Anda di halaman 1dari 18

Tugas Hari : Selasa

Makalah Tanggal : 21 Juni 2022

MAKALAH PLAN OF BEHAVIOR PADA PROTOKOL KESEHATAN DI MASA


PANDEMI COVID 19

Disusun oleh kelompok 2:

1. Fatni Delfi 200400909


2. Nila Arum 210400867
3. Putri Lestari 210400868
4. Rafiqah Dwita 210400910
5. Sukma Meinida 200400913

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTA ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

KATA PENGANTAR ii

BAB I 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan 2

BAB II 3

2.1 Corona Virus Disease (Covid-19) 3


2.1.1 Defenisi Corona Virus Disease (covid 19) 3
2.1.2 Manifestasi Klinis pada covid 19 3
2.1.3 Penularan pada covid 19 3
2.1.4 Protokol Kesehatan Pencegahan Penularan Corona Virus Disease 3
2.2 Penerapan Plan Of Behavior Dalam Prokes Covid 19 Di Indonesia 4
2.2.1 Attitude 6
2.2.2 Subjective norm 8
2.2.3 Perceived behavior control 10
2.2.4 Intention 11

BAB III 12

3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Psikologi diprogram
studi Ilmu Gizi. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada Dosen sekaligus Pembimbing Mata kuliah Psikologi.

Dengan memenuhi persyratan tugas ini, Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah wawasan serta pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
yang lebih baik lagi selanjutnya.

Yogyakarta, 21 Juni 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Semakin meningkatkan penyakit dan kematian yang disebabkan oleh virus
Covid-19 secara global, ada kebutuhan penting untuk memotivasi perilaku protektif
untuk mengurangi penyebarannya (Gibson et al., 2021). Covid-19 menyebabkan
konsekuensi negatif secara global pada individu, komunitas, dan pemerintah. Misalnya,
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan jam malam
yang digunakan oleh sebagian besar negara untuk memperlambat penyebaran virus ini
memiliki konsekuensi finansial yang negatif, karena sebagian besar toko dan pabrik
terpaksa tutup. Juga, dampak psikologis dari pandemi ini kuat dan termasuk tingkat
kecemasan, depresi, dan fobia yang parah (Aldalaykeh et al., 2021).
Berbagai upaya terus dilakukan oleh para ahli kesehatan dan masyarakat demi
mengakhiri meningkatnya virus Covid-19. Di beberapa negara termasuk Indonesia,
Pemerintah membuat pedoman dan protokol kesehatan untuk menghadapi virus Covid-
19. Namun minimnya kesadaran masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan
menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka penyebaran Covid-19 di Indonesia
(Komarudin & Puspita, 2022).
Menurut Health Communication Capacity Collaborative (2021), Theory of
Planned Behavior membantu pelaksana program merancang intervensi yang secara
efektif menangani perilaku tertentu. Saat menggunakan teori ini, pelaksana
mempertimbangkan tiga jenis keyakinan yang cenderung memandu perilaku manusia:
perilaku, normatif dan kontrol. Perilaku sanitasi sangat penting untuk memperlambat
penyebaran penyakit menular, terutama ketika vaksin belum tersedia. Dalam konteks
ini, banyak negara mengikuti rekomendasi kesehatan masyarakat dan memperkuat
perilaku kesehatan seperti cuci tangan dan pembatasan kontak sosial untuk mencegah
penyebaran virus lebih lanjut. Perubahan perilaku sebagai respons terhadap
rekomendasi kesehatan masyarakat ini sangat bergantung pada perolehan norma-norma
sosial baru dalam interaksi. Pola kontak sosial dan perilaku kebersihan sudah mendarah
daging dan sulit untuk dimodifikasi (Wollast et al., 2021).
Menargetkan sikap, norma, dan Theory of Planned Behavior individu dapat
secara efektif mempromosikan perilaku protektif yang dimaksudkan untuk mengurangi
penyebaran COVID-19 dan wabah virus serupa. Sebagai perilaku kesehatan preventif
sukarela, Theory of Planned Behavior (TPB) dapat memberikan kerangka kerja yang
berguna untuk memprediksi kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
Penelitian Gibson et al., tahun 2021 menunjukkan bahwa penargetan sikap individu,
norma, dan PBC dapat mempromosikan perilaku protektif (misalnya, jarak sosial), dan
strategi untuk memperkuat kesenjangan niat-perilaku yang ditargetkan untuk kelompok
kritis perlu dikembangkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melihat
penerapan theory planned of behavior pada protokol kesehatan Covid-19 di Indonesia.

