Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENELITIAN:
ARTI, KEGUNAAN,
DAN JENIS

Pada tahun 1909, Henry Ford menyatakan: ”Saya akan

mendemokratisasikan mobil. Setelah saya selesai, setiap orang akan mampu

membeli mobil dan hampir setiap orang akan punya mobil”. Apa alasan ‘bos’

Ford Motor Company itu membuat pernyataan tersebut? Sederhana saja,

karena harga mobil saat itu sangat mahal, sehingga mobil merupakan sebuah

kemewahan. Dia ingin merubah kondisi tersebut, sehingga mobil bukan lagi

sebuah kemewahan melainkan sebuah kebutuhan.

Sanggupkah Ford merealisasikan kata-katanya itu? Mobil Model T

merupakan jawaban Ford untuk kata-katanya. Ford berhasil membuat sistem

perakitan sehingga mobil Model T dapat diproduksi dengan biaya yang lebih

murah. Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah Ford dapat membuat sistem

perakitan yang sangat efisien di zamannya tersebut? Apa yang didapatkan tidak

serta-merta dicapai dengan cepat dan mudah, tetapi membutuhkan waktu yang
relatif panjang. Setiap tahun, perusahaan terus-menerus menunjukkan

kemajuan dalam mewujudkan tujuannya, sehingga harga mobil yang

diproduksinya dapat terus-menerus ditekan.

Perubahan dari satu tahapan ke tahapan lain yang membawa arah

perubahan tentunya tidak didapat begitu saja. Akan tetapi, merupakan kerja

keras para ahli di Ford Motor Company untuk terus menerus melakukan

perbaikan. Bagaimana perbaikan tersebut dapat dilakukan? Jawabannya tentu

tidak dapat dilepaskan dari sebuah aktifitas yang dikenal dengan nama:

Penelitian.

Kisah diatas hanyalah setetes saja lautan penelitian yang telah berhasil

mengubah kehidupan diatas bumi ini. Kita tentu mengenal para peneliti besar

dan sukses, seperti: Alexandre Bell yang pada akhir penelitiannya menemukan

telepon, Thomas Alfa Edison yang berhasil membuat dunia terang-berderang

dengan menemukan bola lampu pijar, atau terjadinya revolusi komputer akibat

penelitian mikroprosesor yang dilakukan Gordon Moore dan Robert Noyce, serta

William gates dengan Perangkat lunak ‘Windows’-nya.

Penelitian terbukti telah memberi pengaruh yang begitu besar terhadap

berbagai segi kehidupan manusia. Tetapi, apakah kita mengetahui arti daripada

penelitian itu sendiri?

1.1 Arti Penelitian

Tidak sedikit orang, ketika mendengar kata “penelitian”, yang terlintas

dipikirannya adalah sesuatu yang memberi hasil ‘besar’, atau hanya sebatas
laboratorium, bejana kaca, dan buku-buku yang bertumpuk. Pemikiran

demikian tentunya sangat dangkal dan hanya komponen daripada penelitian itu

sendiri. Bagaimana dengan seorang ibu muda yang baru belajar memasak, yang

secara bertahap memperbaiki cita-rasa masakannya dengan terus-menerus

merubah komposisi bumbu bila hasil masakannya dirasakan belum memuaskan,

hingga didapatnya komposisi yang paling tepat? Apakah ibu muda tidak pantas

dikategorikan telah melakukan penelitian?

Secara sederhana penelitian dapat didefinisikan bahwa penelitian adalah

proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi

dan analisis dari berbagai faktor. Berdasarkan definisi diatas terlihat bahwa

penelitian muncul diakibatkan adanya permasalahan, dan adanya keinginan

untuk mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut.

Kesuksesan Ford yang berhasil memproduksi mobil murah, tidak lepas

dari kemampuannya dalam melihat permasalahan yang ada, yaitu: harga mobil

yang tinggi. Apakah permasalahan ini tidak diketahui oleh perusahaan mobil

lainnya yang telah ada saat itu, seperti: Mercedes dan Chevrolet? Mungkin saja

para pesaing Ford saat itu menganggap bahwa harga mobil yang tinggi bukan

masalah. Bila hal itu yang terjadi, maka terlihat disinilah keunggulan Ford,

yaitu: kemampuannya untuk mengamati situasi.

