendekatan yang lebih strategis.
Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan
peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecenderungan
peningkatran kasus yang terkait gizi baik, pada individu maupun kelompok. Hal ini
memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal
dan untuk mempercepat penyembuhan.
Asupan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara
sistematis, menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses
asuhan gizi, menggunakan terminologi yang seragam untuk mendokumentasikan dan
berkomunikasi di setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang mutakhir,
sehingga tercapai asuhan gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas menunjukkan besarnya
kemungkinan tingkat keberhasilan asuhan gizi dapat tercapai. Ukuran kualitas tergambar
dari evaluasi keberhasilan asuhan gizi dan kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT
dalam setiap pasien yang mempunyai masalah gizi.

B. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang pelayanan kesehatan
yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien yang diutamakan.
Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga
dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui pelayanan gizi yang berfokus
pada keselamatan pasien, yang disebut dengan pelayanan gizi berbasis patient safety
dan sejalan dengan standar akreditasi.
Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini ditandai
dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu sebesar 28 % (Susenas,
2005). Dibanyak negara 15-20% dari jumlah bayi secara keseluruhan merupakan BBLR,
sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 14-17% (Depkes, 2007).Bayi dengan BBLR
akan berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi buruk mempunyai
resiko kehilangan IQ point 10-13 point. Potensi kehilangan IQ sebesar 50 point per orang
juga terdapat pada penduduk yang tinggal di daerah rawan gangguan akibat kurang
yodium (GAKY).
Berdasarkan Survey Nasional tahun 2003 angka TGR (Total Goiter Rate) pada
anak sekolah dasar sebesar 11,1 %, dan persentase konsumsi garam dengan
kandungan yodium cukup ditingkat rumah tangga hanya sebesar 72.81%. Masalah
kurang Vitamin A juga perlu diwaspadai, 50 % balita masih menunjukan kadar vitamin
dalam serum <20 mcg/dl. Masalah kurang vitamin A selain berdampak pada resiko
kebutaan juga berdampak pada resiko kematian karena infeksi ( Gizi Dalam
Angka,2006).
Beberapa dekade hingga saat ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi melalui
intervensi yang mencakup penyuluhan gizi di posyandu, pemantauan pertumbuhan,
pemberian suplemen gizi (melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dan tablet
besi), fortifikasi garam beryodium, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI,
pemantauan dan penanganan gizi buruk.Intervensi terhadap masalah gizi dapat
dilakukan dengan tepat oleh para pengelola/pelaksana program, bila tersedia
data/informasi yang akurat dan berkesinambungan. Data tersebut dipantau secara terus
menerus melalui Instrumen Pemantauan Wilayah Setempat-Gizi (PWS-Gizi).
Berdasarkan dari informasi data hasil PWS-Gizi, para pengelola program dan
penentu kebijakan di setiap tingkat administrasi pemerintahan khususnya di
Kabupaten/Kota dapat mengetahui besaran masalah gizi dan menentukan tindakan yang
tepat untuk memecahkan masalah tersebut di wilayahnya.Disamping itu data hasil PWS-
Gizi merupakan salah satu sumber data rutin untuk kajian epidemiologi SKD-KLB Gizi
Buruk. Indikator kegiatan gizi yang dilakukan meliputi: prevalensi ibu hamil Kurang Energi
Kronis (Bumil KEK), prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR), cakupan Asi Ekslusif,
cakupan desa dengan garam beryodium baik, pemantauan pertumbuhan, cakupan tablet
tambah darah ibu hamil, cakupan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk balita dan ibu nifas.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya pelayanan gizi melalui Standarisasi Operasional Prosedur sehingga
dapat mencegah dan menanggulangi masalah gizi.
2. Tujuan Khusus
1) Menurunkan prevalensi Balita underweight
2) Menurunkan prevalensi Balita stunting
3) Menurunkan prevalensi Balita wasting
4) Menurunkan prevalensi Bumil KEK
5) Menurunkan prevalensi Bayi BBLR
6) Meningkatkan cakupan bayi kurang dari 6 bulan mendapat Asi Ekslusif
7) Meningkatkan cakupan bayi 6 bulan mendapat Asi Ekslusif
8) Meningkatkan cakupan Bumil mendapatkan TTD 90 tablet
9) Meningkatkan cakupan Bumil KEK mendapat makanan tambahan
10) Meningkatkan cakupan Balita kurus mendapat makanan tambahan
11) Meningkatkan cakupan TTD Rematri
12) Meningkatkan cakupan bayi baru lahir mendapatkan IMD
13) Meningkatkan cakupan balita yang ditimbang berat badannya
14) Meningkatkan cakupan balita yang memiliki KMS
15) Meningkatkan cakupan balita yang ditimbang yang naik berat badannya
16) Menurunkan prevalensi balita 2T
17) Meningkatkan cakupan balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A
18) Meningkatkan cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
19) Meningkatkan cakupan rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium
20) Meningkatkan cakupan perawatan kasus balita gizi buruk