1.4 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah
1. Mengetahui theory planned of behavior
2. Mengetahui penerapan theory planned of behavior pada protokol kesehatan Covid-
19 di Indonesia.
BAB II

ISI

2.3 Corona Virus Disease (Covid-19)


2.3.1 Defenisi Corona Virus Disease (covid 19)
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-
2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini
disebut Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory
syndrome corona virus 2 (SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona
adalah jenis baru dari corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang
siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu
menyusui(Handayani, 2020).

2.3.2 Manifestasi Klinis pada covid 19


Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid19, diantaranya yaitu demam,
batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala (Lapostolle dkk, 2020).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk (2020), gejala klinis yang
paling sering terjadi pada pasien Covid19 yaitu demam (98%), batuk (76%), dan
myalgia atau kelemahan (44%). Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun tidak
begitu sering ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk darah
5%, dan diare 3%, sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami dyspnea.

2.3.3 Penularan pada covid 19


Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus
kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Sebuah Analisis
mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi
kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang
sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat
lebih besar (Handayani, 2020).
2.3.4 Protokol Kesehatan Pencegahan Penularan Corona Virus Disease
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan
Covid19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara penularannya
berdasarkan droplet infection dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi
baik di rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat
lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian
Covid19 di masyarakat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2020):
a. Pencegahan Penularan Pada Individu
Penularan Covid19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus
SARSCoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk
itu pencegahan penularan Covid19 pada individu dilakukan dengan beberapa
tindakan, seperti (Kemenkes RI, 2020):
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik.
2) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
3) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan Covid19).
4) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin
melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa
administrasi dan teknis lainnya.
5) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
6) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian
sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
7) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit
sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional.
8) Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan
melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan
Taman Obat Keluarga (TOGA).
9) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol.
10) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial, apabila sakit menerapkan etika
batuk dan bersin. Jika berlanjut segera berkonsultasi dengan dokter/tenaga
kesehatan, dan menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan
protokol kesehatan dalam setiap aktivitas.

b. Perlindungan kesehatan pada masyarakat


Covid19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup tinggi,
sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang
dilakukan secara komprehensif. Perlindungan kesehatan masyarakat bertujuan
mencegah terjadinya penularan dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban
besar terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Tingkat penularan Covid19 di
masyarakat dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus
dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,
aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya. Adapun perlindungan
kesehatan masyarakat dilakukan melalui (Kemenkes RI, 2020):
a. Upaya pencegahan (prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan
pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari
pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui penyediaan
sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan memenuhi standar
atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan
masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi
terhadap permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan
kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan
tertularnya Covid19 sepertiberkerumun, tidak menggunakan masker,
merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
b) Upaya penemuan kasus (detect)
1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran Covid19 dapat dilakukan
semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi dengan dinas
kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang berada
di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat dan fasilitas umum
atau kegiatan lainnya.

Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond) Melakukan


penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas, antara lain
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes untuk melakukan
pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium serta penanganan lain sesuai
kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat terkait respond adanya kasus
Covid19 meliputi: Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial Pembatasan fisik
harus diterapkan oleh setiap individu (Kemenkes RI, 2020).

Pembatasan fisik merupakan kegiatan jaga jarak fisik (physical distancing)


antar individu yang dilakukan dengan cara dilarang berdekatan atau kontak fisik
dengan orang mengatur jaga jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, , hindari
penggunaan transportasi umum. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan
fasilitas umum, hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata (Kemenkes RI, 2020).