Atau mungkin saja, sesungguhnya para pesaing Ford menganggap mobil

dengan harga tinggi sebagai suatu permasalahan, tetapi tidak mempunyai

keinginan untuk mencari solusinya. Kondisi seperti inipun tidak akan bisa

menimbulkan adanya suatu penelitian.


Selain itu, sangat mungkin bahwa para pesaing Ford sebenarnya

mengetahui permasalahan dan mempunyai pula keinginan mencari solusi,

sehingga melakukan berbagai penelitian, tetapi tidak berhasil. Bila hal itu

terjadi, maka timbul sebuah pertanyaan: “Kenapakah mereka tidak berhasil?”

Suatu permasalahan, dimungkinkan untuk teridentifikasi oleh manusia

secara meluas, dan keinginan mencari solusi dapat dibuktikan dengan adanya

penelitian-penelitian. Akan tetapi, seberapa besar pemahaman seseorang

tentang masalah, dan seberapa besar keinginannya untuk mencari solusi yang

terbaik, tentunya akan sangat berbeda-beda, sehingga hasil yang dicapai atas

penelitian juga akan mempunyai kualitas yang berbeda.

Pemahaman terhadap masalah dan didapatkannya solusi terbaik

tentunya tidak terlepas daripada kemampuan peneliti itu sendiri dalam

melakukan pengamatan. Dalam definisi tentang penelitian disebutkan unsur

studi dan analisis. Unsur ini tentunya sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan

yang dimiliki peneliti tentang topik penelitiannya. Seorang Alexandre

Flemming, sang penemu penisilin, tentunya akan terbata-bata untuk

menganalisis pergerakan harga saham, atau Albert Einstein akan kebingungan

jika harus meneliti tentang fenomena pekerja anak.

Akan tetapi, sangatlah ironis, jika mahasiswa Pascasarjana jurusan

manajemen keuangan yang meneliti saham, ‘tutup mata’ ketika model statistik

yang didapatnya memberi hasil bahwa harga saham Kimia Farma jauh lebih

tinggi dibanding harga saham Indosat pada tahun 2004, sebab khususnya para

pelaku pasar atau pengamat pasar modal, mengetahui dengan pasti bahwa
harga saham Kimia Farma tidak pernah melebihi harga saham Indosat. Hal ini

menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak benar-benar paham tentang

penelitian yang tengah dilakukannya.

Atau seorang mahasiswa ekonomi yang membuat kesimpulan atas

penelitiannya: “……agar inflasi tidak terus-menerus terjadi, maka langkah yang

harus dilakukan adalah menjaga stabilitas harga, terutama bahan makanan

pokok”. Kesimpulan demikian ini tentunya dapat diambil tanpa harus

melakukan penelitian. Ini pun dimungkinkan terjadi akibat kurangnya

pemahaman atau rendahnya pengetahuan yang dimiliki peneliti.

PENELITIAN DI KALANGAN MAHASISWA

Pengalaman sebagai dosen pembimbing untuk skripsi dan tesis menunjukkan

bahwa kesadaran akan arti pentingnya pendidikan bagi mahasiswa di Indonesia masih

relatif rendah. Tidak sedikit diantaranya memandang penulisan karya ilmiah hanya

sebagai tugas yang sangat melelahkan, atau sebatas syarat agar lulus, bukannya sebagai

ruang untuk mengekspresikan pengetahuan yang telah dipelajarinya di kelas, baik untuk

mengaplikasikan teori maupun untuk menguji teori yang telah dipelajari.

Oleh karena itu, keinginan untuk menemukan permasalahan yang spesifik, dan

solusi yang terbaik, menjadi relatif rendah. Akibatnya, karya ilmiah yang dihasilkan

menjadi hambar. Kenapa mereka tetap lulus? Sebab yang dikerjakannya tidak

mengandung kesalahan, sekalipun kualitasnya rendah.


1.2 Penelitian dan Pengambilan Keputusan

Setelah mengalami resesi sejak tahun 1903, pada tahun 1907 sistem

keuangan Amerika menghadapi kehancuran. Bank-bank New York menghadapi

‘rush’ dari nasabah yang ingin mengambil simpanannya, sehingga kredit secara

tiba-tiba menjadi langka. Bursa Efek New York juga mengalami kesulitan

keuangan dalam menjalankan kegiatannya. Sementara itu, pemerintah tidak

mengetahui cara untuk menghentikan kondisi ini.