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Kegiatan Pokok
a. Pendidikan gizi
b. Pemberdayaan Masyarakat
c. Peningkatan Gizi Masyarakat
2. Rincian Kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gizi diantaranya :
a. Penyuluhan gizi
b. Pemantauan status gizi bayi dan balita secara berkala melalui posyandu
c. Pemeriksaan garam yodium dimasyarakat
d. Pelacakan bayi dan balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang
e. Pemantauan balita stunting
f. Pemantauan pemberian ASI Ekslusif
g. Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita dan ibu nifas
h. Pendistribusian PMT penyuluhan di posyandu
i. Pendistribusian PMT pemulihan
j. Pemberian makanan tambahan untuk balita dan bumil
k. Penjaringan Bumil KEK
l. Pembinaan bumil KEK
m. Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri tingkat SLTP/SLTA sederajat

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN SASARAN


Kegiatan Gizi dilaksanakan di wilayah kerja PuskesmasLabakkang.
Pelaksanaannya dilakukan di wilayah posyandu, sekolah SD/MI.Metode yang
dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab.Melaksanakan penimbangan BB dan
pengukuran TB. Pendistribusian vitamin.
F. SASARAN
1. Anak Bayi/Balita
2. Ibu Hamil/ibu bersalin
3. Ibu menyusu
4. Anak SD/MI
5. Remaja

G. JADWAL KEGIATAN
2020
cc Kegiatan Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
n b r r i n l s p t v s
Sweeping Pemberian
1 X X
Vit A
Pemantauan
pertumbuhan dan
2 perkembangan X X X X X X X X X X X
Bayi/Balita di
Posyandu
Validasi Lonceng
3 X X X X X X X X X X X X
e.ppgbm
4 PMT Pemulihan X X X
5 PMT Penyuluhan X X
6 Kelas Gizi Balita X
Pemantauan Balita
7 X X X X
Stunting
Pelaksanaan Inovasi
8 X X X X
SEDAP
Pemberian vitamin A
9 X X X X X X X X X X X X
bufas
Pemberian Tablet Fe
10 X X X X X X X X X X X X
ibu hamil
Pemberian Tablet Fe
11 X X X X X X X X X X X X
Remaja Putri

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam program gizi di Puskesmas Labakkang
dilakukan
1. Setiap bulan dan dilaksanakan pada saat pertemuan
2. Setiap tiga bulan (triwulan)
3. Setiap tahun dan dilaksanakan di Dinas Kesehatan Pangkajene dan Kepulauan. Dan
dilakukan oleh Kasi Gizi dan Kepala Bidang Kesehatan Keluarga serta Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan
Sistem pencatatan dilakukan secara langsung apabila ada pasien atau
setelah kegiatan yang dilaksanakan oleh pengelola di unit pelayanan perorangan,
masyarakat dan jaringan pelayanan.
Adapun jenis format pencatatan yang harsu dilengkapi yaitu:
a. Pencatatan di buku kunjungan posyandu dan buku pendukung lainnya atau Sistem
Informasi Posyandu
b. Entry data pada aplikasi Sistem Informasi Gizi Terpadu (Sigizi Terpadu)
c. Laporan PWS Gizi 20 indikator
d. Laporan LB3 Gizi
2. Pelaporan
Laporan dibuat untuk diteruskan di tingkat Puskesmas dan dilanjutkan ke
tingkat Kabupaten (Seksi Gizi).

Labakkang, 1Januari 2020

Penanggungjawab UKM PelaksanaGizi

Siswati, SKM Siswati, SKM


NIP. 19761210 200003 2 005 NIP. 19761210 200003 2 005

Mengetahui
Kepala Puskesmas

Hj. Andi Darmawati, SKM, M.Kes


NIP. 19770204 200312 2 008

Anda mungkin juga menyukai