Selain penerapan tersebut, pemerintah mencanangkan gerakan pencegahan


Covid 19 yang diberi nama Gerakan 5M. Gerakan ini terdiri dari Menggunakan
masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak , Menjauhi kerumunan dan Mengurangi
mobilitas.

2.4 Penerapan Plan Of Behavior Dalam Prokes Covid 19 Di Indonesia


Teori perubahan perilaku dapat diterapkan dalam kondisi apapun yang sedang
menimpa masyarakat. Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia
saat ini adalah pandemi Covid 19.

2.4.1 Attitude
Attitude towards the behavior, di dalam tulisan ini disebut Sikap, Ajzen (1975)
mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan mengenai
konsekuensi dari suatu perilaku atau secara singkat disebut keyakinan-keyakinan
perilaku (behavioral beliefs). Keyakinan berkaitan dengan penilaian subjektif individu
terhadap dunia sekitarnya, pemahaman individu mengenai diri dan lingkungannya,
dilakukan dengan cara menghubungkan antara perilaku tertentu dengan berbagai
manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila individu melakukan atau tidak
melakukannya. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku itu apabila
berdasarkan evaluasi yang dilakukan individu, diperoleh data bahwa perilaku itu dapat
memberikan keuntungan baginya (Ramdhani, 2011).
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai jumlah dari
afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek
atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada
skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya.
Dengan demikian, sikap seseorang terhadap tindakan pengungkapan kecurangan
(whistleblowing) akan menunjukkan perasaan mengenai baik atau buruk tindakan
whistleblowing tersebut bagi seseorang
Ajzen dan Fishbein (1975) menjelaskan dalam konteks attitude toward the
behavior, keyakinan yang paling kuat (salient beliefs) menghubungkan perilaku untuk
mencapai hasil yang berharga baik positif atau negatif. Attitude toward the behavior
yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk berperilaku
dalam kehidupannya
Secara umum, seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu yang diyakini
dapat memberikan hasil positif (sikap yang menguntungkan) dibandingkan melakukan
perilaku yang diyakini akan memberikan hasil yang negatif (sikap yang tidak
menguntungkan). Keyakinan yang mendasari sikap seseorang terhadap perilaku yang
disebut dengan keyakinan perilaku (behavioural beliefs) (Ajzen dan Fishbein, 1975).
Begitu juga dengan Sikap cerdas menghadapi Covid-19 adalah dengan
membangun kesadaran personal melalui penerapan protocol Kesehatan. Ketika
seseorang itu menganggap bahwa COVID 19 berpengaruh negative terhadap diri dan
lingkungan sekitar, maka, sikap untuk menjalankan protokol Kesehatan dengan selalu
menjaga jarak, memakai maskar dan mencuci tangan merupakan sikap untuk
mendapatkan hasil yang berharga baik (positif).
Sikap disini juga termasuk hal penting dalam membangkitkan niat menggunakan
vaksin covid-19. Ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang COVID-
19 maka sikap seseorang ketika melakukan perjalanan dimasa pandemi covid-19 akan
positif. Ketika suatu individu memiliki pengetahuan yang baik tentang pandemi
COVID-19 serta merasa bahwa melakukan perjalanan disaat pandemi COVID-19
memberikan manfaat serta bukan hal yang berbahaya ketika melakukan perjalanan di
masa Pandemi COVID-19 maka niat untuk melakukan perjalanan akan meningkat serta
individu tersebut akan menyikapi pandemi COVID-19 sebagai hal yang positif. Begitu
juga sebaliknya, ketika respon suatu individu merasa bahwa melakukan perjalanan di
masa pandemi COVID-19 itu tidak bermanfaat karena berisiko tertular virus corona
maka niat suatu individu untuk melakukan perjalanan dimasa pandemi COVID-19 akan
menurun. Lee (2020) berpendapat bahwa sikap berpengaruh positif signifikan terhadap
niat seseorang dalam melakukan perjalanan dimasa yang akan datang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang akan memiliki niat untuk melakukan
perjalanan jika terdapat sikap positif untuk bepergian selama pandemi COVID-19.\
Peran serta anggota keluarga dalam satu rumah tangga dinilai sangat penting
dalam mencegah penularan virus Covid-19. “Di masa pandemi ini kita harus berpikir
positif. Di balik tantangan pasti ada peluang, di balik musibah pasti ada hikmahnya.
Jika dulu kita malas olahraga, tetapi dalam masa pandemi ini harus kita lakukan. Ini sisi
positif yang akan menjadi gaya hidup kita ke depan,