John Pierpont Morgan melihat masalah ini dengan kemampuannya yang

tinggi. Dia pun mengumpulkan sekelompok bankir terkemuka dan membentuk

komite, yang pada akhirnya didukung berbagai lembaga dan pemerintah.

Komite ini berhasil membujuk para pengusaha besar dan konglomerat untuk

mengucurkan dana yang akan dipergunakan untuk menyelamatkan pengusaha

lain yang kesulitan. Tindakan inilah yang merupakan awal terbentuknya Sistem

Cadangan Federal.

Ketika J.P Morgan mengambil keputusan untuk mengumpulkan para

bankir, apakah melalui suatu penelitian? Keputusan J.P Morgan seolah-olah

memang diambil secara instant, tanpa melakukan proses penelitian

sebagaimana lazimnya. Sesungguhnya tidaklah demikian. Mungkin kita perlu

pertanyakan, mengapakah J.P Morgan justru mengumpulkan bankir, bukannya

secara langsung mengumpulkan pengusaha-pengusaha besar atau konglomerat,

yang pada akhirnya memberi kucuran dana?


Tidak adanya Bank Sentral saat itu di Amerika mengakibatkan tidak

adanya pengaturan terhadap persediaan uang, dan pengawasan terhadap

praktek perbankan. Dengan demikian, rangkaian pengamanan terhadap pasar

uang juga tidak ada. Pengetahuan J.P Morgan terhadap permasalahan tersebut,

dan didukung oleh studi dan analisis yang telah biasa dilakukannya terutama di

bidang keuangan, maka dia sampai pada kesimpulan perlunya ketersediaan

dana cadangan. Untuk mendapatkan dana tersebut, tentunya harus dicari

sumber-sumber dana, terutama para pengusaha besar dan konglomerat. Dalam

melakukan aktifitas produksi, para pengusaha besar dan konglomerat tentunya

tidak akan terlepas dari hubungannya dengan bank. Para bankir terkemuka

tentunya punya wibawa besar dihadapan pengusaha besar dan konglomerat,

sehingga akan memudahkan mengumpulkan dana. Cara tersebut ternyata

sangat efektif, sebab beberapa kali komite mampu mengumpulkan dana dengan

jumlah besar dalam waktu singkat. Darimanakah J.P Morgan mengetahui bahwa

bankir terkemuka mempunyai wibawa besar dihadapan pengusaha besar dan

para konglomerat?

J.P Morgan memang tidak melakukan penelitian secara langsung ketika

mengambil keputusan. Akan tetapi, keputusan ini didapat berdasarkan analisis

dari studi yang mungkin pernah dilakukannya pada waktu sebelumnya, dan atau

analisis terhadap pengalamannya sebagai pengusaha. Bahkan sangat mungkin,

keputusan yang diambil Morgan juga berasal dari penelitian yang dilakukan oleh

pihak lain. Hal terakhir inilah yang banyak dilakukan oleh pemimpin, baik di

perusahaan atau pemerintahan.


Direktur atau Manajer suatu perusahaan tentunya tidak akan mempunyai

cukup waktu untuk melakukan penelitian sendiri. Oleh karena itu, dalam

mengambil suatu keputusan akan lebih tergantung pada penelitian yang

dilakukan pihak lain, baik yang berasal dari divisi penelitian dalam perusahaan

itu sendiri atau pendapat para pakar yang tidak berhubungan dengan

perusahaannya.

Permasalahannya, kenapa keputusan yang diambil pimpinan perusahaan

yang dilandasi penelitian tidak selalu benar? Dalam menjawab pertanyaan ini,

ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Sudah benar dan tepatkah perumusan permasalahan yang dihadapi?

Sejak lama banyak masyarakat Indonesia menilai bahwa jamu

diidentikkan sebagai obat tradisional untuk kelas bawah, sehingga pasar

jamu mempunyai segmen yang sempit. Setelah lama pula kondisi

tersebut dibiarkan oleh berbagai produsen jamu, muncullah Irwan

Hidayat memimpin Sido Muncul, yang melihat keterbatasan pasar

merupakan masalah. “Bagaimana agar jamu dapat diterima oleh

kalangan atas?”, itulah permasalahan yang harus dijawab.

2. Apakah benar-benar mengenal faktor-faktor relevan yang dibutuhkan

untuk dipelajari atau diteliti?

