Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL II)

“PLANNING OF ACTION (POA)”

DI DESA SIBADO KEC. SIRENJA, KAB. DONGGALA

DOSEN PENGAMPUH : FIRMAN, S.KM., M.Kes

DI SUSUN OLEH :

Agnes Frensita_P10120050

Muh. Naufal_P10120224

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
PLANINING OF ACTION (POA)

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL

II) DESA SIBADO

TAHUN 2022

N Program Jeniskegiat Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu IndikatorKe


O an berhasilan
1 Intervensi Penyuluhan Meningkatkan Masyarak Meningkatnnya disesuaikan Disesuaikan Terukur
Non Fisik 3R (Reduce, pengetahuan dan at di Pengetahuan dan dengan
Reuse, kesadaran wilayah kesadaran jadwal PBL
Recycle) masyarakat desa masyarakat tentang II
tentang 3R Sibado 3R sebanyak 20%
(Reduce, Reuse,
Recycle)
Penyuluhan Meningkatkan Masyarak Meningkatnnya disesuaikan Disesuaikan terukur
PHBS pengetahuan dan at di pengetahuan dan dengan
kesadaran wilayah kesadaran jadwal PBL
masyarakat akan desa masyarakat tentang II
pentingnya Sibado PHBS sebanyak 20%
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
2 Intervensi Pembuatan Memberikan Masyarak Meningkatnnya disesuaikan Disesuaikan terukur
Fisik TPS contoh TPS yang at di pengetahuan dan dengan
percontohan baik dan wilayah pembuatan TPS yang jadwal PBL
memenuhi syarat desa memenuhi syarat II
Sibado sebanyak 40%
Pelatihan Memberikan Masyarak Meningkatnnya disesuaikan Disesuaikan terukur
membuat pelatihan tentang at di pemanfaatan sampah dengan
pupuk dari pembuatan wilayah organic menjadi jadwal PBL
sampah pupuk dari desa pupuk di setiap II
organik sampah organic Sibado pekarangan rumah
agar dapat warga sebanyak 40%
dimanfaatkan
oleh warga
 Kami mengangkat masalah sampah menjadi prioritas masalah kami, kami juga
melibatkan para tokoh masyarakat untuk membantu kami dalam menentukan prioritas
masalah kami. Kami mengangkat masalah sampah ini untuk kami intervensi baik non
fisik ataupun fisik masalah yang ada di Desa Sibado, Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala.

Permasalahan sampah di Indonesia seolah belum pernah terlihat ujungnya. Selain


mencemari lingkungan, ternyata persoalan sampah juga mengancam target nol emisi. Di
Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan per harinya, dengan
perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton per hari pada tahun 2025.  Jumlah ini
didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar antara 60 hingga
75 persen.
Seperti diketahui, dampak dari persoalan sampah terhadap lingkungan ini sangatlah
jelas. Mulai dari pencemaran laut, pencemaran sungai, menghambat proses air tanah,
pencemaran tanah dan membuat air serta tanah menjadi tidak sehat bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Tidak hanya itu, saat sampah berada di daratan dan kemudian dibakar, banyak yang
tidak menyadarinya bahwa hal itu ternyata juga menimbulkan kerusakan lingkungan
yang baru. Masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan penuh sampah ini juga secara
langsung akan terdampak seperti lingkungan kotor, polusi sampah, yang bisa memicu
terjadinya masalah kesehatan salah satunya yang paling mendominasi adalah gangguan
pernapasan.  Serta, dampak berupa bencana hidrometeorologi juga bisa terjadi akibat
penumpukan sampah ini. Gas metana yang dihasilkan dari sampah organik tidak
terkelola akan meningkatkan terjadinya pemanasan global (global warning).
Berasarkan hasil pendataan dan observasi kelompok kami di PBL I, ternyata masih
banyak warga di Desa Sibado yang membuang sampah sembarangan, masyarakat
banyak yang membuang sampah di sungai yang tentunya mencemari sungai, dan juga di
lingkungan sekitar rumah tempat tinggal mereka. Hal inilah yang dapat menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, kami menjadikan masalah sampah sebagai prioritas
masalah kami. Bentuk intervensi yang kami lakukan untuk masalah ini adalah intervensi
fisik dan non fisik.