2.4.2 Subjective norm


Menurut Ajzen (1975) mengartikan bahwa norma subyektif adalah keadaan
lingkungan seorang individu yang menerima atau tidak menerima suatu perilaku yang
ditunjukkan. Sehingga seseorang akan menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh
orang-orang atau lingkungan yang berada di sekitar individu tersebut. Seorang individu
akan menghindari dirinya menunjukkan suatu perilaku jika lingkungan disekitarnya
tidak mendukung perilaku tersebut. Sulistimo (2012) menyatakan bahwa norma
subyektif adalah seorang individu yang akan melakukan suatu perilaku tertentu jika
perilakunya dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam
kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya. Sehingga, normative
beliefes menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau norma
subyektif.
Norma subjektif adalah persepsi individu terhadap harapan dari orang-orang yang
berpengaruh dalam kehidupannya (significant others) mengenai dilakukan atau tidak
dilakukannya perilaku tertentu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga dimensi ini
disebut norma subjektif. Sebagaimana sikap terhadap perilaku, norma subjektif juga
dipengaruhi oleh keyakinan. Bedanya adalah apabila sikap terhadap perilaku
merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap perilaku yang akan dilakukan
(behavioral belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu yang
diperoleh atas pandangan orang-orang lain terhadap objek sikap yang berhubungan
dengan individu (normative belief) Norma subjektif merupakan penegakan sosial untuk
mempengaruhi seorang individu untuk terlibat atau tidak terlibatnya perilaku tertentu
yang dianggap penting mengenai dukungan atau penolakan terhadap suatu perilaku.
Norma subjektif berfokus pada media, Media merupakan proses penyajian informasi
sebagai saluran komunikasi untuk memperoleh pengetahuan.
Di dalam kehidupan sehari-hari, hubungan yang dijalin setiap individu dapat
dikategorikan ke dalam hubungan yang bersifat vertikal dan horizontal. Hubungan
vertikal adalah hubungan antara atasan– bawahan; guru–murid; profesor–mahasiswa,
atau orang tua–anak. Hubungan horizontal terjadi antara individu dengan teman-teman
atau orang lain yang bersifat setara. Pola hubungan ini dapat menjadi sumber perbedaan
persepsi. Pada hubungan yang bersifat vertikal, harapan dapat dipersepsi sebagai
tuntutan (injunctive) sehingga pembentukan norma subjektif akan diwarnai oleh adanya
motivasi untuk patuh terhadap tuntutan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku. Sebaliknya, pada hubungan yang bersifat horizontal harapan terbentuk secara
deskriptif sehingga konsekuensinya adalah keinginan untuk meniru atau mengikuti
(identifikasi) perilaku orang lain di sekitarnya.
Norma subjektif juga berkaitan erat dengan pengambilan keputusan seseorang
untuk melakukan perjalanan, karena seseorang akan mencari informasi dari orang yang
individu tersebut percayai, hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir ketidakpastian
serta untuk mengurangi risiko ketika suatu individu ingin melakukan suatu aktivitas.
Dalam hal ini seseorang akan melakukan suatu perjalanan ketika suatu individu tersebut
terpengaruh oleh kerabat maupun orang yang ia percayai untuk melakukan perjalanan.
Sehingga ketika informasi yang diberikan postitif maka akan berdampak positif juga
terhadap niat seseorang dalam melakukan perjalanan. Begitu juga sebaliknya, ketika
informasi yang diberikan negatif, maka niat seseorang dalam mekaukan perjalanan juga
akan berdampak negatif.
Protokol kesehatan yang dilakukan merupakan upaya promosi kesehatan yang
bertujuan untuk mencegah semakin luasnya penularan COVID-19. Seseorang dapat
tertular COVID-19 saat menghirup tetesan kecil (droplet) yang mengandung virus