“Mengapakah jamu tidak dapat menjangkau masyarakat kelas atas?”

Secara teoritis dapat dijawab bahwa kondisi tersebut diakibatkan adanya

‘gab’ antara keinginan konsumen, dan produk. Faktor-faktor penyebab

‘gab’ ini ternyata dapat diidentifikasi, seperti: Rasa, bau, dan


kenyamanan jamu di mulut, kemasan, bahan-bahan jamu, cara

pembuatan, tingkat higienis, sampai dengan cara berpromosi. Berbagai

faktor itulah yang diteliti, dan akhirnya sekarang Sido Muncul telah

berhasil masuk kedalam pasar modern.

3. Apakah mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, dan bagaimana

melakukannya?

Untuk kasus Sido Muncul diatas, tentunya informasi mengenai citra

produk akan berasal dari konsumen. Oleh karena itu, informasi yang

dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif yang didapat dari

hasil wawancara dengan konsumen. Sedangkan bagaimana mengubah

produksi menjadi berkelas, tentunya penelitian harus dilakukan di dalam

laboratorium.

Secara tekhnis pelaksanaannya memang tidak mudah, tetapi bagi

seorang pemimpin detil tekhnis tidak dibutuhkan dalam mengambil

keputusan. Oleh karena itu, bila seorang pemimpin telah mengetahui

pasti faktor-faktor yang relevan, tentunya tahapan ini tidak begitu sulit

untuk dihadapi.

4. Apakah mengetahui bagaimana menggunakan informasi untuk dapat

dijadikan kesimpulan? Berdasarkan informasi yang didapat, maka dapat

disimpulkan bahwa jamu hanya bisa menjangkau masyarakat modern jika

jamunya juga modern. Karakteristik masyarakat modern inilah yang

harus dimasukkan kedalam jamu, seperti: masyarakat modern ‘tidak

mau repot’ dan menginginkan produk yang cepat saji, masyarakat


modern tidak mempermasalahkan harga asal sesuai dengan kualitas

produk, masyarakat modern membutuhkan produk dengan citra dan

standar tinggi, dan sebagainya.

5. Apakah mengetahui cara mengimplementasikan hasil penelitian sebagai

solusi dari permasalahan?

Hasil penelitian dalam kasus Sido Muncul diatas ternyata mampu

diimplementasikan dengan sangat cerdas. Tolak angin dibuat dalam

bentuk cair, sehingga dapat dikonsumsi secara instant; Citarasa yang

pahit berhasil dirubah menjadi rasa mint dan madu, dengan aroma yang

enak dan nyaman dimulut; Produk Sido Muncul juga menerapkan standar

yang lebih tinggi, yaitu: CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik),

bukanlah standar CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)

sebagaimana digunakan produsen jamu lain; dan untuk mengangkat citra

jamu, dia menggunakan manusia-manusia ‘kelas atas’ dalam promosi,

seperti: Rhenald Khasali , Setiawan Jodi, Sophia Latjuba, Dewa, Mayang

Sari, dan sebagainya.

Sayangnya, dalam kenyataannya, tidak sedikit solusi yang ditawarkan

dalam penelitian, baik dalam skripsi, dan tesis yang ditulis mahasiswa,

atau penelitian lainnya, baik yang dilakukan pemerintah, lembaga-

lembaga penelitian, dan bahkan perguruan tinggi, hanya berakhir di

lemari-lemari perpustakaan. Kondisi ini menunjukkan adanya ‘gab’

antara kehidupan nyata dengan penelitian itu sendiri. Bisakah saudara

mencarikan solusi untuk masalah ini?


Itulah beberapa aspek yang harusnya dimiliki oleh para pengambil

keputusan agar keputusan yang diambil mempunyai kualitas yang tinggi. Akan

tetapi, tahapan tersebut tidak dengan sendirinya akan menghasilkan keputusan

yang baik. Sangat mungkin setiap pengambil keputusan telah mengetahui

tahapan-tahapan diatas, akan tetapi mengapa tidak setiap pengambil

keputusan mampu melahirkan keputusan yang sangat cerdas bahkan jenius?

Masalah kualitas keputusan yang diambil tentunya akan sangat

tergantung pada kemampuan pengambilan keputusan itu sendiri dalam

melakukan pengamatan dan analisis. Dalam kasus yang sama, sangat mungkin

dalam setiap tahapan, pengambil keputusan yang berbeda akan ‘menceritakan’

hal yang berbeda pula. Disinilah sesungguhnya akan terindikasi kualitas dari

pengambil keputusan itu sendiri.