1. Intervensi Non-Fisik
a. Penyuluhan Metode 3R (reduce, reuse, recycle).
Metode 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle merupakan salah satu
cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah plastik dengan
berbagai jenisnya. Penerapan sistem ini juga sangat baik untuk mengelola
sampah dari berbagai jenis plastik dari yang aman hingga beracun.
Pengelolaan sampah dengan sistem 3R mampu dilakukan oleh hampir semua
orang serta tidak jarang hal-hal yang diproduksi mampu menghasilkan
nilai ekonomis. 
i. Reduce sendiri memiliki arti mengurangi sampah. Maksud dari
langkah ini adalah mengurangi penggunaan produk yang nantinya
berpotensi menjadi sampah. Langkah ini bisa dilakukan dan
diterapkan untuk sampah atau produk sekali pakai, seperti kantong
plastik belanja yang sudah dilarang di berbagai lokasi seperti DKI
Jakarta. Produk yang jadi target utama untuk reduce adalah produk
berbahan plastic.
ii. Reuse. Tahap ini mengajak untuk menggunakan kembali produk
yang sudah terpakai. Dengan menggunakannya kembali maka
sampah yang timbul dari produk-produk tersebut dapat berkurang.
Salah satu cara atau langkahnya adalah penggunaan botol bekas
air minum sebagai pot tanaman kecil. Atau penggunaan kaleng
biskuit hingga snack sebagai kotak penyimpanan di rumah.
Langkah lain dari reuse adalah menggunakan botol sabun mandi
atau shampoo dan mengisinya dengan membeli produk isi ulang.
iii. Recycle. Langkah ini paling banyak dilakukan mengingat sudah
banyaknya sampah yang tersebar di berbagai lokasi seperti laut,
tanah, dan udara. Produk bekas atau daur ulang sendiri sebenarnya
lebih fleksibel, bahkan kerap memiliki nilai ekonomis.
Pemanfaatan sampah yang tidak terpakai hingga memiliki nilai
tanpa mencemari lingkungan mampu mengurangi penyebaran
sampah plastik secara drastis. Adapun produk yang didaur ulang
memiliki desain yang unik dan sangat berbeda dengan jenis
produk baru, bahkan beberapa pihak membuat aksesoris dari alat
daur ulang yang dapat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi
lingkungan sekitar seperti lingkungan RT atau RW.

b. Penyuluhan PHBS
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. Perilaku Hidup Bersih Dan
SehaT (PHBS) merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat
maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan
keluarga/ masyarakat untuk memberikan informasi dan mela kukan
pendidikan kesehatan. Metode pelaksanaan yang dapat kita kukan adalah
dengan cara mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang pola Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mencakup individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Penyuluhan-penyuluhan kesehatan pada individu dapat
dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan
dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan
pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit
menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan
keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk
dan sebagainya.masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat
yang terkena wabah dan lain-lain.

2. Intervensi Fisik
a. Pembuatan TPS percontohan
TPS adalah singkatan dari Tempat Penampungan Sementara yaitu
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Memberikan contoh kepada
masyarakat mengenai TPS yang baik dan memenuhi syarat dengan
mengharapkan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai TPS yang
baik.

b. Pelatihan membuat pupuk dari sampah organic.


Mengenalkan dan melatih masyarakat untuk membedakan mana
sampah organic dan anorganik yang kemudian memberikan ilmu mengenai
bagaimana cara mengolah sampah itu sampai bisa digunakan menjadi
pupuk organic.

Anda mungkin juga menyukai