SARS-Cov 2. Selain itu droplet juga bsa menempel pada permukaan benda yang bisa
tersentuh oleh tangan dan masuk melalui mulut dan mata. Oleh karena itu, sangat
penting untuk menggunakan masker untuk menyaring udara yang masuk ke paru-paru.
Sering mencuci tangan juga dapat mngurangi resiko penularan virus COVID-19.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di masyarakat Jawa Timut, kepatuhan
masyarakat terhadap protokol kesehatan pada era COVID-19 dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan teori
Health Belief Model, ada beberapa faktor internal yang menyebabkan masyarakat
melakukan perilaku kesehatan tertentu. Pertama yaitu mengenai perceived
susceptibility yang berarti individu tersebut memiliki pengetahuan dan kesadaran diri
akan kerentanannya terhadap penyakit COVID-19. Kesadaran yang dimiliki inilah
membuat individu yang bersangkutan akan memiliki melaksanakan pencegahan
terhadap penyakit COVID-19 ini. Selain sadar akan kerentanan, mayoritas individu
sudah sadar akan manfaat yang didapatkan jika mereka melaksanakan protokol
kesehatan. Manfaat yang didapatkan merupakan sesuatu yang akan memicu individu
tersebut untuk melaksanakn protokol kesehatan yang diwajibkan pemerintah membuat
individu yang bersangkutan sadar dan paham akan situasi yang sedang dihadapi.
Kesadaran akan hambatan yang akan dialami individu tersebut membuat individu yang
bersangkutan mencari solusi untuk mengatasi hambatan tersebut. Self efficacy atau
tingkat kepercayaan diri dapat memicu individu tersebut untuk melaksanakan
protokol kesehatan. Cues to action atau isyarat yang berupa dukungan dari keluarga,
teman, tetangga, tokoh masyarakat, kader kesehatan serta stakeholder pemerintah
kepada individu dapat mempengaruhi seseorang dalam mematuhi
protokol Kesehatan.
Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang
dapatmempengaruhi kepatuhan individu terhadap protokol kesehatan. Menurut teori
milgram, Faktor eksternal yang terdiri atas status daerah, status kepala daerah,
legitimasi kepala daerah, tanggung jawab personal, dukungan sesama masyarakat dan
hubungan kepala daerah dengan masyarakat dapat mempengaruhi kepatuhan
individu terhadap protokol kesehatan. Kepala daerah yang dapat menjalankan
wewenangnya dalam merancang kebijakan pencegahan COVID-19 dan adanya sosok
panutan dalam melaksanakan protokol kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan
masyarakat terhadap protokol kesehatan.
Peran tenaga kesehatan masyarakat sangat penting dalam penanganan Covid-19
pada setiap level intervensi. Utamanya pada level masyarakat untuk melakukan
komunikasi risiko dan edukasi masyarakat terkait protokol kesehatan untuk melawan
Covid-19. Kemudian untuk melakukan contact tracing & tracking (penyelidikan kasus
dan investigasi wabah), serta fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat. Tenaga
kesehatan masyarakat memiliki kemampuan dalam memahami pola-pola promotif dan
preventif Covid-19 di masyarakat. Itu diperlukan dalam merancang program dan
kebijakan untuk mempercepat penanganan Covid-19.
Tenaga kesehatan masyarakat sangat perlu dilibatkan secara optimal dalam
banyak aspek promotif dan preventif kesehatan masyarakat. Para tenaga kesehatan
masyarakat bisa berinovasi dan menciptakan strategi percepatan penanganan Covid-19
di Indonesia, dengan fokus utama edukasi dan berdayakan masyarakat dan fokus kedua
perkuat pelayanan kesehatan" ujar Deputi Agus. Menariknya, kepatuhan masyarakat
terhadap protokol kesehatan lebih didasari oleh faktor internal yang didasarkan oleh
teori Health Belief Model. Oleh karena itu, pemangku kebijakan perlu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap kerentanan penyakit, dan manfaat memahami protokol
kesehatan. Dengan adanya implementasi protokol kesehatan yang baik akan membantu
dalam penurunan kasus COVID-19.