Tidak sedikit pengambil keputusan yang memberikan jawaban dari

masalah dengan ‘hambar’, dan bahkan semua orang sudah tahu jawaban atas

permasalahan sebelum keputusan dijatuhkan. Contoh: Untuk keluar dari

tekanan biaya produksi, maka yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara

(PLN) adalah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). Tanpa komisaris dan direksi

yang gajinya puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah sebulan, semua orang

sudah tahu jalan keluar jenis itu. Kondisi ini tentunya berbeda dengan

keputusan Henry Ford, yang memberi solusi untuk menurunkan harga mobil,

yaitu dengan mengefisiensikan sistem perakitan, dan bukan menekan gaji buruh

sebagaimana juga tengah berlangsung di negeri ini.


KASUS AMERICAN EXPRESS

Pada tahun 1961 ketika pemasukan dari kartu kredit American Express merosot, George

Waters mengambil keputusan untuk meningkatkan biaya bagi pemakai kartu. Berbagai

kekuatiran tentunya muncul akibat kebijakan ini, yang salah satunya adalah menurunnya

jumlah pelanggan. Setelah berjalan sekitar setahun, ternyata kekuatiran tersebut memang

terjadi, tetapi pemasukan perusahaan dari kartu kredit justru mengalami peningkatan.

Dari kasus ini adalah pertanyaan: Apakah George Waters melakukan penelitian saat

mengambil keputusan? Kira-kira, apakah tahapan-tahapan sebagaimana disebutkan

sebelumnya digunakan ?

1.3 Jenis Penelitian

Pembagian jenis penelitian dalam buku-buku Metode Penelitian sangat

beragam. Akan tetapi, dari sekian banyaknya pembagian tersebut, berdasarkan

tujuannya, penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Penelitian Terapan.

2. Penelitian Fundamental.

Dibawah ini akan dibahas mengenai kedua jenis penelitian tersebut

beserta contoh-contohnya untuk memahami hal tersebut.

1. Penelitian Terapan
Jenis penelitian ini dapat didefinisikan sebagai pencarian penyelesaian

daripada masalah yang tengah dihadapi. Penelitian yang dilakukan Henry

Ford dan Irwan Hidayat, dapat digolongkan dalam kategori ini. Sebab

penelitian yang dilakukan keduanya merupakan sebuah upaya untuk

menjawab masalah yang sedang dihadapinya, dan untuk selanjutnya

diimplementasikan, sehingga jawaban atas masalah dapat terealisasi.

2. Penelitian Fundamental

Definisi dari Penelitian Fundamental adalah membangun teori

pengetahuan dengan mencoba secara lengkap menjawab permasalahan.

Penelitian ini tentunya tidak secara langsung dapat diterapkan, tetapi

akan menjadi landasan yang berlaku secara umum, sehingga dapat

diaplikasi dalam penelitian selanjutnya.

Dalam Bidang Ekonometrika dan Statistika, ada suatu metode analisis

yang sangat terkenal, bernama: Model Regresi. Dalam teori klasik yang

dikemukakan oleh Gauss-Markov, dinyatakan bahwa salah satu asumsi

yang harus dipenuhi dalam membuat regresi adalah tidak adanya

otokorelasi. Pelanggaran asumsi ini dikuatirkan akan menghasilkan

‘regresi palsu’ (Spurious Regression), sebagaimana yang ditemukan

dalam penelitian Yule tahun 1926, dan dijawab oleh Granger dan

Newbold tahun 1974. Akan tetapi, pada tahap selanjutnya, ditemukan

bahwa otokorelasi tidak bermasalah untuk pemodelan jangka panjang,

asalkan terkointegrasi karena akan terhindari dari munculnya ‘regresi


palsu’. Sedang untuk model jangka pendeknya dapat digunakan Model

Error Correction Mechanism (ECM), sebagaimana diperkenalkan oleh

Sargan pada tahun 1984.

Penelitian Fundamental tersebut akhirnya menjadi dasar dalam berbagai

macam penelitian khususnya di bidang ekonomi dan keuangan, yang

terutama ditujukan sebagai metode analisis untuk melakukan peramalan

jangka panjang dan pendek.

Anda mungkin juga menyukai