2.4.3 Perceived behavior control


Kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control) merupakan
hal penting yang harus kita pahami. Kontrol perilaku yang dipersepsikan didefinisikan
sebagai "Kemudahan atau kesulitan yang dirasakan dalam melakukan perilaku” (Ajzen,
2015). Kontrol perilaku yang dirasakan mengacu pada persepsi orang tentang
kemampuan mereka untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 2015). Kontrol perilaku
yang dipersepsikan merujuk pada persepsi seseorag mengenai kemampuannya untuk
menampilkan perilaku tertentu (Ajzen, 2015). Kontrol perilaku yang dipersepsikan
diartikan sejauh mana konsumen bisa memiliki kendali atas faktor internal maupun
external yang membantu atau menghambat konsumen dalam melakukan suatu perilaku
atau tindakan (AL-Nahdi et al., 2015).
Perceived behavioral control ini tentang presepsi seseorang bisadan mampu
menerapkan prokes COVID-19 yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk
meminimalisirkan meningkatnya kasus COVID-19. Terdapat hubungan yang signifikan
antara ketersediaan sarana pencegahan COVID-19 dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan COVID-19 (Cucu Herawati et al, 2021). Dalam mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan COVID-19, diperlukan sarana dan prasarana
kesehatan yang memadai seperti menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, melakukan cek suhu tubuh sebelum memasuki tempat umum fasilitas
kesehatan yang menyediakan vaksin COVID-19 gratis, pelayanan swab PCR maupun
Antigen, ketersediaan obat-obatan untuk menunjang kesembuhan pasien COVID-19,
dll.

2.4.4 Intention
Niat untuk menggunakan sesuatu dalam kehidupan setiap individu, tentunya
penting untuk kita pahami. Sumaedi et al. (2020) yang mengutip dari beberapa literatur
menerangkan bahwa, Niat merupakan konsep penting dalam literatur yang membahas
tentang perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk perilaku menggunakan
situs yang berhubungan dengan kesehatan. Niat untuk menggunakan merupakan sikap
atau perilaku yang cenderung ingin menggunakan suatu teknologi (Widyapraba et al.,
2016).
Niat menandakan perilaku yang dapat diperkirakan pelanggan di masa depan
yang terkait dengan mengkonsumsi suatu produk (Suhartanto et al., 2019). Dalam
pemeriksaan pasca pembelian, pelanggan niat perilaku umumnya digunakan untuk
memprediksi kemungkinan konsumen untuk membeli Kembali karena relatif akurat
untuk memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang. Selanjutnya, perilaku niat
juga merupakan prediktor yang relatif akurat dari retensi pelanggan atas layanan
keuangandi bank syariah (Azis et al., 2017). Penelitian saat ini, Intention to use
didefinisikan sebagai niat seseorang empiris yang terkait dengan religiusitas dengan
niat pelanggan untuk membeli kembali di pasar Cina dengan menentukan hubungan
yang signifikan antara faktor-faktor ini di berbagai produk (Tang li, 2015).
Intention, niat dari dalam diri sendiri untuk bisa menerapkan protocol kesehatan
COVID-19. Mata rantai penularan COVID-19 di masyarakat dapat diputus dengan
beberapa langkah pencegahan karena penularan COVID-19 terjadi melalui droplet dari
individu ke individu lainnya. Kementerian Kesehatan RI (2020) telah menetapkan
kebijakan terkait pencegahan COVID-19, yaitu melalui penerapan protokol kesehatan.
Saat ini, protokol kesehatan yang diterapkan dikenal dengan 5M, yaitu memakai
masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi
mobilitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Pandemi covid-19 adalah suatu kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya. Efek
dari pada pandemi ini sangatlah besar hingga berpengaruh kepada kondisi ekonomi
global secara nasional bahkan internasional. Kejadian mendadak ini memaksa untuk
dengan cepat merespon perubahan saat ini. Penularan ini terjadi umumnya melalui
droplet dan kontak dengan virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa
yang terbuka. Menargetkan sikap, norma, dan Theory of Planned Behavior individu
dapat secara efektif mempromosikan perilaku protektif yang dimaksudkan untuk
mengurangi penyebaran COVID-19 dan wabah virus serupa. Sebagai perilaku
kesehatan preventif sukarela, Theory of Planned Behavior (TPB) dapat memberikan
kerangka kerja yang berguna untuk memprediksi kepatuhan masyarakat terhadap
protokol kesehatan.
2. Perlindungan kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan
dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan. Tingkat penularan Covid19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya
pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang, untuk
itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada
di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum serta komponen
masyarakat lainnya.
3.2 SARAN
Dengan semakin banyakan informasi yang tersedia mengenai perkembangan
Covid-19, diharapkan masyarakat dapat semakin memahami pencegahan dan kematian
yang disebabkan oleh Covid-19.
Daftar Pustaka

Aldalaykeh, M., Al-Hammouri, M. M., Rababah, J., & Al-Dwaikat, T. (2021). COVID-19
Help-Seeking Behaviors: Application of the Theory of Planned Behavior. Psychologica
Belgica, 61(1), 391–400. https://doi.org/10.5334/pb.1034
Alfin Mahendra Wardana. Analisis Hubungan Antara Religiosity, Attitude, Subjective Norm,

Perceived Behavioral Control, Dan Intention To Use Pada Vaksin Covid-19


Astrazeneca. 2021. Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya

Bayu Seno Aji*1 , Febrie Wulandari1 , Ghina Yusriyah1. Pengmaskesmas: Perilaku

Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19. Desember 2021. Universitas Indonesia

https://journal.fkm.ui.ac.id

Diah Handayani,et.al. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol
40. No. 2, April 2020. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction

to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley

Gibson, L. P., Magnan, R. E., Kramer, E. B., & Bryan, A. D. (2021). Theory of Planned
Behavior Analysis of Social Distancing during the COVID-19 Pandemic: Focusing on
the Intention-Behavior Gap. Annals of Behavioral Medicine, 55(8), 805–812.
https://doi.org/10.1093/abm/kaab041
Health communication capacity collaborative. (2021). What is Theory of Planned Behavior?
A Division of Information Technology Services.
https://www.healthcommcapacity.org/wp-
content/uploads/2014/03/theory_of_planned_behavior.pdf
Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease Covid-19 Revisi
5. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Komarudin, K., & Puspita, L. (2022). Optimalisasi Video Edukasi: Upaya Meningkatkan
Kesadaran Masyarakat Dalam Mematuhi Protokol Kesehatan Di Era New Normal.
Kaibon Abhinaya : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 18–25.
https://doi.org/10.30656/ka.v4i1.3328
Lee, J. (2020, April 14). Over the half of the adults in Korea have experienced Corona Blue.
Retrieved from https://biz.chosun.com/site/

Ramdhani, N. (2011). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis. Buletin Psikologi, 19(2), 55–69.

Sulistomo, Akmal, dan Andri Prastiwi. (2011). Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap

pengungkapan kecurangan (studi empiris pada mahasiswa akutansi UNDIP dan UGM)

Wollast, R., Schmitz, M., Bigot, A., & Luminet, O. (2021). The Theory of Planned Behavior
during the COVID-19 pandemic: A comparison of health behaviors between Belgian
and French residents. PLoS ONE, 16(11 November), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0258320

Anda mungkin juga menyukai